Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ABDURRAHMAN Wahid, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah sosok yang tak pernah kehabisan humor. Presiden ke-4 Indonesia ini memiliki gaya humor yang cerdas, jenaka, dan penuh makna.
Presiden Prabowo Subianto berencana menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur sebagai bentuk penghargaan atas perannya dalam memperjuangkan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi di Indonesia.
Hingga kini, cerita lucu dari Gus Dur tetap dikenang dan mengundang tawa. Berikut adalah beberapa humor legendaris Gus Dur yang selalu menghibur:
Gus Dur pernah berkata, “Dulu saya ingat seribu nomor telepon. Sekarang sepuluh nomor telepon saja susah!”
Saat temannya, Ben Subrata, menimpali bahwa mungkin Gus Dur sering kelelahan sehingga mudah lupa.
Gus Dur dengan santai menjawab, “Apanya yang capek, wong saya sudah pernah stroke dua kali!” Jawaban ini langsung memancing tawa pecah.
Ketika isu rumah berhantu di Pondok Indah ramai diperbincangkan, seorang wartawan bertanya, “Gus, bagaimana soal rumah kosong di Pondok Indah yang katanya banyak hantunya?”
Gus Dur menjawab dengan tenang, “Maaf ya mas, saya belum pernah ketemu hantunya.”
Saat wartawan itu kembali bertanya apakah perlu tim khusus untuk mengecek kebenaran isu tersebut, Gus Dur menimpali, “Apa perlu, sampean jadi ketua timnya? Kayak gitu kok diurusin!” Tawa pun langsung memenuhi ruangan.
Gus Dur pernah berkelakar, “Di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur. Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng.”
Saat ditanya tentang polisi lainnya, Gus Dur hanya tersenyum tanpa memberikan jawaban. Humor ini menyindir institusi kepolisian dengan cara yang halus namun tajam.
Dalam sebuah pidato di Jerman, Gus Dur menyebutkan, “Soekarno itu negarawan, Soeharto itu hartawan, Pak Habibie adalah ilmuwan, dan saya? Saya wisatawan.”
Pernyataan ini merujuk pada banyaknya kunjungan luar negeri yang dilakukan Gus Dur selama masa jabatannya, namun disampaikan dengan rendah hati dan penuh humor.
Gus Dur pernah membuat Presiden Amerika Serikat Bill Clinton terbahak-bahak dengan cerita dongeng lucu. Ketika Clinton bertanya asal cerita tersebut, Gus Dur menjawab, “Saya baca di buku Ted Sorrensen.”
Jaya Suprana yang mendengar bercanda, “Lho, jadi Clinton tidak tahu cerita itu?” Gus Dur menjawab santai, “Ya mungkin nggak tahu, sebab dia nggak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku? Kalau di Indonesia, Presiden harus baca buku karena memang nganggur!”
Saat membahas karakter bangsa, Gus Dur berkata:
Ketika ditanya, “Kalau bangsa Indonesia?” Gus Dur menjawab, “Orang Indonesia itu lain yang dibicarakan, lain yang dikerjakan.”
Suatu malam, Gus Dur mengundang Gus Mus ke Istana. Ketika jam menunjukkan pukul 11 malam, Gus Mus bertanya, “Gus, katanya Presiden tidurnya diatur ya?”
Gus Dur menjawab santai, “Iya, tidur presiden itu harus jam 11 malam.”
Gus Mus yang bingung bertanya lagi, “Lho, ini kan sudah jam 11 malam, kenapa Sampean belum tidur?” Gus Dur menjawab dengan santai, “Aku kan Presiden.”
Ketika menerima gelar Kanjeng Pangeran Aryo dari Keraton Surakarta, Gus Dur berbincang dengan Sinuhun Paku Buwono XII.
Saat ditanya kenapa tidak menggunakan gelar “Gusti,” Gus Dur menjawab, “Bukan apa-apa, cuma nggak enak aja kalau ditambah ‘Gusti,’ nanti malah keliru jadi Gus Tidur!”
Humor Gus Dur bukan sekadar lelucon, melainkan juga kritik sosial yang tajam namun ringan. Lewat humornya, Gus Dur mampu menyampaikan pesan yang mendalam sambil tetap menghibur. (NU/Z-10)
DALAM memperingati ulang tahun ke-19, Metro TV memberikan apresiasi terhadap tokoh bangsa Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur.
Banjir informasi tentu saja menyisakan residu. Seperti banjir pada umumnya, banjir informasi juga menciptakan penyakit, hoaks namanya.
Status perguruan tinggi negeri untuk Universitas Malikussaleh, Aceh, tidak lepas dari peran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.
Upaya untuk mengarus utamakan nilai-nilai toleransi di masyarakat dengan terus mensosialisasikan praktik-praktik hidup yang baik supaya menjadi contoh bagi masyarakat.
Alissa Wahid mengatakan wawasan kebangsaan ini penting agar masyarakat dan generasi muda tidak mudah tergoda dengan ideologi lain yang berasal dari luar.
TERPILIHNYA Gus Yahya menjadi Ketum PBNU, mengingatkan Gubernur Ganjar pada sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Bagi keluarga, menurut dia, Gus Dur telah menjadi pahlawan bagi masyarakat dan tidak berharap gelar tersebut diberikan secara formal dari pemerintah.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, KH Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan terima kasih kepada seluruh yang hadir pada malam puncak haul Gus Dur ke 15.
BADAN Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk Mayjen TNI (Purn) dr Reobiono Kertopati.
Soeharto, dan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) masuk dalam nama yang diusulkan Kemensos untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun ini
(Mensos) Syaifullah Yusuf angkat bicara terkait pro dan kontra di masyarakat terkait dengan usulan pemberian gelar pahlawan nasional untuk Presiden ke-2 RI Soeharto atau Pak Harto.
Gus Ipul menyebutkan, Jenderal M Jusuf telah memenuhi syarat yang ditetapkan untuk mendapatkan gelar tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved