Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SETIAP hari, ribuan kilatan energi kosmik yang misterius, dikenal sebagai fast radio bursts (FRB), terjadi di langit tanpa terlihat mata manusia, melepaskan energi dalam hitungan milidetik setara dengan energi yang dihasilkan matahari dalam sehari.
Karena sifatnya yang singkat, para ilmuwan sering mengandalkan keberuntungan untuk mengamati FRB, apalagi melacak asalnya atau memahami penyebab perilaku mereka.
Kini, astronom yang dipimpin Kritti Sharma dari California Institute of Technology menduga kilatan energi ini cenderung terjadi di galaksi besar yang membentuk bintang, berasal dari ledakan dahsyat bintang mati langka yang disebut magnetar. Temuan ini juga menunjukkan magnetar bisa terbentuk dari penggabungan dua bintang, menawarkan petunjuk baru mengenai asal-usul objek kosmik ini.
"Sangat sedikit yang diketahui tentang penyebab terbentuknya magnetar saat bintang masif mati," kata Sharma dalam sebuah rilis berita. "Penelitian kami membantu menjawab pertanyaan ini."
Dengan menganalisis galaksi asal dari 30 FRB yang tercatat Deep Synoptic Array-110 di California, Sharma dan timnya menemukan ledakan ini berasal dari galaksi besar pembentuk bintang yang kaya akan "logam" — istilah astronomi untuk elemen yang lebih berat daripada hidrogen dan helium. Lingkungan kaya logam ini mungkin mendukung terbentuknya magnetar, yang diduga sebagai penghasil FRB, menurut para peneliti.
Magnetar, jenis bintang neutron, mungkin merupakan sisa ledakan dari penggabungan bintang, bukan dari runtuhnya bintang masif menjadi supernova, karena fenomena ini berasal dari lingkungan yang berbeda, menurut makalah yang diterbitkan pada Rabu (6/11) di jurnal Nature.
Bintang kaya logam yang berada dalam pasangan bintang di galaksi seperti ini cenderung menjadi kurang kompak seiring evolusinya, mempercepat perpindahan massa antar bintang, dan memulai proses penggabungan bintang. Bintang yang bertahan, biasanya yang lebih besar, “terlahir kembali” dengan membakar bahan bakar yang diperolehnya dari bintang pendamping, menghasilkan medan magnet yang ratusan triliun kali lebih kuat dari Bumi.
Skenario ini juga bisa menjelaskan deteksi sesekali FRB di wilayah dengan bintang tua, karena sistem bintang ganda biasanya hidup lebih lama dibanding magnetar yang berdiri sendiri, lapor Nature News.
Masih banyak pertanyaan tentang sifat FRB, termasuk mengapa beberapa dari mereka tampak meledak beberapa kali sehari, sementara yang lain hanya sekali.
"Kami tidak tahu apa yang menyebabkannya," kata Ayush Pandhi dari University of Toronto kepada Astronomy.com. "Ini adalah salah satu misteri besar dalam astronomi saat ini." (Space/Z-3)
Kekosongan kosmik, yang pertama kali diidentifikasi pada awal tahun 1980-an, mendominasi volume alam semesta.
Fenomena langka AT 2022dbl: bintang lolos dari lubang hitam supermasif, lalu kembali untuk flare kedua. Akankah ada flare ketiga pada 2026?
Tata surya kini kedatangan tamu tak diundang yang sedang bergerak cepat menuju kita dalam perjalanan searah melintasi ruang angkasa kita.
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
Antara 2021 hingga 2023, Basant dan timnya melakukan pengamatan terhadap Bintang Barnard sebanyak 112 kali dengan menggunakan spektrograf MAROON-X.
Dengan bantuan JWST, ilmuwan mengetahui planet seukuran Jupiter tidak ditelan bintang yang mengembang, melainkan jatuh ke arah bintang.
Pada 27 Maret 2025, teleskop SPHEREx menangkap gambar pertama yang menakjubkan berisi lebih dari 100.000 galaksi, bintang, dan nebula.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved