Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Elektabilitasnya Naik, Airlangga Disebut Bisa Jadi Kuda Hitam

Mediaindonesia.com
23/7/2022 11:05
Elektabilitasnya Naik, Airlangga Disebut Bisa Jadi Kuda Hitam
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bersama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan Ketum PPP Suharso Monoarfa.( MI / ADAM DWI)

SEIRING menguatnya peran Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam mengkordinasikan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah krisis ketidakpastian global ternyata turut mengerek popularitasnya. Hal itu bisa dilihat dari beberapa survei terakhir yang menunjukan elektabilitasnya terus naik.

Saat mengomentari kondisi tersebut, dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional, Robi Nurhadi menyebut posisi Ketua Umum Partai Golkar tersebut bisa menjadi kuda hitam pada Pilpres 2024 mendatang.  "Airlangga berpotensi jadi kuda hitam. Tidak mudah menafikan eksistensinya saat ini. Apresiasi masyarakat sudah mulai terlihat dari beberapa hasil survei dalam tiga bulan terakhir ini", kata Robi Nurhadi.

Kepala Pusat Penelitian Pascasarjana Universitas Nasional tersebut menunjukan hasil pengamatannya terhadap beberapa lembaga survei yang rilis pada Maret hingga Juni. Misalnya survei Warna Research Center (WRC) pada 19 Maret-4 April. Lalu survei Indonesia Network Election Survey (INES) pada 13-28 April, survey Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) pada 17-30 April, dan Survey Indometer pada 20-27 April. Survey selama bulan Maret dan April tersebut menunjukan apresiasi positif atas kinerja dan kepemimpinan Airlangga sebagai Menko Perekonomian.

Lalu pada bulan Mei dan Juni, ada survey dari Panel Surya Indonesia (PSI) yang digelar pada 6-20 Mei 2022. Disusul oleh Citra Network Nasional (CNN) pada 16-30 Mei 2022 yang dilakukan pada 2.200 responden yang tersebar di 34 provinsi dan 478 kabupaten/kota.

Melesatnya posisi elektabilitas Airlangga, menurut Robi, bukan tanpa kritik. Indometer misalnya, meski merilis hasil survei yang positif, tapi juga melihat sisi negatif dari potensi merosotnya perolehan Partai Golkar pada Pemilu 2024. "Saya kira wajar saja adanya anomali politik seperti itu. Melesatnya figur tidak berkorelasi ke partai. Tapi hal itu hanya soal kemampuan menciptakan coattail effect", tambahnya.

Robi menambahkan bahwa banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam keterpilihan seseorang sebagai presiden. "Airlangga lebih dekat kemungkinannya punya tiket nyapres melalui Koalisi Indonesia Bersatu. Soal ranking elektabilitas, itu soal cair. Survei LSI Denny JA menempatkan Airlangga Hartarto pada peringkat ke-6 dengan capaian 4,5%. Lalu survei ARSC di posisi ke-5 tapi capaiannya 3,59%. Itu artinya, peralihan suara pemilih bisa terjadi kapan saja", ungkap lulusan Center for History, Politic and Strategy UKM Malaysia tersebut.

Robi tidak menampik atas adanya kritikan masyarakat terhadap lembaga survei yang partisan. "Ya, semua kemungkinan bisa terjadi. Tapi kita juga harus bijak dalam menilai. Misalnya, lihat indikator terkait penggunaan multistage random sampling, margin of error sebesar yang rata-rata di angka 2%, dan tingkat kepercayaan pada angka 95%. Kalau itu juga diragukan, masalahnya bisa pada integritas lembaga survei atau muatan kepentingan si pembaca survei,", ujarnya. (RO/A-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya