Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Waspadai Perubahan Gerak Sel-Sel Teroris

Akmal Fauzi
19/3/2024 20:40
Waspadai Perubahan Gerak Sel-Sel Teroris
Ilustrasi: sejumlah petugas hendak melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris(MI/Widjajadi)

BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut ada penurunan serangan aksi teror yang disebabkan perubahan pola pergerakan sel teroris dan masifnya penindakan yang dilakukan aparat penegak hukum.

Pada 2023 lalu, tidak ada aksi serangan terorisme secara terbuka zero terrorist attack. Selain itu, ada 146 penangkapan oleh penegak hukum terkait pelaku atau jaringan teroris.

Direktur Pencegahan BNPT Irfan Idris mengatakan pergerakan jaringan teroris tidak lagi secara terang-terangan, tetapi melalui pendekatan lunak yang dibungkus dengan narasi dan simbol keagamaan.

Baca juga : Indonesia-Jepang Bahas Kerja Sama Cegah Salah Guna Teknologi untuk Teror

"Pola gerakannya berubah-berubah. Tetapi mereka tetap bergerak di bawah di permukaan," kaya Irfan di Jakarta, Selasa (19/3).

Dia mencontohkan soal perekrutan kelompok teroris yang lebih banyak melalui media sosial. Pola ini sedikit bergeser beberapa tahun sebelumnya yang direkrut atas dasar kesamaan ideologi atau persaudaraan. "Sekarang bisa melalui narasi-narasi propaganda di media sosial," kata dia.

Menurut dia, tidak sedikit masyarakat yang terhasut dengan narasi tersebut, bahkan secara sadar setuju untuk melakukan kekerasan atas nama agama. Irfan menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan.

Baca juga : Kepala BNPT Sebut Pola Serangan Terorisme Berubah

"Secara kualitas turun, tetapi secara kuantitas naik. Karena merekrut anak dan istri juga. Dulu ketika era Bom Bali, tidak ada yang ajak-ajak anak istri," kata Irfan.

Salah satu narasi propaganda yang sering dilakukan ialah glorifikasi khilafah sebagai solusi. BNPT mencatata sepanjang 2023, kelompok radikal terorisme selalu menyisipkan narasi propaganda bahwa dengan khilafah seluruh masalah di Indonesia serta penindasan umat muslim di dunia bisa diselesaikan.

Selain itu, narasi propaganda yang juga sering disisipkan ialah isu terorisme hanya konspirasi. Artinya, setiap penangkapan terduga teroris oleh penegak hukum dinarasikan hanya sebagai bentuk kebencian pemerintah terhadap islam.

Baca juga : Ulama Dukung Tindakan Tegas terhadap Terorisme

Pengamat teroris Irjen (Purn) Hamli mengatakan, masyarakat tetap diminta waspada meskipun ada penurunan serangan aksi teror. Perubahan pergerakan sel-sel teroris itu dinilai berbahaya jika tidak dicegah dengan penguatan ideologi dan penegakan hukum.

Hamli menjelaskan, dalam sejumlah penelitian disebutkan bahwa aksi teror di Indonesia termotivasi oleh faktor pendekatan ideologi, kemudian solidaritas komunitas , dendam, dan pemahaman agama yang kurang.

"Itu kemudian yang membuat orang lebih ganas karena termotivasi," kata Hamli yang juga pernah menjabat Direktur Pencegahan BNPT.

Hamli menambahkan, pelaku teror di Indonesia memiliki motivasi melakukan aksi teroris karena pengaruh ideologi agama yang ekstrem. Pengaruh ideologi agama, lanjut Hamli, dapat muncul dari kelompok-kelompok trans-nasional yang memperjuangkan sistem khilafah.

"Ada kelompok trans-nasional yang agendanya khilafah, lalu mengglorifikasi agama, melawan barat. Ketika orang-orang ini dipropaganda bisa saja masuk ke dalam aksi teroris," kata Hamli. (Mal/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya