Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
INDONESIA membutuhkan figur elit yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Selain diharapkan mampu membawa perubahan bagi kondisi negara, keberadaan para tokoh berpengaruh inipun sangat
penting untuk menularkan semangat dan ruh dasar negara tersebut kepada
generasi penerus.
Hal ini disampaikan Guru Besar Universitas Padjajaran, Muradi, saat
menjadi pembicara dalam diskusi terkait Hari Lahir Pancasila yang
diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan
Yayasan Putera Nasional Indonesia, di Bandung, Rabu (1/6).
Menurutnya, saat ini semakin sedikit generasi muda yang mengenal dan memahami Pancasila sebagai dasar negara. Alih-alih mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, memahaminya pun belum tentu.
"Generasi milenial ini sangat kurang (memahami Pancasila). Harusnya minimal paham. Kalau tahu dan paham, mereka akan mengimplementasikan," katanya.
Kondisi ini, kata dia, terbukti dari karakteristik generasi muda saat
ini yang cenderung individualis serta memiliki ego pribadi yang tinggi.
"Anak-anak sekarang mudah mem-buli. Harusnya mereka diajari bagaimana
bersikap respek terhadap orang lain," kata dia.
Hal ini, lanjut Muradi, tidak terlepas dari kurangnya sentuhan terhadap
generasi muda akan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, diperlukan cara atau metodologi yang baru dalam menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada anak muda.
"Tidak bisa lagi pada sebatas pelajaran di sekolah. Memang bisa
mendorong, tapi kan dipaksa belajar, dipaksa membaca. Jadi perlu cara
yang sifatnya implementatif, artinya menghayati," kata dia.
Menurut Muradi, salah satu upaya ialah dengan adanya figur teladan terutama dari kalangan elit yang relatif akan mendapat perhatian tinggi dari masyarakat khususnya generasi muda. Negara perlu
mengintervensi agar kaum muda memiliki contoh dan teladan sehingga bisa memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
"Negara merangkul, datang, memberikan contoh. Lalu orangtua, kita ini
harus jadi role model. Hari ini siapa? Sekarang semua ditelanjangi. Kita butuh role model," katanya.
Nantinya, dia berharap para figur teladan ini bisa menyampaikan gagasan
atau pikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang bertujuan
membawa perubahan bagi kehidupan negara. "Negara harus menjaga
nilai-nilai luhur Pancasila, diimplementasikan dalam keseharian."
SARA
Di tempat yang sama, Ketua Forum Kesadaran Dini Masyarakat (FKDM), Yayat Hidayat, menjelaskan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Beberapa di antaranya seperti masih adanya intoleransi di masyarakat dan perbuatan yang menyangkut SARA.
Salah satu solusinya, menurut Yayat diperlukan moderasi dalam beragama.
"Kita harus mulai mengintensifkan tentang kampanye moderasi beragama."
Dengan begitu, dia berharap akan semakin banyak masyarakat yang
melakukan moderasi dalam beragama. "Sehingga jauh dari ekstrim kiri
maupun ekstrim kanan," tandasnya. (N-2)
Jelajahi 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat beserta julukannya. Temukan keunikan budaya dan sejarah Jawa Barat!
MPLS tahun akademik 2025/2026 di sekolah rakyat tersebut diikuti oleh 100 siswa jenjang SMP dan SMA. Mereka akan mengikuti MPLS selama dua minggu ke depan.
PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat (Jabar) menerbitkan imbauan kepada bupati dan wali kota di wilayahnya untuk membebaskan tunggakan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) perorangan
FORUM masyarakat makan bergizi gratis (FMMBG) Jawa Barat (Jabar) menemukan adanya dapur fiktif dalam pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG)
Diterbitkannya kebijakan pencegahan anak putus sekolah ke jenjang pendidikan menengah merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah sesuai konstitusi.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdahulu tidak memprioritaskan pendidikan, tidak membangun sekolah baru
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved