Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEKELOMPOK ilmuwan internasional mengungkapkan hasil penelitian inovatif mereka tentang asal-usul air bulan. Pada penemuan ini kembali membentuk pemahaman kita tentang sistem Bumi-Bulan dan tata surya yang lebih luas. Hasil studi ini mengeksplorasi tanda-tanda isotop air bulan yang mengungkapkan campuran sumber asli dan komet.
Para tim ilmuwan menganalisis air dengan menggunakan sembilan sampel dari bulan Apollo. Pada pengambilan sampel ini menggunakan teknik isotop oksigen rangkap tiga dengan presisi yang tinggi. Metodi ini dikembangakan Dr Morgan Nunn Martinez dari University of California, San Diego. Penelitian ini memisahkan air ke dalam fase pengikatnya sehingga terikat longgar dan terperangkap dalam mineral melalui pemanasan bertahap pada suhu 50°C, 150°C, dan 1.000°C.
Pada temuan mereka, memberikan bukti penting air bulan memiliki warisan ganda, yaitu satu bagiannya berasal dari material yang mirip dengan bumi di masa lalu dan bagian lain yang berasal dari dampak komet.
“Ini merupakan langkah maju yang besar dalam mengungkapkan asal usul air bulan” ujar Dr Maxwell Thiemens dari kelompok penelitian AMGC di VUB.
“Data kami menunjukkan bulan mewarisi air yang berasal dari pembentukan Bumi, diikuti oleh kontribusi komet lainnya yang menghasilkan reservoir air yang kita lihat saat ini.”
Tiga hasil utama yang menjadi inti penemuan tersebut adalah tanda-tanda awal Bumi yang memiliki komposisi isotop oksigen yang cocok dengan kondrit enstatite dengan jenis meteorit yang diyakini sebagai bahan penyusun Bumi.
Penemuan ini juga terlihat jelas tanda-tanda kontribusi komet, yang dimana Sebagian besar air bulan menunjukkan kemiripan isotop dengan komet.
Penelitian ini menantang teori yang berlaku di umum mayoritas air bulan diproduksi di tempat dengan melalui interaksi matahari silikat bulan, yang sebaliknya menunjukkan campuran sumber yang kompleks.
Pada penemuan ini sangat tepat pada waktunya. Pasalnya negara-negara dan penelitian lainnya mengintensifkan upaya mereka untuk membangun pangkalan bulan permanen.
Memahami asal-usul dan distribusi air ini dapat memiliki implikasi yang signifikan untuk mempertahankan keberadaan manusia di Bulan.
“Data tersebut tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang masa lalu Bulan, tetapi juga membuka jalan bagi eksplorasi ruang angkasa dan pemanfaatan sumber daya di masa depan. Temuan-temuan ini seharusnya mendefinisikan ulang cara kita berpikir tentang air yang menjadi sumber daya untuk tempat tinggal jangka panjang di Bulan” ujar Thiemens.
Penelitian ini berpotensi untuk membentuk ilmu bulan dan planet yang selama ini mendukung beberapa dekade yang mendatang. Penelitian ini juga menawarkan hubungan yang lebih dalam antara lingkungan Bumi yang kaya air dan permukaan Bulan yang gersang.
Dengan misi Artemis yang sudah di depan mata, studi perintis ini memberikan landasan yang penting untuk eksplorasi dan perencanaan sumber daya di masa depan. (Sciencedaily/Astrobiology/Z-3)
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Peneliti mengidentifikasi kawah South Pole-Aitken di bulan menyimpan sisa mantel muda dan laut magma purba.
Penelitian terbaru terhadap sampel dari sisi jauh bulan yang dikumpulkan misi Chang’e 6 mengungkapkan bagian dalam sisi jauh bulan mengandung lebih sedikit air.
Ilmuwan dari Indian Institute of Science (IISc) menemukan bakteri tanah bernama Sporosarcina pasteurii dapat digunakan untuk memperbaiki retakan pada batu bata berbahan regolit bulan.
Pernah membayangkan Ramadan terjadi dua kali dalam satu tahun? Jika melihat kalender, fenomena unik ini akan terjadi pada 2030 nanti.
Misi Chang’e 6 milik Tiongkok berhasil membawa sampel pertama dari sisi jauh Bulan, memberikan wawasan berharga tentang sejarah geologinya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved