Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
KOREA Selatan dikenal sebagai salah satu negara dengan jam kerja terpanjang di dunia. Di tengah tekanan ini, fotografer asal Seoul, Kim Seunggu, mendokumentasikan momen santai masyarakat Korea.
Selama hampir 15 tahun, Kim memotret momen-momen seperti liburan di kolam renang, berkumpul di tempat umum, hingga berkemah di taman kota. Proyek yang dinamai Better Days itu bertujuan menampilkan keseimbangan antara tekanan hidup dan kebahagiaan sederhana.
Kim, 45, memulai profesi fotografernya pada 2010, saat ia masih menempuh pendidikan pascasarjana. Kim berkeliling ke berbagai tempat ikonis di Korea Selatan, seperti Kolam Renang Hanok Jangheung, Royal Azaleas Hill, dan Mulbit Park. Tempat-tempat tersebut terkenal dengan suasana yang santai dan keindahan alamnya.
Sejak kecil, Kim sudah tertarik pada cara orang memanfaatkan waktu luang. Hal ini yang mendorongnya untuk mendokumentasikan momen-momen tersebut. “Saya merasa terpesona dengan pemandangan ini,” ujarnya.
Karya Kim telah mendapat pengakuan internasional. Ia meraih Grand Prix pada Kompetisi Fotografi Internasional Tokyo dan nominasi untuk Penghargaan Fotografi BBA. Foto-fotonya juga dipamerkan di Museum Seni Modern Gyeonggi dan Museum Seni Seoul.
Selain itu, Kim mengungkapkan kekagumannya pada fotografer asal Amerika, Richard Misrach dan Joel Sternfeld. Kedua fotografer tersebut dikenal sebagai pencatat kehidupan Korea modern yang mengungkap kegembiraan dan kompleksitas kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dalam karyanya Better Days, Kim menonjolkan kontras antara kehidupan perkotaan yang padat dan aktivitas rekreasi yang santai. Salah satu fotonya yang terkenal adalah Kolam Renang Hanok.
Foto ini menampilkan kolam renang yang penuh sesak, dikelilingi bangunan kayu tradisional dengan atap melengkung khas Korea. Dalam foto tersebut terlihat anak-anak bermain air dengan ceria, sementara orang dewasa bersantai di tepi kolam.
Di Royal Azaleas Hill, ia memotret hamparan bunga azalea merah muda yang mekar, menampilkan keindahan perayaan musiman di Korea.
Kim lebih sering memotret kelas menengah dibandingkan kelompok elite. Menurutnya, budaya kelas menengah lebih mencerminkan masyarakat Korea secara keseluruhan. “Orang-orang kelas atas biasanya menikmati waktu luang di tempat yang eksklusif dan sulit diakses, seperti resor mewah,” jelasnya.
“Sementara itu, budaya yang dinikmati mayoritas lebih mewakili cerita rakyat modern,” tambahannya.
Tak hanya itu, kim juga mengaitkan karyanya dengan tradisi seni Dinasti Joseon. Sebuah lukisan yang pada masa itu sering menggambarkan kehidupan rakyat jelata. Menurutnya lukisan tersebut menyimpan banyak cerita.
Lebih lanjut, untuk memahami budaya relaksasi Korea, Kim menelusuri latar belakang sejarahnya. Ia mencatat penjajahan Jepang dan Perang Korea menyebabkan stagnasi budaya.
Reformasi politik pada 1980-an dan 1990-an, termasuk pemberontakan demokrasi 1987, memicu keinginan besar akan kebebasan. Hal inilah yang akhirnya membuka pintu bagi pengaruh budaya Barat dari Amerika dan Eropa untuk masuk.
Meskipun individualisme mulai berkembang, masyarakat Korea tetap menjunjung tinggi rasa kebersamaan yang berakar pada nilai-nilai Konfusianisme. Kim menyebut kombinasi ini sebagai “komunitas fleksibel,” di mana individualisme dan rasa kebersamaan hidup berdampingan.
Foto-foto Kim menjadi bukti, meskipun menghadapi jam kerja panjang dan modernisasi yang cepat, masyarakat Korea tetap menemukan momen untuk bersantai. “Jam kerja panjang dan liburan singkat mungkin terlihat negatif, tetapi ini menunjukkan bagaimana masyarakat beradaptasi dan tetap bertahan,” ujar Kim.
Kim dikenal dengan pendekatan fotografi lambat. Ia sering menghabiskan waktu berjam-jam mengamati suasana sebelum memotret.
Umumnya Kim akan memilih objek foto dengan warna-warna cerah dan sudut pandang tinggi untuk menangkap momen interaksi sosial yang lebih luas. “Saya ingin menampilkan optimisme dalam budaya waktu luang Korea,” katanya.
Buku fotografi Better Days, memuat hampir 50 foto, dan kini telah diterbitkan oleh Kehrer Verlag.
Sebagai informasi, budaya rekreasi seringkali menjadi hal penting di tengah fenomena gwarosa, yaitu kematian akibat kerja berlebihan. Tahun 2023, pemerintah Korea Selatan membatalkan rencana untuk menambah jam kerja maksimum dari 52 menjadi 69 jam per minggu. Langkah ini diambil setelah generasi muda, terutama Milenial dan Gen Z, memprotes kebijakan tersebut. (CNN/Z-3)
Bertepatan dengan akhir tahun, ada baiknya Jelita mempertimbangkan cara-cara stress management yang tepat untuk menyambut kehidupan di 2025 yang less stress dan lebih tenang.
Para peneliti menyarankan terapi relaksasi seperti yoga, musik, relaksasi otot progresif, relaksasi napas dalam, dan hipnosis untuk mengurangi risiko stres dan kecemasan pada ibu hamil.
Relaksasi ialah proses merilekskan otot-otot yang mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh serta pikiran agar tercapai kondisi yang nyaman.
Proses meditasi juga bermanfaat bagi fungsi kognitif otak. Seseorang tidak memerlukan waktu lama dalam bermeditasi untuk meningkatkan fungsi otak.
Hari ini menjadi hari yang tepat untuk berhenti sejenak dari rutinitas untuk bernafas dan menikmati hidup. Selamat hari relaksasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved