Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
NASA dan Space X telah memutuskan untuk menunda peluncuran wahana antariksa IMAP (Interstellar Mapping and Acceleration Probe) hingga September 2025. Keputusan ini diambil untuk memberikan waktu tambahan dalam mempersiapkan sistem penerbangan yang diperlukan, sehingga misi yang dijalankan dapat mencapai keberhasilan.
IMAP dirancang untuk mempelajari heliosfer, yaitu gelembung magnetik yang melindungi tata surya dari radiasi antarbintang. Dalam misi ini, wahana antariksa akan mengambil sampel, menganalisis, dan memetakan partikel yang datang dari tepi ruang antarbintang.
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang batas pelindung heliosfer dan perannya dalam menjaga keseimbangan tata surya.
Selain itu, IMAP juga akan mengungkap lebih banyak informasi mengenai angin matahari, aliran partikel yang terus dipancarkan oleh matahari, serta partikel berenergi tinggi dan sinar kosmik. Pengetahuan ini tidak hanya penting bagi keselamatan para astronot dan teknologi luar angkasa, tetapi juga dapat menjelaskan bagaimana partikel-partikel tersebut dapat berkontribusi terhadap keberadaan kehidupan di muka bumi ini.
Perlu diketahui bahwa IMAP bukan satu-satunya misi yang akan diluncurkan dalam perjalanan ini. Dua pesawat antariksa lain juga akan ikut serta, yaitu Observatorium Geokorona Carruthers milik NASA dan misi Space Weather Follow On Lagrange 1 (SWFO-L1) dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Berikut penjelasan perbedaan dari kedua pesawat yang membawa misi.
Misi ini akan bertujuan untuk mempelajari geokorona bumi, bagian atmosfer luar yang memberikan pancaran berupa cahaya ultraviolet. Kemudian misi penelitian ini nantinya akan membantu ilmuwan memahami lebih jauh tentang atmosfer bumi dan pengaruh aktivitas matahari terhadap planet ini.
Pada misi SWFO-L1 pemantauan korona matahari dan pengukuran aliran angin matahari akan dilakukan. Data dari misi ini sangat penting untuk memberikan peringatan dini mengenai kondisi cuaca luar angkasa yang dapat berpotensi memengaruhi teknologi serta kehidupan makhluk Bumi.
Selama misi tersebut, ketiga wahana ini akan ditempatkan di titik Lagrange 1, yaitu lokasi strategis sekitar satu juta mil dari bumi menuju matahari.
Pada titik ini, gravitasi bumi dan matahari saling menyeimbangkan, sehingga wahana Antariksa tersebut dapat mengorbit dengan stabil menggunakan sedikit bahan bakar.
Posisi ini memungkinkan pengamatan matahari yang lebih efektif sekaligus memberikan peringatan dini terhadap ancaman cuaca antariksa.
Misi ini akan diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Cape Canaveral, Florida. Tim ilmiah IMAP dipimpin oleh Profesor David J. McComas dari Universitas Princeton yang melibatkan 25 lembaga internasional.
Wahana ini juga dikembangkan dan akan dikelola oleh Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins di Maryland.
Sementara untuk observatorium Geokorona Carruthers dipimpin oleh Profesor Lara Waldrop berasal dari University of Illinois Urbana-Champaign, lalu NOAA akan mengelola misi SWFO-L1. Proses peluncuran sendiri akan diatur oleh program layanan peluncuran NASA di Florida.
(NASA/Z-9)
Musk menulis di platform X bahwa SpaceX akan segera mulai menonaktifkan wahana antariksa Dragon miliknya.
MILIARDER Amerika Serikat Elon Musk mengatakan tanpa Starlink, jalur komunikasi militer Ukraina akan runtuh.
PRESIDEN terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak anggapan ia telah menyerahkan kepresidenan kepada miliarder Elon Musk.
Proyek Haven-1 memiliki jadwal yang ambisius, karena pengembangan dan persiapan peluncurannya direncanakan akan selesai pada paruh kedua 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved