Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Terinspirasi Juanda, Tokoh Bangsa akan Bergerak Jika Politik Dinasti Diteruskan

Media Indonesia
20/10/2023 18:36
Terinspirasi Juanda, Tokoh Bangsa akan Bergerak Jika Politik Dinasti Diteruskan
Suasana pembacaan putusan terkait gugatan batas usia minimal capres-cawapres di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK).(MI/Susanto)

JURU bicara Deklarator Juanda yang menyebut Reformasi Kembali ke Titik Nol Usman Hamid menyampaikan jika niatan mewujudkan politik dinasti terus dilanjutkan, tokoh-tokoh bangsa akan terus bergerak melakukan perlawanan.

"Jika fenomena politik ini diteruskan, kita akan bergerak terus. Akan terus kita gerakkan,” kata Usman, dalam keterangannya, Jumat (20/10).

Baca juga: PBHI Laporkan Dugaan Pelanggaran Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi

Usman berharap dengan peringatan yang disampaikan oleh para tokoh yang tergabung di Deklarasi Juanda ini, masyarakat pun akan ikut tergerak.

“Mereka harus melihat masyarakat tidak bisa dibodohi terus menerus,” kata Usman.

Deklarasi para tokoh yang dilakukan di Juanda merupakan bagian dari mengingatkan sejarah tentang kedaulatan bangsa yang disampaikan Juanda melalui Deklarasi Juanda.

"Ada semangat untuk mengusung kembali semangat kedaulatan yang dulu digelorakan oleh Juanda,” kata Usman.

Deklarasi para tokoh yang dilakukan di Juanda ini, kata Usman, ingin menggerakan dan mengingatkan masyarakat tentang adanya bahaya yang sangat serius yaitu menguatnya masalah politik dinasti yang kental dengan nepotisme.

Baca juga: Rampai Nusantara Nilai Keputusan MK Dukung Partisipasi Anak Muda

“Seorang presiden memaksakan kehendaknya untuk mengistimewakan anaknya dalam mendapatkan jabatan publik dan fasilitas bisnis dari kelompok oligarki,” kata Usman.

Hal yang lebih memprihatinkan lagi, kata Usman, upaya politik dinasti ini dilakukan lewat Mahkamah Konstitusi.

Persoalan kemunduran demokrasi seperti ini, menurut Usman, bukan hanya pertama kalinya.

Sebelumnya sudah ada kemunduran-kemunduran lainnya, seperti ruang kebebasan yang menyempit, serangan atas suara kritis, menghilangnya oposisi politik, sampai melemahnya independensi aparat hukum. “Sehingga kita mengatakan reformasi kembali ke titik nol,” kata Usman. (RO/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono
Berita Lainnya