Ilustrasi: Artur Saryan
Tugas Penyair
Puisi menugaskanmu untuk selalu siaga
Mengamati setiap gerak angin dan getar udara
Yang sering kali tak pernah tersimak telinga
Puisi menugaskanmu untuk selalu terjaga
Memaknai setiap putik daun dan bulir embun
Yang terkadang luput dari tangkapan mata
Puisi menugaskanmu untuk selalu peka
Mendengar kata-kata yang tak diucapkan mulut
Namun getarannya langsung menembus dada
2018
Gema Tanpa Sahutan
Sebuah perahu
Mengambang di sungai
Tanpa nama. Sulur-sulur pohon
Rambut bagi keheningan
Sebuah muara
Tergambar di kejauhan
Seperti pintu. Arus tanpa riak
Gema tanpa sahutan
Sebuah jarak
Cahaya yang perlahan redup
Di ufuk barat. Antara dua tebing
Pandangan terhalang kabut
Sebuah batas
Tercipta dari kehilangan
Yang membekas. Menjelang senja
Surya entah beranjak ke mana
2020
Setiap Mendengar
Setiap mendengar
Kokok ayam yang pertama
Aku paham bahwa subuh adalah saat
Di mana kita khusyuk merindu
Setiap memandang
Gunung yang tertutup awan
Aku menduga bahwa keterpisahan kita
Hanya sejauh jarak mendung dengan hujan
Setiap mengingat
Rembang yang memancarkan sinar
Aku percaya bahwa bintang-bintang di langit
Semuanya berasal dari pantulan hatimu
2020
Gugusan Mega
Dalam kebisuan kudengar senandung
Yang dihempaskan ombak ke arah tanjung
Remang kabut menyelimuti udara dan cuaca
Membuat sampanku terlena. Dengan nanar
Kulepas fajar berlabuh pada gugusan mega
Dan pandanganku menemukan ujungnya
Dalam kediaman kusenandungkan lagu
Namun suaraku terlindas gemuruh angin
Titik-titik lampu di pantai semakin memudar
Ketika subuh memamerkan lukisan cahaya
Di ufuk yang jauh. Sebuah garis membentang
Batas yang sekian lama memisahkan kita
2018
Puisi menugaskanmu untuk selalu siaga.
Dilipat Waktu
Membuka lembar-lembar almanak
Tampak tahun-tahunku yang panjang
Dilipat waktu dalam satu helaan napas
Perpisahan telah menggulirkan air mata
Hingga gelas di atas meja menjadi segara
Yang menampung kesedihanku. Kau tahu
Aku melewati pagi tanpa celoteh burung
Semerbak kopi hanya kusesap sendiri
Kehilangan adalah seekor rama-rama
Yang terbang meninggalkan kepompong
Namun kepaknya masih jelas kedengaran
Sebagai gaung dari suatu masa yang lampau
Bernama jarak. Aku hayati kesementaraan
Lewat permukaan segara yang berombak
Di mana ikan-ikan bagai kelebat ingatan
Yang bergerak di antara ada dan tiada
2018
Menjadi Mawar
Cinta telah menitipkan setangkai duri
Untuk kuterjemahkan menjadi mawar
Cinta menggulirkan setetes embun pagi
Untuk meneguhkan hatiku yang gemetar
Lalu tanganku bergerak menuliskan puisi
Yang disampaikan surya lewat sinarnya
Cinta telah mengirimkan sepucuk surat
Untuk kuselami maknanya bersama senja
Cinta menghempaskan ombak ke tengah selat
Untuk mengusik kerinduanku yang lama reda
Lalu langkahku beranjak menuju kaki langit
Di mana semua warna lebur menjadi sepi
2018
Amanat Galunggung
Kuikuti langkah kabut yang samar di antara deretan pinus
Daun-daun yang runcing nampak berserakan di atas tanah
Siang terasa lain dengan bulir-bulir embun yang masih lekat
Pada kulit pohon. Galunggung bagaikan kitab yang terbuka¹
Dinding-dinding di sekeliling kepundan gunung seakan
Menunjukkan bahwa magma adalah rindu yang disimpan
Dan akan terus disimpan waktu. Ketika menengok ke bawah
Permukaan telaga tampak hijau di tengah putihnya belerang
Di sini aku ingin belajar pada kelembutan kabut yang bergerak
Tanpa mengusik. Aku ingin berguru pada gunung yang tahan
Menyimpan dan merawat kerinduannya bertahun-tahun
Aku ingin belajar pada kesabaran magma yang tahu kapan
Saatnya harus bicara. Aku ingin berguru pada ketulusan rindu
Yang tak pernah berontak pada waktu yang memendamnya
2016
¹ Amanat Galunggung merupakan sebuah karya yang dibacakan secara hybrid pada Indonesia Sejati: Festival Bahasa dan Sastra 2021. Sajak tersebut menjadi bagian dalam Indonesia Berpuisi dan Lelang Puisi yang digelar Media Indonesia di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Jumat (29/10).
Acep Zamzam Noor, penyair nasional, dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 28 Februari 1960. Pada 2001, kumpulan puisinya Di Luar Kata, meraih Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Pada 2005, memperoleh The SEA Write Awards dari Kerajaan Thailand sebagai wakil pengarang Indonesia dengan kumpulan sajaknya Jalan Menuju Rumahmu. Kini, bergiat di Sanggar Sastra Tasik (SST) dan Komunitas Azan. (SK-1)