Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PENYELENGGARA Sertifikasi Elektronik (PSrE), Indonesia Digital Identity (VIDA) menemukan hampir 50% pelaku bisnis di Indonesia tidak paham mengenai cara kerja penipuan berbasis artificial intelligence (AI). Temuan ini diungkapkan dalam laporan terbaru VIDA, penyedia solusi pencegahan penipuan identitas digital, yang bertajuk “Where's The Fraud: Protecting Indonesian Businesses from AI-Generated Digital Fraud”.
Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA menekankan pentingnya pendekatan menyeluruh dalam menghadapi penipuan digital.
Baca juga : VIDA Luncurkan Deepfake Shield untuk Hadapi Ancaman Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI
“Seiring dengan meningkatnya kecanggihan teknologi, pelaku bisnis harus mengambil langkah proaktif untuk melindungi
pelanggan, proses bisnis, dan reputasi dalam lanskap digital yang terus berubah. Sebuah solusi anti-fraud yang terintegrasi tidak hanya memperkuat keamanan, tetapi juga membangun kepercayaan pelanggan yang berkelanjutan di era digital,” kata Niki, melalui keterangannya, Jumat (6/9).
VIDA menemukan 100% pelaku bisnis di Indonesia mengaku khawatir terhadap meningkatnya ancaman penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti deepfakes. Namun, 46% dari mereka belum memahami cara kerja teknologi tersebut.
Baca juga : Kecerdasan Buatan Generatif akan Ubah Lanskap Pembayaran Indonesia
Laporan tersebut menyoroti empat jenis penipuan digital yang paling banyak menyerang bisnis di Indonesia, yakni penipuan berbasis teknologi AI (deepfakes), rekayasa sosial (social engineering), pengambilalihan akun (account takeovers), serta pemalsuan dokumen dan tanda tangan.
Dengan empat industri yang paling terpengaruh secara signifikan adalah Perbankan & Fintech, Multifinance dan Pembiayaan Konsumen, Asuransi,dan Kesehatan.
Dalam konteks yang lebih luas, laporan VIDA menunjukkan bahwa ancaman penipuan berbasis AI ini telah merambah berbagai sektor. Di sektor Perbankan dan Fintech ada deepfakes dan rekayasa sosial dapat merugikan hingga jutaan dolar. Di sektor Multifinance dan Pembiayaan Konsumen terjadi pengambilalihan akun dan pemalsuan dokumen menjadi
masalah serius. Sementara penipuan identitas digital diprediksi bisa menyebabkan kerugian lebih dari $2 miliar per tahun.
Industri asuransi dan kesehatan juga tidak luput dari ancaman ini, dengan pemalsuan dokumen dan tanda tangan yang meningkatkan risiko klaim palsu, serta serangan rekayasa sosial yang menargetkan masyarakat untuk mendapatkan data sensitif. Hal ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial, tetapi juga risiko reputasi yang serius. (M-4)
Waspadai penipuan online shop fiktif yang mencatut nama Bea Cukai. Kenali modus, ciri-ciri, dan cara melaporkannya agar terhindar dari kerugian.
Manajemen Gold's Gym dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas diduga penipuan, penggelapan serta tindak pidana ketenagakerjaan. Pihak pelapor adalah sejumlah pelanggan dan karyawan.
Mantan pemain NBA Marcus Morris ditangkap atas tuduhan cek kosong senilai US$265.000 di dua kasino Las Vegas.
Permasalahan yang sebenarnya terjadi antara para vendor dan PT BDS adalah murni utang piutang dalam bisnis pengadaan ayam boneless dada
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mengingatkan masyarakat untuk selalu berhati-hati terhadap tautan (link) palsu yang mengatasnamakan program Bantuan Subsidi Upah.
PASANGAN berinisial Y dan AP menjadi korban penipuan oleh dua pria yang mengaku anggota Polri atau polisi gadungan. Keduanya ditipu setelah menjual motor mereka di Facebook
Dari Januari hingga November 2024, porsi permintaan untuk ruang usaha sewa di Rumah123 mencapai 69,5%
PT Qverse Teknologi Indonesia (Qverse) menggelar acara tahunan Quorum 3.0 pada Kamis (10/10) lalu di Hotel Mulia, Jakarta.
Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% per tahun sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045, dengan fokus pada penguatan industri domestik
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved