Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Sebab kami bermuka satu
lubang rintisan hanya dua
sedalam irisan kalbu
Bila tiada lagi curahan hati mata basuh duka;
menurut tuan dan puan bermuka dua,
tak putus-putus durjana, tak usai-usai luka
karena kami hanya bermuka satu
Di dua musim jatuh bermalam
rintihan runtuh kering di hati,
membara cita-cita di dasar dada
menguak asap, kepala lesap
liar berlayar mencakar-cakar pagi
tempat embun tidak tertimbun
menjelmakan mimpi
Tapi di sana tiangmu tegar membatu
di sini pagarku lelayu terpaku
tuan dan puan masih bersatu melucu
dari berlagu tiba-tiba bertekad sendu
Begitukah ala tuan dan puan berpacaran
datang dan pergi bisa bermuka dua
patungan silih rupa?
satu bermuka santu
satu bermuka batu
sebentar gatal gelak
sebentar gatal isak
Palmerah, Desember 2021
Dari rumah semesta kala
merajam genting menajam
kugodam cermin bayang-bayang kejam
Selusin telur berpecahan
menarik kita sekutu sepekat adonan
Melepas segulung benang pikiran
mempertaruhkan langkah panjang
merekat-rekat kepingan ingin
Kuramu doa-doa mendingan
seremuk kepingin hati tak dingin
menjulur ke hamparan kerlingan
mau menggentarkan angin
yang nakal menggerus-gerus perjalanan
Kupikir tak apalah bertarung di ketinggian
asal rencana kita sempat menukik ke jazirah
sepadan diam-diam rahasia bersiasat di balik langit
Dari hati yang lapang, maksud laparmu kulihat
sekilat cekam yang berdesak-desakan menyikat
di sepanjang suram pikiran
Doaku pelan-pelan terbentang
merentangkan cara moksa
yang tak terintip dua maksud pengecoh
yang mengoceh di karang-karang langit
Setajam itu pikiranmu menoreh
sekuat ini maksudku menoleh
kupikir tak apalah
asal minat kita sama-sama siaga
menggantung badai segara
Keleluasaanku kau larikan
kekuasaanmu kutarikkan
rupa kita tampak berbahaya sama
menari-nari mengasuh kesempatan
mencolek bahaya mengantar kesesakan
Di cahaya selayak dua saudara satu bapa
sejajar arah kita menaksir tinggi angkara
andil berguru menukik tujuan
Tetiba sampai
jenteraku yang tanggal terasa
Kaulah yang tak kuduga
penggantang di langit paling tak cahaya
menghunjam rahasia terpendam bahaya
mengusik satu maksud khusuk
yang jelas tak penah kuretas dari doa
Tak sekilas di lumbung perasaan
kuambangkan itikad bertuan
Medan-Jakarta, 2018-2021
Tak dipersaksikan matahari redup gairah
drone tak sangsi meronda
memindai kode-kode di kalbu volksraad¹
yang masih berani menyimpang maksud
Tertagar menyimpan dewi-dewi tak suci
telungkup menimpa rahasia kurang setengah inci
menyamak itikad sampai segelap gerangan
yang berlagak terbuka; ha ha hi hi
Secepat firasat kepala drone mengintai
menguak yang sungguh tak pernah mencintai
yang menyimpan ulah tak di bawah bantal
tapi alpa mengalihkan tanda mau
berlagak selugu mata malu-malu
terciduk drone bukan gaya yang baka
Satu persatu volksraad pengecap dangkal
membekas tabiat di dalam dengkul
menyimpan sisa semesta sundal
Serupa tuanmu yang mengubah nakal
berkeras mengarang misal
sungguh ganjil mengutus malu
sekaku bangkai bermain bersama lubuk menari
menghasut cahaya ke arah takabur
Drone lihai menyelami
pangkal itikad terpandai
yang mengerami kebusukan
yang sekubang kerbau menyimpan bimbang
yang tampak setenang penenung
yang tak mengaku terbaca mata
terus menambah celaka
Di kepala drone, rahasia pemain cerita
yang terbungkus baju jenaka
ditagar di lintang dan bujur
asal mula aroma tanya
Terlambat tiba meminta iba
bila sempat melewati muara
terbaca hanyut diamuk cuaca
terkabar menyandang duka
akibat bermain di habitat duri keji
¹ volksraad: Dewan Rakyat atau dewan perwakilan rakyat di era Hindia Belanda.
Medan-Jakarta, 2018-2021
Doaku pelan-pelan terbentang, merentangkan cara moksa.
Sejak kedapatan telanjang di mata Adam
tak tertebak dalam belalak
senang atau malu
hawa tersenyum memandang
jejak binalnya
Berbalut sedikit andai-andai
perempuan kota yang membasuh kolotan
cerdas merapalnya
modifikasi paling berani dara melecut darah
basis pelajaran menggoda
dari sesunggukan beralih mengangguk berahi
mengikis laluan malu-malu dari Eden
Si Jago bercupang dada
Dihirup nafsu dari setinggi camar
takluk belang kesatria berang
dalam bisikan dan rayuan terdesah
Perempuan-perempuan itu
berangan-angan melampaui Hawa
tak lagi dirundung desir
Di dusun paling tak berangin
perempuan-perempuan kebaya
disokong cobaan yang sama
melebihi Hawa yang kepingin
merubuhkan kemben dan sanggulnya
mengelembungkan dada muda
Jangan sempat aki-aki menuakan selera
seperti penidur berbeban berat pura-pura terlelap
atau lelaki muak yang memilih berkapar tuak
tertatih-tatih menghangatkan jalan sadar
sehabis pusing menyentuh keriput
dan gigi-gigi pudar
Perempuan dusun tersenyum memandang binalnya
tak tertebak senang atau malu
mengerling dengan yukensi agar lelakimu menyumpah
seperti seketika kelana penyinggah terbelalak
memandang perempuan seada Eden
Keterbukaan itu jadi impian gelisah melulu
menyambungkan jarak Eden agar tak banyak cela
yang tertawa tanpa malu, tak binal tanpa baju
Medan, 2018-2021
(1)
Kebutlah kami domba pemulung dogma
tak berpulang di pinangan takdir baka
tak guna segara kutuk puaka. domba bertulang percaya
dilampiri dosa berkilah semampir nada. sirna dikulum doa
panggilan kami rumput belian tak bisa putus kamus
(2)
Cita-cita meninggi. menghampakan tubuh melata
dikawal runduk hamparan pelanduk
tak luluh dimamah alkisah cerita
(3)
Setia berjuang meniti janji. meski tak tiba di paras renta
melulu berakar derita kepingin bertotol nifas doa
melampaui waktu tabah. tertebus putus masa
hamba bertaburan upah
berbekal rebah walau harus dibelah-belah
melepas kungkungan batu dada
(4)
Inilah tanda perdana telah tiada nasib baka
jejak satu domba pergi tak memulung dogma
sejak bersumpah ia tak menunggangi cita-cita
tak harus menunggu tiba mesra tangan tak disangka
bila-bila gaib digantung langit tak terbaca
(5)
Sepulih domba sebutlah kami
pemberantas jubah maut senjakala
hanya sementara ditungkus menuju musim niscaya
baka tak terpapar noda, segara cemas yang gaib, disibak dari mata bala
Maut yang kau gumamkan terbenam
tak sempat berbau seperti liur kental di bantal
kami sudahi bantaran masalah
dipuji menerima satu abadi
(6)
Jika ada satu yang selaut kutangisi
bilangan masa percayamu terkikis tak terbilang hari
kepalang melewati kedalaman kulit kepala
satu domba tersuruk bisa-bisa tersungkur di gulita baka
tak pulang dari tualang buta
(7)
Kasih masih membasuh kutuk paling puaka
inilah baka berguna mendulang kabar raya
yang berbagi dalam ramai semesta
domba laik mengimunkan mati
Pencuri bersiasat akan riba membawa tangkai nestapa
kami berlalu dari jalan bunyi. mengikuti kalam moksa
(8)
Sebutlah kami domba bukan berbakat pencuri-curi
tak biasa melarikan kaki kerdil dengan nyali semangat buta
di gejolak semesta nisbi tak rentan terlentang kalah
apalagi mengusung niat di rentang payah mendaki kilah
bahkan di hajat gulita, takkan sudi dilantun lorong fana
(9)
Kau jangan mengira-ngira kapan dituntun laut pasang
gelombang bukan sesetia domba di depan kemah
yang berdiri tenang menyuburkan hamparan tiada tara
Seteru ia yang berlagak lelah mengajak itikad
memancing seseru di debaran bahagia,
kau dikulum bencana yang membunuh cita-cita
Kami bukan domba terpandai. tapi tak tergadai sedap cuaca
meski gagap berandai-andai tapi tak latah di laut sengsara
berbanding kau pengupas-ngupas serambut agar bisa bertulah tujuh,
yang tak pernah mengira rasa tabah lebih mampu menipiskan tubuh
(10)
Bukan, bukan duka pelempar bala
sebab hari belum dipilih merancang bencana
kamilah yang tak membaca ampunan dan sukaria
seperti kau yang terpikat seru-seru seteru
Medan, 2018
Baca juga: Sajak-sajak Acep Zamzam Noor
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Bresman Marpaung, penyair, cerpenis, dan pegawai, dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara, pada 15 April 1968. Ia memiliki sebuah kumpulan puisi berjudul Kematian Hang di Payau Deli dan Derita-derita Lainnya (Penerbit Basabasi, Yogyakarta, 2020). Karya-karyanya, baik puisi, esai, maupun cerpen pernah ditayangkan di sejumlah media nasional dan daerah. Kini, tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai Kepala Sub Direktorat Penanganan Konflik pada Direktorat PKTHA Ditjen PSKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (SK-1)
Sajak-sajak Negar Fitrian - Membenci diri sendiri, memacu kita untuk lupa diri.
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Temukan kata kata estetik penuh makna! Koleksi ungkapan indah, puitis, dan inspiratif untuk jiwa yang mendalam.
Bangun cerita inspiratif! Pelajari struktur narasi yang menggugah, raih hati pembaca, dan sebarkan pesan bermakna melalui alur cerita yang kuat.
Gadis Kretek: Novel Indonesia memikat! Selami kisah cinta, ambisi, dan warisan kretek yang kaya. Baca ulasan lengkapnya sekarang!
Temukan puisi pendek sekolah penuh cinta pendidikan. Ungkapkan rasa, kenangan, dan semangat belajar melalui kata-kata indah.
Alam bercerita! Temukan kisah inspiratif tentang lingkungan, pelajari harmoni alam, dan temukan kekuatan perubahan di sekitarmu.
Temukan novel terbaru 2024! Rekomendasi bacaan menarik dengan cerita unik, karakter kuat, dan petualangan tak terlupakan. Jangan lewatkan!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved