Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pengamat: Jika Tim Transisi Dibentuk, Ada Masalah di Internal Prabowo-Gibran

Media Indonesia
26/2/2024 18:55
Pengamat: Jika Tim Transisi Dibentuk, Ada Masalah di Internal Prabowo-Gibran
Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti.(MI/Susanto)

DIREKTUR Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti melihat tidak perlu adanya Tim Transisi dalam peralihan kekuasaan dari Presiden Joko Widodo ke Prabowo Subianto.

Jika Tim Transisi ini dibentuk, Ray menduga ada persoalan ‘terjal’ di internal pendukung Prabowo-Gibran.

Ray mengatakan secara teori, Tim Transisi tidak diperlukan dalam pergantian kekuasaan dari Presiden Jokowi ke Prabowo Subianto.

Baca juga : Mundurnya Mahfud dan Momentum Delegitimasi Jokowi

“Apa yang mau ditransisikan kalau visi misinya sama. Inikan kelanjutan (pemerintahan sebelumnya),” kata Ray dalam keterangannya, hari ini.

Hal yang dibutuhkan, menurut Ray, sebatas tim kerja saja. Tim ini yang menyiapkan kepemimpinan baru yang sifatnya berkelanjutan.

Ia menjelaskan, jika bicara Tim Transisi, yang terbayang adalah tim yang menyiapkan perubahan visi. Sehingga, dari perubahan visi misi ini perlu perubahan terkait suprasutruktur.

Baca juga : Menakar Kapasitas Kepemimpinan Kuantum Capres dan Cawapres Indonesia

Adapun Tim Kerja, kata Ray, lebih pada tim yang bekerja untuk menyiapkan kerja-kerja teknis, tanpa ada perubahan visi misi presiden yang baru.

“Ini kan dari ayah ke anak. Bapaknya menginginkan begini, anaknya yang melaksanakan. Jadi, untuk apa ada Tim Transisi?. Tidak ada hal yang secara prinsip, mengharuskan mengubah perilaku, orientasi, model pendekatan, dan sebagainya,” ungkap Ray.

Sehingga, yang dibutuhkan sebatas panitia pemindahan kekuasaan dari Presiden Jokowi ke Prabowo. Bukan pembentukan Tim Transisi.

Baca juga : Saling Melengkapi, Prabowo-Gibran Dipandang Duet Ideal untuk Indonesia Maju

Jika pihak Prabowo-Gibran membentuk Tim Transisi, menurut Ray, justru publik akan melihat kalau ada persoalan internal. Artinya ada sesuatu yang cukup ‘terjal’ di internal Prabowo-Gibran.

“Kalau yang dibentuk Tim Kerja berarti biasa-biasa saja. Tidak akan banyak berubah. Cukup disiapkan oleh Tim Kerja,” kata aktivis gaek ini.

Kalau memang ada masalah di internal Prabowo-Gibran, Ray menganalisa ada tiga kelompok di sana. “Kelompok pak Jokowi, Kelompok Golkar yang sekarang lagi naik daun, serta Kelompok Gerindra dan Prabowo,” jelas Ray.

Baca juga : Pengamat Politik Internasional Pandang Prabowo sebagai Suksesor Jokowi

Ray menyebut Golkar naik daun karena perolehan suaranya di Pemilu 2024 berdasar hitung cepat berada pada posisi kedua terbanyak. Selain itu, isu angket membuat posisi Golkar menjadi kuat.

“Presiden butuh Golkar untuk menahan agar angket tidak berkelanjutan,” ungkapnya.

Kalau memang ada Tim Transisi, Ray menyebut berarti ada upaya untuk mempertemukan kepentingan tiga kelompok tersebut.

Baca juga : Prabowo Dipandang Sebagai Sosok Berjiwa Besar

Ray mencontohkan, Golkar yang tidak bekerja begitu keras (saat pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin) saja, mendapat empat kursi kabinet.

“Masak sekarang saja (Golkar) dapat empat, mungkin sekarang dapat tujuh, setidaknya enam kursi. Makanya, kelihatannya ini ada tiga faksi,” kata dia.

Ray bahkan menyebut, bisa saja karena dari faksi-faksi ini juga menginginkan agar ‘jatah’ untuk Jokowi jangan terlalu banyak.

“Boleh jadi dua faksi lainnya menghendaki jangan terlalu banyak campur tangan Jokowi di kabinet sekarang,” kata Ray.

Ray Rangkuti juga menyebut kalau Jokowi sudah mengatakan kalau dia adalah jembatan. Pernyataan ini dimaknai Ray bahwa siapapun yang mau bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran harus lewat Jokowi. “Ini bisa tidak diterima oleh dua kelompok lainnya,” pungkas Ray. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono
Berita Lainnya