Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Hotel Mumbai, Menghadapkan Teror dengan Humanisme

Tosiani
06/4/2019 12:05
Hotel Mumbai, Menghadapkan Teror dengan Humanisme
Salah satu adegan dalam film Hotel Mumbai yang sedang tayang di bioskop nasional.(Doc. Arclight Films)

Film Hotel Mumbai dimulai dengan perjalanan sekelompok pemuda lokal yang rata-rata berusia belia, menyeberang sungai menggunakan perahu kecil, lalu mendarat di Mumbai, India. Masing-masing dari mereka membawa ransel besar yang belakangan diketahui berisi perlengkapan senjata, ribuan butir peluru hingga bahan peledak.

Melalui peralatan komunikasi yang canggih, seseorang yang tidak diketahui keberadaannya terus memberikan instruksi dan mencuci otak mereka dengan doktrin agama sehingga sekelompok pemuda ini dengan hati dingin melakukan teror di tempat-tempat umum.

Orang-orang yang berhasil keluar dari situasi itu lari menyelamatkan diri ke Taj Hotel Mumbai. Sebuah hotel besar dan megah dan dirasa paling aman. Tak dinyana, para teroris menyusup ikut masuk ke hotel dan mengalihkan teror di tempat elite tersebut.

Drama penyelamatan pun dimulai dengan beberapa karyawan hotel yang memiliki dedikasi tinggi, berupaya melindungi, menenangkan, dan menyelamatkan para tamu. Tentu saja dengan berbagai pengorbanan, dibumbui intrik saling curiga di antara para tamu itu sendiri.

Film berdurasi dua jam dan lima menit itu sukses membuat penonton tegang. Ulah para teroris yang membabi buta menghabisi nyawa otang lain dengan ekspresi wajah yang datar, membuat gemas penonton.
Kendati membawa serta atribut agama, seperti ucapan kalimat syahadat, penyebutan muslim juga muslim radikal, atau bahkan kalung salib, nyatanya film itu tidak menempatkan teror sebagai hal yang identik dengan salah satu agama, bukan pula merupakan konflik antaragama.

Penonton dapat secara jelas melihat bahwa teroris di film yang diangkat dari kisah nyata itu membunuh semua orang tanpa melihat agama dan suku bangsa. Dalam film, diungkap fanatisme sempit milik sekelompok pemuda tersebut. Mereka telah dicuci otak oleh teroris yang sebenarnya dengan doktrin agama, sehingga dengan mudah mereka digerakkan untuk membunuh.

Humanisme
Di sisi lain, dedikasi pihak karyawan hotel yang mengutamakan kemanusiaan dan pelayanan pada para tamu seolah mewakili nilai-nilai humanisme. Doktrin dari pihak hotel yang menyatakan bahwa 'tamu adalah dewa' menjadi pelajaran pahit nan berharga tentang pentingnya memiliki jiwa yang mengutamakan kemanusiaan dan penghormatan pada orang lain sebagai nilai penting yang harus dijunjung tinggi.

Meskipun perihal kemanusiaan ini belum tentu menang melawan peluru tajam dan bahan peledak, setidaknya film ini memberi makna bahwa teror muncul lantaran hilangnya jiwa kemanusiaaan. Jiwa teroris ada karena beragama dengan tidak dilandasi semangat kemanusiaan, atau beragama hanya berdasarkan fanatisme sempit sehingga mengabaikan pentingnya kemanusiaan.

Atas dasar itu, pada kondisi yang sarat intoleransi seperti belakangan banyak terjadi, film ini layak ditonton untuk belajar pentingnya kemanusiaan.

Pada realitasnya, kisah nyata serangan teroris di Mumbai, India, pada 2008 itu menewaskan ratusan orang di Mumbai. Film dibuat berdasarkan Surviving Mumbai yang dibuat Victoria Midwinter Pitt dan disutradarai Anthony Maras. Sejumlah bintang ternama juga ambil bagian pada film ini, seperti Dev Patel, Nazanin Boniadi, Armie Hammer, Tilda Cobham Hervey, Jason Isaacs, Anupam Kher, Natasha Liu Bordizzo, dan Carmen Duncan. (M-2)

BACA JUGA:Shazam, Bukti Film Superhero DC Tak Selalu Kelam



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya