Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
MARS, planet merah yang berjarak sekitar 140 juta mil dari Bumi, telah menjadi saksi kehadiran manusia melalui berbagai misi eksplorasi.
Sejak tahun 1971, misi Mars 2 milik Uni Soviet yang mendarat darurat di Mars meninggalkan puing, parasut, dan jejak penjelajah di permukaan planet tersebut.
Kini, sekelompok antropolog yang dipimpin oleh Justin Holcomb, peneliti Universitas Kansas, menyerukan kepada NASA dan badan antariksa lainnya untuk mencatat artefak peninggalan di Mars.
Mereka khawatir lingkungan ekstrem di Mars dapat mengubur atau merusak objek bersejarah ini. Holcomb juga menyarankan pembuatan daftar internasional seperti yang digunakan oleh PBB untuk melacak dan melestarikan objek-objek tersebut.
Holcomb menegaskan, objek-objek ini lebih dari sekadar sampah. "Itu bukan sampah, melainkan warisan penting. Solusi untuk sampah adalah pembuangan, sedangkan solusi untuk warisan adalah pelestarian. Ada perbedaan besar," ujar Holcomb dalam sebuah pernyataan.
Biasanya, istilah "sampah antariksa" merujuk pada puing-puing yang mengorbit Bumi, yang dapat membahayakan satelit dan astronot di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Hingga saat ini, Departemen Pertahanan Amerika Serikat melacak sekitar 27.000 objek buatan yang berukuran lebih besar dari empat inci.
Namun, objek-objek kecil seperti baut atau sekrup yang tidak terdeteksi—berjumlah sekitar 500.000 buah menurut perkiraan NASA—dapat menjadi ancaman serius, karena bergerak dengan kecepatan hingga 15.700 mph.
Gagasan untuk melihat sampah antariksa sebagai catatan arkeologis bukanlah hal baru.
Pada tahun 2012, NASA menerbitkan inventaris yang mencatat sekitar 800 barang yang ditinggalkan di Bulan, termasuk kotoran astronot, sendok, palu, kamera, hingga bola golf.
Barang-barang ini tidak dianggap sebagai kekacauan, melainkan sebagai bagian dari catatan sejarah yang penting untuk dipetakan dan dilestarikan.
Artefak seperti kotoran Neil Armstrong dan Buzz Aldrin bahkan dipandang sebagai bagian dari sains dan sejarah eksplorasi manusia.
Dalam 12 tahun terakhir, semakin banyak negara yang terlibat dalam eksplorasi antariksa, meninggalkan jejak mereka di Bulan maupun Mars.
Di Mars, perhatian para arkeolog lebih terfokus pada dampak lingkungan ekstrem daripada persaingan antarnegara. Mereka mempelajari geoarkeologi untuk memahami bagaimana kondisi Mars yang keras dapat memengaruhi objek-objek peninggalan seiring waktu.
Salah satu ancaman utama adalah pusaran debu Mars, yang diamati oleh Mars Reconnaissance Orbiter sekitar 12 tahun lalu. Pusaran debu ini, yang menyerupai tornado setinggi 12 mil, dapat mengaduk tanah dan menutupi objek yang ada di permukaan Mars. Selain itu, bukit pasir yang terus bergerak menjadi kekhawatiran lain dalam pelestarian artefak ini.
Meski belum ada rencana inventarisasi terpadu untuk objek di Mars, setiap tim misi telah melacak perangkat keras mereka masing-masing. Namun, daftar ini masih perlu digabungkan untuk menciptakan katalog lengkap. (Z-10)
Sumber:
Penjelajah Zhurong milik Tiongkok berhasil menemukan jejak garis pantai kuno di Mars, membuktikan bahwa miliaran tahun lalu, planet merah ini bukanlah gurun tandus seperti sekarang.
Studi terbaru menghubungkan surplus energi kutub Mars dengan badai debu global yang terkenal di planet merah.
Pada 16 Januari 2025, langit malam akan menjadi lebih istimewa karena Mars akan berada dalam posisi terbaiknya untuk diamati dari Bumi. Fenomena ini dikenal sebagai oposisi Mars
Temukan panduan lengkap untuk melihat planet Mars dengan mata telanjang, termasuk waktu terbaik, lokasi ideal, dan tips menggunakan alat tambahan.
Penemuan meteorit Mars yang disimpan di laci meja Universitas Purdue di Indiana, AS, sejak tahun 1931, baru-baru ini membuka lembaran sejarah baru
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved