Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tolong, Museum Ini Butuh Donasi untuk Pembukaan

Fathurrozak
28/3/2019 11:00
Tolong, Museum Ini Butuh Donasi untuk Pembukaan
Instalasi karya Jamie McCartney yang bertajuk Great Wall of Vagina saat dipamerkan di La Triennale, Milan, Italia.(www.Jamie McCartney.com)


DI beberapa kota besar di dunia, ada museum yang memang didedikasikan untuk seks. Membahas segala sesuatu mulai dari tindakan fisik, kekusutan, sejarah seks, dan kepercayaan budaya. Namun, ternyata tidak ada museum fisik yang didedikasikan hanya untuk vagina. Setidaknya belum hingga kemudian akan muncul di London.

Akan tetapi, untuk mewujudkannya, penyelenggara museum masih membutuhkan bantuan dana dari publik. Museum yang akan didedikasikan untuk menghilangkan stigma vagina, vulva, dan kesehatan ginekologi tersebut rencananya akan dibuka di Pasar Camden pada November 2019, tetapi para pendiri masih perlu mengumpulkan dana untuk pembukaan.

Para pendiri The Vagina Museum telah membuat halaman crowdfunding yang bertujuan mengumpulkan 300 ribu pound sterling atau sekitar Rp5,6 miliar. Mereka menyatakan bahwa kontribusi publik itu akan digunakan untuk mendanai pameran, program penjangkauan, staf, serta biaya sewa.

Berbicara tentang proyeknya kepada Independent, pendiri dan YouTuber Florence Schechter mengatakan, "Museum Vagina sangat penting karena area tubuh ini sangat distigmatisasi dan ini memiliki konsekuensi dunia nyata seperti orang yang terlalu malu untuk mendapatkan  cervical smear mereka. Prioritas utama kami adalah melawan tabu yang mengelilingi tubuh kita dan menyediakan tempat di mana kita dapat berbincang dengan jujur dan terbuka," ungkap Schechter.

BACA JUGA: Meremajakan Kembali Organ Kewanitaan

Museum yang juga dimaksudkan untuk interseksional dan inklusivitas gender ini mengadakan pameran pertamanya di Edinburgh Fringe Festival pada Agustus 2017. Tahun berikutnya, meluncur museum popup yang mengadakan perjalanan keliling Inggris ke berbagai festival dan acara, menyebarkan informasi tentang  vagina.

"Museum ini bertindak sebagai pemelihara sejarah bagi masyarakat dan memberikan akses publik ke sejarah mereka. Vagina dan vulva sering kali umumnya dianggap terlalu kontroversial atau sulit bagi publik," lanjut Schechter dikutip dari Cosmopolitan.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa ini merupakan waktu yang tepat untuk menyoroti vagina dan kesehatan ginekologis. Menurut riset yang dikumpulkan oleh kampanye Eve Appeal, 65% dari responden berusia 16-25 tahun mengatakan memiliki masalah menggunakan kata-kata vagina atau vulva, dan lebih dari 1 dari 10 pada rentang usia 16-35 tahun mengatakan mereka merasa sulit untuk berbicara dengan dokter tentang masalah kesehatan genital. Bahkan, hampir sepertiga mengakui enggan pergi ke ginekolog karena malu.

Padahal, sangat penting bagi perempuan untuk merasa diberdayakan dan mengambil kepemilikan tubuh maupun membicarakannya dengan cara yang tidak diselimuti oleh rasa malu atau tabu. Melalui program pameran seni, program penjangkauan dengan penyintas kekerasan seksual dan orang-orang tunawisma, panggung komedi feminis, kuis di pub, pemutaran film, dan banyak lagi, Museum Vagina mudah-mudahan akan menjadi ruang aman yang mengadvokasi siapa pun yang memiliki vagina. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya