Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
POTONGAN-potongan kerak bumi kuno, yang kadang disebut sebagai "dunia tenggelam," mungkin baru saja ditemukan jauh di dalam mantel bumi, berkat cara baru untuk memetakan bagian dalam planet kita. Namun, blob misterius ini muncul di tempat yang seharusnya tidak ada, membuat para peneliti bingung.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah membangun gambaran yang lebih baik tentang interior bumi dengan menggunakan seismograf, gambar 3D yang dibuat dengan mengukur bagaimana gelombang seismik dari gempa bumi bergema jauh di dalam planet kita.
Metode ini telah membantu para ilmuwan mengidentifikasi bagian-bagian kuno dari kerak planet, yang dikenal sebagai pelat subduksi, yang telah ditarik ke dalam mantel melalui zona subduksi tempat lempeng tektonik bertemu. Sebagai contoh, pada Oktober 2024, para peneliti mengumumkan penemuan sebuah bagian dari dasar laut yang tenggelam jauh ke dalam mantel di bawah Pulau Paskah.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada 4 November 2024 di jurnal Scientific Reports, para peneliti mengungkapkan mereka menemukan "banyak" potensi pelat subduksi di seluruh mantel bumi, menggunakan jenis pencitraan seismograf baru.
Namun, berbeda dengan pelat subduksi yang sebelumnya teridentifikasi, yang ditemukan di daerah-daerah di mana lempeng tektonik saat ini bertabrakan atau sebelumnya bertumbukan, beberapa anomali baru ini terletak di tempat-tempat di mana tidak ada aktivitas tektonik yang diketahui pernah terjadi, seperti di bawah Samudra Pasifik bagian barat. Akibatnya, masih belum jelas bagaimana mereka bisa berada di sana.
"Itulah dilema kami," kata Thomas Schouten, kandidat doktor di Institut Geologi ETH Zurich di Swiss, dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 7 Januari. "Dengan model resolusi tinggi baru, kami bisa melihat anomali seperti itu di mana-mana di mantel bumi. Tetapi kami tidak tahu persis apa itu."
Ada penjelasan potensial lain untuk blob yang baru dipetakan ini. Misalnya, mereka mungkin terbuat dari material seperti kerak yang tersisa dari penciptaan mantel 4 miliar tahun yang lalu. Atau mereka bisa terdiri dari material padat lainnya yang telah berkembang di dalam mantel selama beberapa ratus juta tahun terakhir.
Namun, ini hanya teori alternatif. Saat ini, identitas blob ini tetap menjadi "misteri besar," tulis perwakilan ETH Zurich dalam pernyataan tersebut.
Sampai saat ini, semua yang kita ketahui tentang bagian dalam bumi berasal dari penggabungan seismograf yang dibuat dari berbagai gempa bumi individual di seluruh dunia. Tetapi dalam studi baru ini, para peneliti menggunakan metode baru yang dikenal sebagai full-waveform inversion, yang menggunakan model komputer untuk menggabungkan seismograf-seismograf ini menjadi satu gambar yang jelas.
Ini adalah metode yang memerlukan komputasi intensif, dan untuk melakukannya, para peneliti harus menjalankan model di superkomputer Piz Daint di Swiss National Supercomputer Center di Lugano untuk memproses data.
Penulis studi Andreas Fichtner, seorang seismolog di ETH Zurich yang membuat model full-waveform yang digunakan dalam penelitian baru ini, membandingkan penggunaan full-waveform inversion dengan kemajuan pencitraan medis. Bayangkan seorang dokter telah mempelajari sistem peredaran darah selama beberapa dekade, kata Fichtner.
"Kemudian, jika Anda memberi mereka alat pemeriksaan baru yang lebih baik, mereka tiba-tiba melihat sebuah arteri di bokong yang sebenarnya tidak seharusnya ada di sana," jelas Fichtner. "Itulah tepatnya bagaimana perasaan kami tentang temuan baru ini."
Para peneliti berpikir blob yang baru ditemukan ini mungkin adalah pelat subduksi, sebagian besar karena gelombang seismik melaluinya dengan kecepatan yang sama. Namun, ini tidak menjamin mereka adalah hal yang sama, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai apakah mereka benar-benar serupa.
"Kami harus menghitung berbagai parameter material yang dapat menghasilkan kecepatan gelombang yang diamati dari berbagai jenis gelombang," kata Schouten. "Intinya, kami harus menyelami lebih dalam lagi sifat material di balik kecepatan gelombang tersebut." (Space/Z-3)
GUNUNG api Marapi di Sumatra Barat kembali erupsi pada Kamis (30/5) pukul 13.04 WIB. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30.4 mm dan durasi sekitar 2 menit 2 detik.
BMKG mengingatkan erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara berpotensi memicu tsunami. Meskipun saat ini menunjukkan tidak adanya anomali yang mengindikasikan bahaya tsunami non seismik
Hawaii diguncang oleh gempa bumi berkekuatan 5,7 magnitudo di dekat Pahala, pulau utama Hawaii.
Gempa berkekuatan 7,6 skala Richter tersebut disebabkan sesar terbalik. Gerakan terjadi ketika dinding atas sesar bergeser ke atas menjauhi footwall.
Tsunami Aceh 2004 yang tidak hanya melanda Aceh, Indonesia, tetapi juga menghantam sebanyak 15 negara di seluruh dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved