Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DIREKTUR Pusat Studi Pemikiran Pancasila Syaiful Arif, mengatakan, adanya hubungan yang melekat antara ideologi Islam dengan Pancasila. Menurutnya, rumusan Pancasila tidak lepas dari pemikiran Islamisme yang dimiliki Soekarno.
Dalam pemaparannya pada diskusi publik bertajuk 'Negara Pancasila dan Cita-Cita Islam', Syaiful menyakini pemikiran Islamisme Soekarno sudah dikenal sejak Soekarno muda. Di mana Soekarno dikatakannya, kerapkali menuangkan pemikiran-pemikiran Islamismenya pada sejumlah tulisan di surat kabar sarekat Islam.
"Sebenarnya pemikiran Islam dan Pancasila Soekarno sudah beliau rumuskan sejak muda sejak tahun 1926 saat beliau umur 25 tahun. Kenapa, karena memang ideologi pertama yang dikenal oleh Soekarno muda adalah sosialisme Islam bahkan sebelum Soekarno mengenal nasionalisme," ucap Syaiful dalam diskusi, Sabtu (3/6).
Baca juga : Dari Soekarno hingga Jokowi, Ini Biodata Lengkap Presiden Indonesia dan Wakilnya
Dijelaskan Syaiful, saat aktif menulis Soekarno kerap menggunakan Islam sebagai ideologi untuk melawan penjajahan. Dikatakan Syaiful, hal tersebut bahkan pernah ditegaskan Soekarno pada salah satu tulisannya.
Baca juga : Rumah Kelahiran Bung Karno di Surabaya Dibuka jadi Objek Wisata
"Dalam salah satu kutipannya beliau menyatakan bersama Islam atau dengan Islam kita enyahkan kolonialisme yang merupakan kepanjangan tangan dari kapitalisme," tuturnya.
Meskipun dalam perjalanannya Soekarno lebih dekanal dengan ideologi nasionalismenya, namun Syaiful mengatakan bahwa sejatinya pemikiran Islamisme tidak pernah lepas dari Soekarno.
Ketegasan pemikiran Islamisme Soekarno disebutkan Syaiful pernah ditegaskannya, saat Soekarno mendapat kritik dari KH Agus Salim. Saat itu Agus Salim menolak keras ideologi nasionalisme Bung Karno.
"Awalnya tahun 1930an ketika Soekarno mengkampanyekan nasionalisme, Agus Salim mengkritik Soekarno terkait nasionalisme dan mewanti-wanti umat Islam jangan menerima nasionalisme karena di Eropa nasionalisme manjadi berhala," ucap Syaiful.
"Namun Soekarno menegaskan bahwa nasionalisme yang kita (Indonesia) anut adalah bukan nasionalisme Eropa bukan nasionalisme materialis tetapi nasionalisme yang ketimuran. Yang menempatkan kita sebagai perkakas Tuhan dan menjadikan kita hidup di dalam roh," jelasnya.
Syaiful mengatakan, jika melihat kembali rumusan Pancasila, sejatinya pemikiran Islamisme Soekarno tidak hanya terdapat pada sila ketuhanan (sila pertama), namun juga terdapat pada sila terkait mufakat atau demokrasi (sila keempat).
"Akomodasi Pancasila yang diusulkan oleh Soekarno terhadap Islamisme itu juga ada di dalam sila demokrasi yang diucapkannya pada pidato 1 Juni 1945," ucap Syaiful.
"Di sana Soekarno menegaskan, intinya adalah teman-teman tokoh-tokoh Islam tidak perlu khawatir meski dasar negara kita bukan Islam, tetapi saya tawarkan demokrasi sebagai sistem politik yang menjamin teman-teman kelompok Islam tetap bisa memperjuangkan Islam melalui parlemen. Ini adalah salah satu kata kunci di dalam pemikiran Soekarno tentang hubungan Islam dan Pancasila," tukasnya. (Rif)
Tujuan kerja sama untuk memberikan pembinaan dan pemahaman tentang ideologi Pancasila di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa yang berkuliah di UPI Kampus Cibiru.
Untuk Kota Bandung yang masyarakatnya heterogon baik suku, agama, ras, sehingga Pancasila sebagai konsensus bernegara dapat menjadi pemersatu
Maarten Paes memiliki darah Indonesia dari kakek dari garis keturunan ayahnya yang lahir di Pare, Indonesia, 20 Maret 1940 silam.
Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat mengatakan momen lebaran dan mudik harus menjadi salah satu momentum untuk mneingkatkan rasa persatuan dan persaidaraan antar anak bangsa.
Pancasila dapat menjadi basis normatif dan identitas kolektif dalam membangun Indonesia sebagai sebuah tatanan politis yang demokratis.
"Inspirasi pada aktivitas dan kiprah yang dapat saya teladani dalam kepemimpinan bangsa kita, diantaranya Presiden pertama Ir. Soekarno. Saya sangat mengidolakan beliau," ungkap Sharly.
Sejarah Monas dimulai setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta dari Yogyakarta pada 1950.
Mess Cenderawasih di Jalan KH Mas Mansur Tanah Abang dan beberapa mess seperti di Kepu Selatan, Kali Baru, dan Tanah Tinggi yang juga berlokasi di Jakarta Pusat memiliki nilai histori.
Pengamat militer Connie Bakrie menilai Presiden Rusia Vladimir Putin adalah ‘edisi baru’ dari perwujudan figur kekuatan pikiran founding father Presiden Soekarno
UNESCO memberikan tiga sertifikat untuk arsip bersejarah Indonesia sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World) kepada Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Senin (3/7).
Saat tiba di Central Lawns, Presiden Prabowo dan Presiden Murmu menaiki panggung utama untuk mendengarkan lagu kebangsaan India yang menjadi awal rangkaian acara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved