Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Merajut Kembali Persatuan lewat Konser Kolase Indonesia

Irana Shalindra
27/4/2019 01:05
Merajut Kembali Persatuan lewat Konser Kolase Indonesia
Suasana konser Kolase Indonesia oleh penyanyi balada Hariyanto Boejl dan sejumlah musikus lain, di Jakarta, Kamis (25/4).(MI/Briyan B Hendro)

Pemilu pada Rabu, 17 April silam, ialah momentum bangsa Indonesia untuk memilih pemimpin yang mengakar dan selalu bekerja demi kepentingan rakyat. Namun, tidak dimungkiri, pesta demokrasi tersebut juga telah memicu polarisasi dalam masyarakat.

Kondisi yang meresahkan tersebut mendorong sejumlah musisi tanah Air untuk menghelat ajang yang mengajak publik merajut kembali untaian benang persatuan. "Walaupun berbeda pilihan sejatinya adalah sebuah keniscayaan. Namun, perbedaan tidak boleh berujung pada perpecahan. Kita boleh berbeda arah, tapi bangsa tidak boleh terbelah," tutur musikus dan jurnalis foto senior, Hariyanto Boejl, saat membuka konser bertajuk Kolase Indonesia, di Kemang Dimsum Festival, Jakarta, Kamis (25/4) malam.

Menurutnya, siapapun pemenang pemilu yang kelak ditetapkan KPU, sejatinya rakyat mengharapkan sosok pemimpin yang mampu menjadikan negeri ini aman, makmur, dan penuh toleransi.  "Pemimpin yang bisa menjadikan negeri ini terbebas dari korupsi, narkoba, dan terorisme. Pemimpin yang menyadari bahwa kekayaan alam dan budaya Indonesia ialah anugerah Sang Maha Pencipta yang harus senantiasa dijaga, yang tak berjarak dengan kawulanya dan berorientasi untuk kejayaan Indonesia," imbuh Boejl.

Ia berharap, konser Kolase Indonesia dapat menjadi bagian dari upaya membangun kembali harmonisasi kehidupan, sekaligus menjadi ruang kontemplasi dan introspeksi para penghuni negeri.

Dalam konser yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu, Boejl tak sendiri. Penyanyi balada tersebut berbagi panggung dengan rocker Ranie Klees, Maxi 'King of Soul', dan Aries Wijaksena. Konser juga disemarakkan aksi musikus Toto Tewel, Yoesri Majid, Sistha Anindya, Butong Olala, Moh Mawardi, Wahyu Lepe dan Ion Mubarak.

Boejl mengawali pertunjukannya dengan lagu Kolam Susu dari Koes Plus, sebelum kemudian membawakan single ciptaannya, Negeri Pelangi, yang telah ia rilis dalam minialbum berjudul Kontemplasi, medio 2018.

Belasan lagu fenomenal lain kemudian ditampilkan para musikus malam tersebut, di antaranya Bendera, Oh Negeriku, Kesaksian Panggung Sandiwara, Bento, Instrospeksi, Kuat Kita Bersinar, juga Rumah Kita.

Merayakan persatuan
Spirit untuk merekatkan kembali keharmonisan bangsa dalam konser Kolase Indonesia semakin menguar dengan serangkaian narasi yang dibacakan langsung oleh sang penulis, Abdul Kohar. Narasi I, II, dan III untuk merayakan persatuan ialah tema yang disematkan jurnalis senior itu.

"Tuhan itu Maha Pemaaf. Lalu kenapa kita terus menabur benci?
Tuhan itu Maha Bijaksana. Tapi kenapa luka yang masih menganga tak henti-hentinya kita garami? Tuhan itu Maha Pengasih lagi Penyayang Lalu mengapa kepada liyan kita terus memaki dan saling menggergaji? Karena Tuhan itu Maha Esa, maki kita tenus kehidupan bersama dan kita kuatkan tali-temali
," begitu larik-larik narasi yang ia bacakan.

"Pemilu hanyalah hajatan lima tahun sekali, sedangkah tanah, air, dan udara negeri ini kita pijak, kita teguh, dan kita hirup sampai mati. Karena itu, tak patut kita saling menghabisi. Tak pantas pula kita terus mengumbar sumpah serapah tanpa henti."

Menurut Abdul Kohar, seperti dikutip dari Medcom.id, bernyanyi dan berpuisi merupakan salah satu cara untuk menggemakan persatuan dan kesatuan. "Kalau politik itu kotor, seni akan membersihkannya. Kalau politik sudah gaduh dan saling menggergaji, memaki, peradaban kita runtuh. Untuk menaikkan menjadi peradaban mulia, akan dibersihkan lewat seni," ujar dia di sela konser. (M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya