Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
JIKA boleh memilih di mana berbuka puasa atau kemana makan sahur, hampir bisa dipastikan banyak remaja akan menjawab dengan masakan ibu, bersama ayah atau di tengah kerumunan keluarga seutuhnya.
Tapi apa hendak dikata. Terkadang anggota keluarga harus terpisahkan oleh perjuangan masa depan. Demi meniti jaman dan menata bangsa.
Bak sebuah lirik lagu yang berbunyi:
Daku pergi jauh ke negeri seberang. Ku kan menuntut ilmu di negeri orang. Bekal hidup kelak di hari tua.
Sepertinya itulah yang tersimpan di benak Muhammad Jundi Rabbani, mahasiswa program S1 asal Indonesi yang kini menjalani samester terakhir di Jurusan Ilahiyat (Keagamaan), Sakarya University, Turki.
Lelaki berusia 25 tahun kelahiran Pidie, Aceh itu, pada Minggu (23/3) berbagi cerita melalui Media Indonesia. Dia berkisah tekait pengalaman berpuasa di Turki, negara dua benua yang sebagian wilayah geografisnya berada di Benua Asia dan sebagian lagi masuk Benua Eropa.
Berpuasa di Turki, ia banyak menimba pengalaman unik dan menyenangkan. Misalnya, melihat kemajuan di negeri Ottoman itu ingin rasanya ia membawa pulang ke tanah Ibu Pertiwi.
"Walaupun tidak semua pemandangan keseharian di Turki sesuai dengan etika negeri mayoritas penduduk muslim.
Misalnya, di Turki ada warung makanan aktif di siang bolong saat Ramadan bukanlah pemandangan ganjil. Apalagi Turki termasuk termasuk negara sekuler," kata Muhammad Jundi Rabbani.
Berbeda dengan Indonesia, khususnya di Aceh. Di daerah berjuluk Serambi Mekah itu, menjual bahan makanan siap saji pada pagi hingga siang hari di bulan Ramadan adalah suatu pelanggaran atau mengusik ketertiban umum.
Menariknya, negara di bawah kepemimpinan Presiden ke-12, Recep Tayyib Erdogan mayoritas berpenduduk hingga 99% beragama Islam. Juga kaya sejarah keislaman dan memiliki nuansa Ramadan paling menarik.
"Misalnya, wilayah Sakarya, kota di mana lokasi kampus tempat kuliah saya. Ada sebagian kesamaan seperti di Indonesia. Merayakan Ramadan, menara-menara masjid dipersolek dihiasi banyak lampu kaligrafi bertuliskan wahyu ilahi. Hidangan buka puasa beragam macam dan suasana sahur cukup menarik memecah memecah sunyi oleh kehadiran arakan penabuh davul atau drum band sahur," tutur Jundi yang hafiz Al-Qur'an 30 juz itu.
Sedangkan, banyak tantangan yang dirasakan selama berpuasa di negara sekuler yang menjadi tempat bagi banyak perantau mahasiswa dari berbagai belahan dunia itu. Jundi mengatakan, durasi berpuasa di Turki kadang lebih panjang dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya, kalau Ramadan jatuh saat musim semi atau musim panas, lama waktu berpuasa bisa mencapai 16-17 jam.
Berpuasa di tengah cuaca panas ditambah lagi menjalani aktivitas harian seperti bekerja atau kuliah, tentu puasa lebih teruji. Rasa lapar atau haus lebih terasa dan lama. Itu mengajarkan banyak tantangan sekaligus melatih kemandirian dan kesabaran.
Sebagai negara yang pendidikannya sudah lebih bagus, pasti banyak pemuda-pemudi nonmuslim dari berbagai belahan dunia menimba ilmu di Turki. Dengungan dinamika ideologi itu harus dengan cermat dipilah.
Berteman dengan siapa saja, tapi keyakinan agama dan cara beribadah tidak mesti serupa. Sebagai anak rantau juga dituntut pandai bergaul serta menghormati budaya lokal ibarat peribahasa di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Kesan Ramadan di Turki adalah atmosfer dan keceriaannya yang begitu hidup. Terutama di kalangan anak-anak yang suka meramaikan tarawih di malam hari.
"Keceriaan anak-berusia belasan tahun itu suka meramaikan jamaah tarawih dan bermain bersama menghiasi malam Ramadan penuh ceria," imbuh Jundi.
Tidak kalah menarik, menjelang azan magrib restoran-restoran dan rumah makan mulai menyiapkan menu berbuka puasa. Berbagai makan khas setempat yang menggugah selera seperti Ramazan Pidesi (roti khas Turki untuk berbuka puasa).
Di Turki juga sering mulai berbuka dengan minum air putih dan kurma seperti yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian dilanjutkan dengan meminum çorba (sup) khas Turki untuk merelaksasi perut dan menghangatkan tubuh.
Setelah itu barulah dimulai dengan makanan berat seperti etli kuru fasulye, pide dan makanan khas Turki lainnya. Selanjutnya berbuka puasa yang nikmat ini biasanya diakhiri dengan hidangan penutup seperti güllaç (hidangan pencuci mulut yang terbuat dari susu dan beras).
Di beberapa tempat, seperti di masjid tertentu, di dalam komplek kampus, atau di tempat lainnya, baik milik pemerintah atau lembaga swasta dan sosial biasanya mengadakan İftar sofrası. Yaitu berbuka puasa bersama di tempat terbuka yang dimana semua orang yang datang bisa menikmati hidangan iftar secara gratis.
Sedangkan Shalat Tarawih di Turki banyak mengikuti Mazhab Ahlul Sunnah Wal Jamaah yakni 72% Pengikut Imam Hanafi dan 6,2% pengikut Imam Syafi'i.
"Masjid-masjid di Kota Sakarya, terutama di tempat yang saya tinggali dan juga oleh warga sekitar dan para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Sakarya Üniversitesi. Semuanya berkumpul untuk menunaikan shalat tarawih berjamaah," tuturnya.
Tradisi menarik lainnya di Turki adalah suara drum sahur yang dimainkan oleh orang Turki. Itu biasa disebut Ramazan davulcusu (penabuh drum sahur). Tradisi Ramazan davulcusu itu masih ada di beberapa kota di Turki bertujuan untuk membangunkan sahur.
Mereka berkeliling membangunkan umat muslim ketika waktu makan sahur telah tiba.Tradisi berbau syiar Islam ini diwarisi sejak Kekaisaran Ottoman 1292 M, saat masa Kesultanan Utsmaniyah menguasai semenanjung transkontinental sangat luas.
Rindu Kampung Halaman
Meski Ramadan di Turki seru dan menyenangkan, berpuasa jauh dari keluarga juga tetap menyisakan rindu mendalam. Dulu mulai masa kecil pertama melatih berpuasa bertahun-tahun berbuka duduk lesehan sesama saudara saling berbagi sambil bercengkrama. Kadang di meja makan dekat pelukan ibu atau samping ayah, sungguh tiada bandingnya.
Kenikmatan masakan khas Aceh seperti kuah pilek, ikan asam keueueng (masam pedas), kuah kari daging, sementara menjadi kenangan manis. Belum lagi enaknya timphan (kue terbuat dari tepung ketan berisi kelapa parut srikaya terbalut pucuk pisang) dan kue boh romrom (kue bulat terbuat dari tepung ketan berisi gula aren) yang sesuai selera lidah.
"Melewati dan jauh dari kebersamaan khas Ramadhan di tanah air terkadang menjadi kerinduan yang mengundang kesedihan. Apalagi sejah kuliah di Turki, sudah enak tahun tidak pernah pulang. Paling dirindukan saat berpuasa di perantauan adalah enaknya makana favorit khas masakan sang ibu," tutur Muhammad Jundi, yang juga anak kedua dari pasangan H Abdullah AR-Nur Ainun.
Dikatakan Jundi, karena zona waktu berbeda empat jam antara Turki dan Indonesia, ingin melepaskan kerinduan berbagi cerita cukup sulit. Telepon dan video call sebagai fasilitas andalan melepas rindu harus disiasati penggunaannya sebab ketika di Turki masih berpuasa, di kampung sudah berbuka. Lalu saat keluarga di Aceh sudah sahur, di Turki ia sedang tidur pulas.
"Di sini harus benar mandiri, sabar dan melatih disiplin tinggi. Tidak ada yang mengingatkan, tidak ada yang mengajak makan sahur. Semua harus meningkatkan ke imanan dan kesadaran diri," kata Jundi yang sudah enam tahun tidak pulang ke Indonesia itu.
Sebagai penghibur dan tempat saling berbagi di perantauan adalah teman sesama kuliah. Baik mereka yang berasal Indonesia atau dari negara belahan nenua lain. Mereka dianggap keluarga baru yang menjadi pelipur lara.
"Di Turki saya pernah bekerja menyajikan hidangan tamu restoran. Itu harus saya lakukan dikala kiriman dari orangtua belum sampai. Di rantau, apalagi di negeri orang tidak perlu gengsi atau malu-malu mencari kerja. Paling tidak hasilnya bisa untuk tabungan," jelas pemuda berkumis tipis dan berkacamata itu. (MR/E-4)
Senator Parlemen Turki, Av Serkan Bayram bersama delegasi berkunjung ke Kalimantan Tengah, Sabtu (14/6).
ISRAEL adalah ancaman terbesar bagi stabilitas dan keamanan kawasan. Ini ditegaskan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam panggilan telepon dengan Mohammed bin Salman.
DUTA Besar Turki untuk Indonesia Talip Kucukcan dan Anggota Parlemen Majelis Agung Turki Serkan Bayram menyambangi NasDem Tower, DPP Partai NasDem, Jakarta, pada Jumat, (13/6).
Turki menetapkan denda bagi penumpang yang berdiri sebelum pesawat benar-benar berhenti sempurna.
Gempa dengan magnitudo 5,8 mengguncang kawasan Marmaris pada Selasa pukul 02.17 waktu setempat.
PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan keinginannya untuk memfasilitasi pertemuan antara pemimpin Amerika Serikat, Rusia, dan Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved