Kebutuhan SDM Operasional IoT Meningkat

Media Indonesia
08/7/2023 18:28
Kebutuhan SDM Operasional IoT Meningkat
Ilustrasi alur internet of things(DOK/STARTUP BANDUNG)

TEKNOLOGI terus bergerak maju, antara lain berkat penerapan produk serta layanan berbasis Internet of Things (IoT). Faktanya di Indonesia, penerapan produk dan layanan berbasis IoT ini tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena masih banyak tantangan dihadapi, antara lain keterbatasan sumber daya manusia (SDM).

Seperti ditunjukkan dalam Survei Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dilaksanakan di 34 provinsi pada 2020 lalu. Survei yang diikuti 1.670 responden itu hasilnya menunjukkan kemampuan adaptasi teknologi masyarakat relatif belum bagus.

Kemampuan ini jika ditambah kompetensi akses informasi dan literasi data, komunikasi dan kolaborasi, serta keamanan digital, hasil survei  menunjukkan skor keseluruhan literasi digital Indonesia mencapai 3,47 dari total 5.

Sementara itu, Riset Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 2021 menunjukkan, jumlah keterhubungan berbagai macam perangkat IoT lebih banyak dibandingkan jumlah telepon seluler yang terkoneksi. Penelitian ini logis karena koneksi IoT secara teori dan praktek tak harus selalu dioperasikan oleh manusia melalui ponsel cerdas.

Simak saja bagaimana perangkat-perangkat di pabrik, yang tanpa dioperasikan manusia, alat komputasi tersebut dapat saling terhubung  mencetak berbagai produktivitas tanpa lelah dan tanpa mengenal waktu secara mandiri. Dengan kata lain perangkat-perangkat ini dapat bekerja secara otomatis.

Lebih lanjut, Kemenkominfo tahun lalu menyatakan, jumlah perangkat IoT pada 2022 diperkirakan mencapai 400 juta. Jumlah itu akan terus meningkat sampai dengan 678 juta perangkat pada 2025 mendatang pasca hadirnya layanan 5G.

Sekalipun demikian, menurut Vice President Startup Bandung/Chief Digital eCommerce Fintech Sharing Vision Nur Islami Javad, masih diperlukan talenta digital khusus IoT, terutama di level teknis operasional. Pasalnya, jumlah talenta operational IoT yang mumpuni saat ini masih terbatas. Terlebih lagi kebutuhan terhadap talenta tersebut terus meningkat seiring industri IoT yang semakin berkembang.

“Kebutuhan SDM teknis operasional seperti dari SMK masih sangat besar. Sebab, di level operasional startup yang saya perhatikan, belum banyak SDM level operasional yang mampu mengoperasikan, maintenance, produksi, dan seterusnya,” ungkap Nur Islami, Sabtu (8/7).

Di saat bersamaan, sambung Jeff, sapaannya, SDM level ahli di bidang IoT juga diperlukan. Hal ini terlihat dari banyak nya alumni kampus di Bandung terutama engineer dari Teknik Industri, Teknik Fisika, Fisika, MIPA, Elektro, Informatika, Matematika, dan sejenisnya, yang direkrut untuk bekerja di posisi yang berhubungan dengan IoT.

Dia mencontohkan e-Fishery, sebuah startup akuakultur Bandung yang baru mencapai status unicorn. Sebagai salah satu entitas yang aktif merekrut SDM skala ahli tersebut, mereka masih kesulitan untuk bisa merekrut secara agresif SDM pada level operasional.

SMK

Iwan Hermawan, Ketua FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia) Jawa Barat mengatakan, SDM dari SMK itu potensial walaupun sering disebut sebagai penyumbang terbesar pengangguran.

“Itu tak bisa dipukul rata. Sepengamatan saya, ada siswa SMK di Jabar itu kelas tiga saja sudah ditunggu oleh perusahaan konglomerasi besar. Banyak juga yang langsung magang hingga jadi karyawan di luar negeri, seperti di Jepang. Itu semua tergantung pada kompetensi siswa, guru, dan sekolah,” katanya.

Menurut dia, untuk SMK dengan prodi mapan, lulusannya yang kompeten jarang yang mengganggur. Apalagi konsep teaching factory sudah lama dijalankan, sehingga banyak SMK di Indonesia termasuk di sektor ICT, yang membuat alumni tidak gagap masuk industri.

KiDi IoT Antares

Melihat potensi IoT dan tantangan SDM di dalam nya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), melalui Leap Telkom Digital berkontribusi aktif untuk menyiapkan SDM level operasional IoT tersebut dengan baru saja merilis Kelas Industri Digital IoT (KiDi IoT).

KiDi IoT merupakan solusi IoT di sektor pendidikan dari Antares dan merupakan salah satu brand dibawah naungan Leap Telkom Digital yang ditujukan khusus untuk pelajar dan guru SMK. Metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah project based learning berbentuk teaching factory dalam pembuatan usecase IoT.  

Perilisan KiDi IoT Antares ini juga selaras dengan tujuan Telkom yaitu untuk Mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing. Melalui KiDi IoT Antares, pengguna akan memperoleh antara lain industrial grade sensor, unlimited Antares platform application, unlimited hit API's, modul praktikum untuk IoT, pelatihan beserta materinya, termasuk  juga pelatihan bersetifikasi baik untuk siswa maupun guru sebagai trainer/ToT.

KiDi IoT dari Antares ini diproyeksikan membantu sekolah menggali potensi siswa di bidang IOT agar memunculkan kreativitas dalam membuat berbagai macam usecase yang berhubungan dengan IoT. Selain itu metode pengajaran juga dilengkapi dengan praktik di lapangan guna mendukung teori di kelas.

“Siapa tahu di masa depan, IoT bisa dinikmati oleh semua anak-anak SMK, bahkan hingga SMP dan SD. Kalau kita lihat, anak-anak SD kelas 1,2,3, sebagian suka baca buku coding untuk anak-anak. Mungkin di masa depan, satu kesatuan pergerakan ekosistem IoT ini akan menjadi menarik. Semoga KiDi IoT dari Antares ini berjalan lancar dan berdampak positif bagi Indonesia,” tandas Nur Islami. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya