Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

After, Plot Percintaan yang Kedaluwarsa

Tosiani
15/4/2019 21:55
After, Plot Percintaan yang Kedaluwarsa
Salah satu adegan dalam film After (2019).(IMDB/After )

Alkisah, Tessa Young (Josephine Langford), gadis manis nan sederhana, baru saja menyelesaikan SMU dan akan memasuki perguruan tinggi di luar kota. Itu berarti ia akan tinggal terpisah dari sang ibu, Carol Young (Selma Blair), juga dari kekasihnya Noah, yang ia kencani sejak bocah karena kedekatan keluarga mereka.

Perpisahan tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi Carol. Apalagi, teman-teman seasrama Tessa ternyata tak sepolos anaknya. Tessa kemudian memang berubah, tapi bukan semata karena teman-temannya itu. Ia jatuh cinta pada seorang mahasiswa tampan Hardin Scott (Hero Fiennes Tiffin), yang memiliki banyak konflik batin dari luka di masa lalu dan kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

Perdebatan mengenai novel klasik Pride and Prejudice membuat awal hubungan mereka sedikit sengit --dibuat bak Elizabeth Bennet dan Mr Darcy. Namun, ketika Tessa menemukan novel Wuthering Height di tempat Hardin, pandangannya mulai berubah. Lewat novel, kedekatan di antara mereka terbangun.

Kisah selanjutnya diwarnai jalinan asmara mereka, pertikaian Tessa dan Carol, juga konflik yang kemudian memisahkan keduanya. Walau masih ada cinta di antara mereka, akankah Tessa dan Hardin bersatu kembali?

Cerita dari film After tersebut mulai rilis di Jerman pada 11 April 2019. Di Indonesia, film itu dijadwalkan tayang di sejumlah bioskop XXI secara serentak mulai Selasa (16/4) pekan ini.

After, yang disutradarai Jenny Gage, ialah hasil adaptasi dari novel After karya Anna Todd yang dipublikasikan di platform Wattpadd. Novel Todd ini --yang pertama dari serial novel After-- merupakan salah satu novel terpopuler di platform itu, terutama di kalangan penggemar One Direction. Pasalnya, Todd menciptakan karakter Hardin Scott berdasarkan persona pentolan One Direction, Harry Styles.  

Tidak ada yang luar biasa pada cerita After, kalau tidak dapat dikatakan klise. Seorang gadis lugu dari kota kecil, berjumpa bocah kaya nan tampan. Kadang berperilaku kacau, namun masa lalunya yang membuat terenyuh --Hardin punya isu dengan ayahnya-- membuat ia termaafkan.

Film dengan rating 13 tahun ke atas ini juga mengetengahkan (baca: menjual) isu seksualitas yang dikemas dengan sensual --seperti terlihat dari poster filmnya. Bagaimana Tessa --mewakili remaja yang naif-- tertarik mengenal seks dan kehidupan yang lebih bebas. Sesuatu yang umum dan cukup lazim di negara-negara barat. Namun, tentu saja bukan suatu hal yang diterima terbuka di Indonesia sehingga After rasanya tak cocok menjadi tontonan untuk 13 tahun ke atas di sini.

Kalaupun ada pesan bijak yang bisa ditangkap dari film ini ialah, wahai para orang tua, berusahalah memahami keadaan dan jiwa anak remaja. Pada saat mereka memasuki fase pencarian jati diri, akan sangat percuma mencegah dan menghalangi mereka melakukan sesuatu yang sedang ingin mereka coba, mencegah mereka mencari tahu apa yang sedang ingin mereka tahu.

Terkadang perlu membiarkan mereka membentur karang dulu, sebelum akhirnha mereka kembali dan belajar dari kesalahan. Karenanya, bukan hal buruk pula membiarkan anak melakukan kesalahan, juga membuat mereka belajar 'kecewa', lalu mempercayai kekuatan mereka untuk bangkit. (M-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya