Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan pihaknya menemukan adanya kelompok radikalisme terorisme di sejumlah kampus di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Boy saat kuliah umum di Universitas Bung Karno, Jakarta, Selasa (24/5).
Boy mengatakan kelompok radikalisme tersebut terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari tenaga pengajar hingga mahasiswa.
Baca juga: Politisi PDI-P Puji Erick Thohir, Pengamat Nilai Wajar
"Jadi mereka yang pernah teridentifikasi sebagai pihak yang terlibat itu (kelompok radikal terorisme) beragam latar belakang termasuk dari kalangan kampus juga ada. Kita punya data itu," kata Boy.
"Identifikasi beberapa, yang berlatar belakang juga tenaga didik bahkan ada, berlatar belakang mereka pernah menjadi mahasiswa juga ada," tambahnya.
Namun, Boy tidak merinci jumlah dan kampus mana saja yang sudah terpapar radikalisme. Ia mengatakan, pihaknya berhasil mengungkap hal tersebut lewat kerja sama dengan berbagai instansi kampus.
"Biasanya kampus yang teridentifikasi kita, ini atas dasar kerjasama kita dengan kalangan civitas akademi termasuk rektor. Tapi yang jelas itu hasil komunikasi konstruktif kami dengan beberapa kampus," ujarnya.
Lebih lanjut, Boy mengatakan, pihaknya melakukan kerja sama dengan beberapa kampus terkait, salah satunya Universitas Bung Karno untuk mengantisipasi paham radikalisme.
"Kami melihat kalangan kampus yang didominasi mahasiswa merupakan kelompok rentan yang perlu kita ingatkan. Tugas kami BNPT mengingatkan semu pihak, membangun kesepahaman, kebersamaan, melawan ideologi terorisme," kata dia.
Boy berharap kerja sama yang terjalin akan membuat ketahanan masyarakat kampus terhadap paham radikal terorisme semakin baik.
"Kita inginkan adanya ketahanan masyarakat kampus dari pengaruh paham radikal terorisme yang berbasis kekerasan. Kita tidak ingin anak bangsa kita dimanfaatkan oleh pihak tertentu sebagai bagian perjuangan mereka yang ternyata karakternya menghalalkan segala cara, berbaris kekerasan, intoleran, menumbuhkan kebencian pada negara, anti nasionalisme," ujarnya. (OL-6)
Langkah pemerintahan Trump bukan hanya mengancam masa depan mahasiswa, juga merendahkan kontribusi intelektual.
Saat ini, dari total mahasiswa yang terdaftar di Harvard, hampir 27% atau sekitar 6.800 orang merupakan mahasiswa internasional.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
Kampus tentu tidak boleh abai terhadap tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan tinggi Indonesia saat ini.
Pembangunan ini pula sejalan dengan pertumbuhan ekonomi lokal yang berkembang sejalan hadirnya kampus. Termasuk pengelolaan pendidikan terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan di kampusnya bertujuan menunjang kualitas pembelajaran bagi para mahasiswa dan dosen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved