Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEBUAH bintang jauh tampaknya berhasil lolos dari cengkraman lubang hitam supermasif. Namun kembali lagi dan menghadapi pertemuan kedua!
Fenomena langka ini terdeteksi melalui dua kilatan cahaya (flare) yang hampir identik, terjadi dalam selang waktu sekitar 700 hari. Peristiwa ini diberi nama AT 2022dbl.
Para ilmuwan awalnya mengira lubang hitam tersebut menelan dua bintang berbeda. Namun setelah dianalisis, mereka menyimpulkan dua flare itu berasal dari bintang yang sama. Seolah-olah lubang hitam hanya mengambil “dua gigitan” dari satu bintang.
Ini adalah bukti pertama sebuah bintang dapat selamat dari gangguan lubang hitam supermasif, lalu kembali untuk “pertarungan kedua”.
Fenomena seperti ini dikenal sebagai “tidal disruption event” (TDE), ketika bintang yang terlalu dekat dengan lubang hitam tertarik oleh gravitasi ekstrem hingga terurai. Proses ini disebut “spaghettifikasi” karena bintang ditarik memanjang seperti spaghetti, sebagian materialnya jatuh mengelilingi lubang hitam, sebagian lagi terlempar ke luar angkasa.
Material yang tersisa memutar dengan kecepatan tinggi, menghasilkan gesekan yang memancarkan cahaya terang selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Selama ini, para ilmuwan berasumsi bintang yang mengalami TDE pasti hancur total.
Namun AT 2022dbl memberi petunjuk baru: tidak semua lubang hitam langsung menghancurkan bintang sepenuhnya. Ada yang “menikmati makanannya perlahan,” membiarkan bintang bertahan sebagian untuk kembali di kemudian hari.
Tim peneliti menduga, jika bintang ini berhasil selamat dari gigitan kedua, ia akan kembali mendekat ke lubang hitam dan memicu flare ketiga sekitar awal 2026, dua tahun setelah flare kedua.
“Pertanyaannya sekarang, apakah kita akan melihat flare ketiga pada awal 2026?” kata Iair Arcavi dari Universitas Tel Aviv. “Jika iya, berarti flare kedua juga hanyalah gangguan parsial, bukan kehancuran total.”
Namun, jika tidak ada flare ketiga, artinya pertemuan kedua menjadi akhir bagi bintang tersebut. Menariknya, kemiripan flare pertama dan kedua akan menunjukkan gangguan parsial dan total tampak serupa, sesuatu yang sebelumnya hanya diprediksi teori tanpa bukti observasi.
“Apa pun hasilnya, kita harus menulis ulang pemahaman kita tentang flare ini dan apa yang mereka ajarkan tentang monster di pusat galaksi,” tutup Arcavi. (Space/Z-2)
Tata surya kini kedatangan tamu tak diundang yang sedang bergerak cepat menuju kita dalam perjalanan searah melintasi ruang angkasa kita.
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
Antara 2021 hingga 2023, Basant dan timnya melakukan pengamatan terhadap Bintang Barnard sebanyak 112 kali dengan menggunakan spektrograf MAROON-X.
Dengan bantuan JWST, ilmuwan mengetahui planet seukuran Jupiter tidak ditelan bintang yang mengembang, melainkan jatuh ke arah bintang.
Pada 27 Maret 2025, teleskop SPHEREx menangkap gambar pertama yang menakjubkan berisi lebih dari 100.000 galaksi, bintang, dan nebula.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved