Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

The Battle of Wembley

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
30/7/2022 07:05
The Battle of Wembley
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

STADION Wembley 30 Juli 1966 dikenang sebagai salah satu momen sepak bola paling dramatis. Pada final Piala Dunia ketika itu saling bertemu dua kekuatan Eropa, Inggris dan Jerman (Barat).
       
Julukan “the battle of Wembley” diberikan karena 26 tahun sebelum kedua negara itu terlibat dalam pertempuran hebat. London dibombardir habis oleh Angkatan Udara Jerman.
        
Berhari-hari warga London dipaksa tinggal di stasiun bawah tanah. Sirene tanda bahaya tidak henti-hentinya memperingatkan warga akan ancaman serangan udara yang datang.
       
Perdana Menteri Winston Churchill tidak bisa berbuat banyak kecuali meminta warga untuk bertahan. Angkatan Udara Inggris tidak mampu menghadang serangan pesawat Jerman. Beruntung Inggris berada di luar daratan Eropa sehingga masukan infanteri Jerman tidak bisa melakukan serangan darat.
        
Final Piala Dunia 1966 seakan menjadi ajang pembalasan atas serangan Jerman pada Perang Dunia II. Melalui pertempuran di Wembley, Inggris menunjukkan superioritasnya dengan mencatat kemenangan 4-2 dan The Three Lions pun berhak untuk mengangkat Piala Dunia, sekali-sekalinya yang pernah bisa mereka lakukan.
         
Seperti upaya Inggris untuk bisa selamat dari serangan udara Jerman, tidak mudah bagi Pelatih Alf Ramsey untuk mengalahkan Jerman ketika itu. AMeski tampil di hadapan pendukungnya sendiri, Bobby Moore dan kawan-kawan membutuhkan perpanjangan waktu untuk menghentikan perlawanan Jerman.
         
Bahkan gol ketiga yang dicetak Geoff Hurst masih menjadi kontroversi hingga sekarang. Bola tendangan Hurst disangsikan telah melewati garis gawang karena memantul keluar gawang setelah membentur tiang atas gawang dan menghujam ke tanah.
        
Saat itu belum dikenal yang namanya kamera untuk tayang ulang kejadian yang kontroversial di lapangan. Semua tergantung kepada keputusan wasit. Ketika itu Wasit Gottfried Dients asal Swiss menunjuk ke titik tengah, tidak ada seorang pun yang berani membantah.
       
Beruntung gol keempat yang kembali dicetak Hurst kemudian datang, sehingga tidak diragukan lagi bahwa Inggris berhak untuk menjadi juara dunia. Hurst menjadi penyelamat The Three Lions dengan hat-trick di pertandingan final.

 

Final kedua
        
Baik Inggris dan Jerman berulangkali setelah itu saling bertemu dan juga saling mengalahkan. Tetapi belum pernah lagi mereka bertanding dalam sebuah partai puncak dan itu dilakukan di Stadion Wembley.
        
Pertemuan terakhir mereka di Wembley terjadi pada saat semifinal Piala Eropa 1996. Ketika itu tim asuhan Terry Venables harus menelan pil pahit, kalah dalam tendangan adu penalti yang sangat menyesakkan.
         
Setelah 56 tahun baru momen itu berulang, l’histoire se repete. Minggu malam besok Inggris dan Jerman akan bertemu di final sepak bola putri Euro 2022.  Pertandingan puncak itu akan digelar di Stadion Wembley.
        
Aura “pertempuran” pun langsung kembali terasa, meski ini hanya sepak bola putri. Pemimpin Partai Buruh Inggris Keir Starmer mengajak rakyat Inggris untuk datang Ke Stadion Wembley guna memberi dukungan.
       
“Tim sepak bola putri Inggris sudah memberikan kebanggaan kepada kita. Saya mengusulkan hari libur nasional apabila The Lionesses bisa memenangi Kejuaraan karena ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa,” kata ketua partai oposisi Inggris itu.
         
Seperti biasa puja-puji setinggi langit diberikan kepada tim asuhan Sarina Wiegman. Apalagi setelah di semifinal Leah Williamson dan kawan-kawan mengempaskan Swedia 4-0. Gol ketiga yang dicetak Alessia Russo menunjukkan superioritas The Lionesses. Penyerang pengganti ini mencetak gol dengan tumit sambil membelakangi gawang.
         
Pelatih asal Belanda Wiegman menyebut tim asuhannya bukan lagi tim kelas Eropa, tetapi kelas dunia. Bukan mustahil The Lionesses akan bisa juga berjaya di ajang sekelas Piala Dunia.
         
Namun lawan yang harus mereka hadapi Minggu besok jelas bukan tim sembarangan. Bukan hanya musuh besar Inggris, tetapi tim dengan prestasi besar karena sembilan kali tampil di final sepak bola putri Eropa. Sementara Inggris sendiri baru pertama kali lolos ke final.
         
Wiegman harus menyusun taktik yang baru apabila ingin membuat kejutan. Tidak cukup bagi St George’s Cross untuk tampil dengan pola permainan yang biasa, karena akan mudah terbaca oleh lawan.
         
Seperti ketika Alf Ramsey meramu taktik untuk membawa Inggris memenangi Piala Dunia 1966, ia tidak tampil dengan pola 4-4-2 yang biasa. The Three Lions tidak menyerang melalui sayap, tetapi mengoptimalkan gelandang menyerang.
        
Legenda Inggris Bobby Charlton masih ingat betapa tim lawan kaget melihat pola main yang diterapkan Ramsey. “Pemain belakang Spanyol sampai terheran-heran melihat pola yang kami mainkan dengan menyerang dari tengah,” kata bintang Inggris dan Manchester United itu.
         
Sanggupkah Williamson dan kawan-kawan tampil dengan penuh kejutan besok? Pelatih Jerman Martina Voss-Tecklenburg secara diplomatis menilai tim tuan rumah sebagai kesebelasan luar biasa dan penuh percaya diri. Apalagi nanti mereka akan didukung sekitar 80 ribu hingga 90 ribu penonton yang memadati Stadion Wembley.
         
“Pertandingan final nanti akan menjadi sebuah festival yang menarik. Saya bisa membayangkan teriakan 90 ribu penonton di dalam stadion. Para pemain saya pasti akan menyukai suasana itu,” ujar Martina.
       
Dari enam pertandingan yang sudah dimainkan, Jerman mampu mencetak 16 gol dan hanya kemasukan satu gol. Satu-satunya gol yang bisa mengoyak gawang Merle Frohms adalah bunuh diri yang dilakukan ia sendiri.
        
Kehadiran kembali kapten kesebelasan Alexandra Popp merupakan ancaman berat bagi Inggris. Popp yang harus absen di awal Kejuaraan bisa mencetak enam gol hingga saat ini, termasuk dua gol kemenangan yang dicetak ke gawang Prancis.
         
Inggris sangat membutuhkan keajaiban untuk bisa membuat pecintanya merayakan kesuksesan besar. Sudah terlalu lama Inggris tidak pernah menjadi yang terbaik di ajang sepak bola dunia. Mereka hanya menjadi “juara dunia” di kompetisi mereka sendiri.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya