Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
INDONESIA membutuhkan figur elit yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Selain diharapkan mampu membawa perubahan bagi kondisi negara, keberadaan para tokoh berpengaruh inipun sangat
penting untuk menularkan semangat dan ruh dasar negara tersebut kepada
generasi penerus.
Hal ini disampaikan Guru Besar Universitas Padjajaran, Muradi, saat
menjadi pembicara dalam diskusi terkait Hari Lahir Pancasila yang
diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan
Yayasan Putera Nasional Indonesia, di Bandung, Rabu (1/6).
Menurutnya, saat ini semakin sedikit generasi muda yang mengenal dan memahami Pancasila sebagai dasar negara. Alih-alih mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, memahaminya pun belum tentu.
"Generasi milenial ini sangat kurang (memahami Pancasila). Harusnya minimal paham. Kalau tahu dan paham, mereka akan mengimplementasikan," katanya.
Kondisi ini, kata dia, terbukti dari karakteristik generasi muda saat
ini yang cenderung individualis serta memiliki ego pribadi yang tinggi.
"Anak-anak sekarang mudah mem-buli. Harusnya mereka diajari bagaimana
bersikap respek terhadap orang lain," kata dia.
Hal ini, lanjut Muradi, tidak terlepas dari kurangnya sentuhan terhadap
generasi muda akan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, diperlukan cara atau metodologi yang baru dalam menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada anak muda.
"Tidak bisa lagi pada sebatas pelajaran di sekolah. Memang bisa
mendorong, tapi kan dipaksa belajar, dipaksa membaca. Jadi perlu cara
yang sifatnya implementatif, artinya menghayati," kata dia.
Menurut Muradi, salah satu upaya ialah dengan adanya figur teladan terutama dari kalangan elit yang relatif akan mendapat perhatian tinggi dari masyarakat khususnya generasi muda. Negara perlu
mengintervensi agar kaum muda memiliki contoh dan teladan sehingga bisa memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
"Negara merangkul, datang, memberikan contoh. Lalu orangtua, kita ini
harus jadi role model. Hari ini siapa? Sekarang semua ditelanjangi. Kita butuh role model," katanya.
Nantinya, dia berharap para figur teladan ini bisa menyampaikan gagasan
atau pikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang bertujuan
membawa perubahan bagi kehidupan negara. "Negara harus menjaga
nilai-nilai luhur Pancasila, diimplementasikan dalam keseharian."
SARA
Di tempat yang sama, Ketua Forum Kesadaran Dini Masyarakat (FKDM), Yayat Hidayat, menjelaskan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Beberapa di antaranya seperti masih adanya intoleransi di masyarakat dan perbuatan yang menyangkut SARA.
Salah satu solusinya, menurut Yayat diperlukan moderasi dalam beragama.
"Kita harus mulai mengintensifkan tentang kampanye moderasi beragama."
Dengan begitu, dia berharap akan semakin banyak masyarakat yang
melakukan moderasi dalam beragama. "Sehingga jauh dari ekstrim kiri
maupun ekstrim kanan," tandasnya. (N-2)
Penambahan rombel ini, dilakukan karena terdapat sekitar 197.000 anak di Jabar yang berpotensi tidak melanjutkan atau putus sekolah.
Eliminasi TBC memerlukan kekompakan dan sinergi lintas sektor.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, mengungkapkan hanya ada 384 kelas sekolah tingkat SMA/SMK yang akan diisi rombongan belajar (rombel) 38 sampai 50 siswa dari 801 kelas.
Festival Kerukunan di Desa Pabuaran, Kerukunan bukan Proyek Elite
Tetapi, dari 27 wilayah Jawa Barat hanya ada dua wilayah yang diprakirakan akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi pada siang hari.
Sebanyak 338 ribuan siswa diterima di SMA, SMK dan SLB negeri se-Jawa Barat (Jabar) dalam sistem penerimaan murid baru (SPMB) tahap satu hingga dua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved