Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TIM Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan mempertanyakan keseriusan serta tanggung jawab moral PSSI serta para pemilik suara untuk mengikuti rekomendasi terkait reformasi di tubuh federasi sepak bola tersebut. Anggota TGIPF Anton Sanjoyo menyatakan sampai saat ini PSSI tak menunjukkan kemauan ke arah sana.
"Mereka (PSSI) tidak ada kemauan sama sekali untuk mengikuti saran TGIPF dan kemauan masyarakat yang menginginkan adanya reformasi. Permulaannya sebenarnya adalah pernyataan mereka ikut tanggung jawab. Mereka sebenarnya diminta untuk mereformasi dalam kaidah-kaidah organisasi, mereka punya mekanisme kongres," kata Anton Sanjoyo ketika dihubungi, Rabu (19/10).
TGIPF menyadari proses perubahan kepengurusan ada di tangan PSSI dan pemerintah tak mau ikut campur karena federasi memiliki mekanisme. Akan tetapi, ucap Anton, PSSI punya kewajiban moral untuk bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan 133 orang tersebut.
"Tim pencari fakta menyerahkan proses reformasinya kepada PSSI. Tidak ingin pemerintah ikut campur urusan mereka tapi mereka punya kewajiban moral untuk bertanggung jawab," imbuhnya.
"Sebelumnya di GBLA (Stadion Gelora Bandung Lautan Api) dua orang mati tidak ada yang tanggung jawab. Sekarang 133 orang mati Ketua Umum PSSI minta maaf pun enggak," tegasnya.
Baca juga: TGIPF: Sekarang Tinggal Kesadaran dari PSSI
Selain tak ada kemauan dari pengurus pusat, Anton menyebut para pemilik suara yakni asosiasi provinsi (asprov) dan klub pun seolah juga hanya bergeming setelah rekomendasi TGIPF keluar. Padahal, imbuhnya, mekanisme kongres bisa diusulkan para pemilik suara.
"Para pemilik suara juga sebenarnya kita pertanyakan nilai moralitasnya," ujarnya.
Anton menyampaikan reformasi di tubuh PSSI penting untuk memastikan transformasi sepak bola Tanah Air berjalan. Pasalnya, dari kasus Kanjuruhan TGIPF menemukan pengabaian dari PSSI atas aturan dan pelaksanaan standar keamanan dan keselamatan. Pengabaian itu, imbuh Anton, bahkan sudah terjadi bertahun-tahun.
"Karena yang dinilai oleh tim adalah PSSI selalu berlindung di balik statuta, manual (aturan) liga, bahwa semua tanggung jawab panpel dan panpel melepaskan tanggung jawab kalau ada kejadian terhadap PSSI," ungkapnya.
"Secara formal mereka berlindung di aturan yang dibuat sendiri tapi kan ada yang namanya kebenaran substansial. Kebenaran substansial ini tidak bisa diterima karena kami melihat dari proses awal ada kesalahan besar dari PSSI," ujarnya.(OL-4)
Dalam pertemuan dengan TGIPF, perwakilan suporter sepak bola di Tanah Air meminta agar tragedi Kanjuruhan tidak terulang kembali di masa mendatang.
Di samping itu, tambah dia, TGIPF juga mendatangi serta mewawancarai berbagai pihak dan mengumpulkan bukti-bukti pendukung sebagai bahan analisis bagi tim.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengantongi berbagai data terkait pengusutan tragedi Kanjuruhan.
Para pesepak bola dan mereka pun turut mengeluhkan jadwal malam. Rhenald menduga akan pihak kuat tertentu yang punya andil dalam penentuan jadwal tersebut.
Dari informasi yang dikumpulkan TGIPF, imbuhnya, panpel mengatakan sudah menyampaikan ketentuan FIFA soal larangan gas air mata namun tetap terjadi.
“Peran iklan jelas amat besar dalam hubungan dengan konsumsi rokok yang membahayakan kesehatan ini."
Presiden pada kesempatan tersebut juga menyampaikan duka cita mendalam atas tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menyebabkan 129 orang meninggal dunia.
Ini tragedi kemanusiaan. Pukulan telak untuk kita semua. Hari yang kelam dalam sejarah olahraga Indonesia.
Ia mengatakan kejadian memilukan itu sudah menjadi sorotan internasional yang tentunya ikut menjadi perhatian federasi sepakbola bola dunia FIFA.
Perlu ada evaluasi secara menyeluruh sebelum menyimpulkan apakah tindakan aparat kepolisian dalam penanganan sesuai prosedur atau tidak.
PSM Makassar meminta PSSI dan PT Liga untuk berbenah agar jika menonton di stadion orang merasa aman. Sebab kejadian di Stadion Kanjuruhan bukan bentrok antar suporter.
"Citra kita sebagai bangsa yang beradab bisa berubah karena tragedi ini. Bayangkan, ada ratusan orang meninggal dunia."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved