Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pengamat BRIN: Andika Perkasa Kuda Hitam Pilpres 2024

Depi Gunawan
23/6/2022 19:15
Pengamat BRIN: Andika Perkasa Kuda Hitam Pilpres 2024
Partai NasDem telah mengumumkan tiga kandidat bakal capres yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Prakasa d(MI/Adam Dwi)

PARTAI NasDem telah mengumumkan tiga kandidat bakal calon presiden yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Seiring dengan semakin dekatnya tahun politik, sejumlah partai dipastikan bakal lebih intens menggelar pertemuan untuk lobi politik membahas koalisi dan figur yang akan diusung.

Terkait hal itu, peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekarang diubah menjai BRIN, Hermawan Sulistyo menyebutkan, dari sederet kandidat yang berpotensi maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024, nama Andika Perkasa diperkirakan bakal menjadi salah satu kuda hitam.

"Nah yang akan jadi kuda hitam itu Andika Perkasa," ucap Hermawan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (23/6).

Sebaliknya, lanjut dia, nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil bukan kuda hitam di Pilpres, kecuali dia dipasangkan dengan kandidat yang kuat. "Pada setiap kontestasi Pilpres selalu ada sosok yang bakal jadi kuda hitam, termasuk pada 2024 mendatang," lanjutnya.

Menurut dia, sejauh ini elektabilitas sejumlah figur yang bakal maju sebagai Capres seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto tak banyak berubah.

"Persentase dari Anies, Ganjar, Prabowo itu kan enggak berubah, kalaupun berubah juga hanya sedikit. Jadi mungkin masih nama-nama itu yang terdepan," katanya.

Hermawan menilai, Pilpres yang tinggal dua tahun dirasa sangat singkat, jadi memang persiapan harus dilakukan secepatnya. Tetapi yang menjadi persoalan, setiap ada konsolidasi biasanya langsung 'digunting' oleh lawan politiknya.

"Lihat peta seperti ini, semua masih proses konsolidasi, testing water istilahnya, ngetes pasar dari segi elektabilitas dan popularitas, sekarang baru tahap popularitas," bebernya. (OL-13)

Baca Juga: Setelah Lutfi, Kejagung Periksa Pejabat Bea Cukai Soal Korupsi CPO

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya