Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SEJUMLAH tokoh yang digadang-gadang potensial maju menjadi calon presiden (capres) pemilu 2024 sudah mulai melakukan manuver-manuver mengejar popularitas dan elektabilitas. Dengan caranya masing-masing baik yang konvensional menggunakan baliho maupun cara baru dengan media sosial para tokoh tersebut berlomba mempromosikan dirinya kepada masyarakat dengan harapan dapat memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang tinggi.
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai wajar apabila para tokoh politik sudah mulai bermanuver melakukan komunikasi ke publik terkait pemilu 2024. Namun, penting bagi publik agar tidak menelaah mentah-mentah informasi yang disampaikan para tokoh politik yang befokus mencari popularitas jelang pemilu.
"Saya sarankan kepada masyarakat tidak hanya menelan begitu saja apa yang disampaikan mereka di melalui saluran komunikasinya baik melalui baliho ataupun akun dan kanal sosial media mereka," ungkap Emrus saat dihubungi di Jakarta, Jumat (7/1).
Pasalnya, menurut Emrus, popularitas dan elektabilitas yang dimiliki oleh para tokoh tersebut belum dapat menjamin selaras dengan presatasi saat mereka menjabati jabatan publik. Popularitas dan elektabilitas sangat rentan dengan unsur pencitraan.
Baca juga : Berganti Pengurus, YLBHI Akui Hadapi Tantangan Besar
"Bahwa mereka yang elektablitas tinggi sedang bermake-up. memanipulasi persepsi publik. Publik jangan sampai terjebak dengan tokoh-tokoh yang mengandalkan elektabilitas," ungkapnya.
Menurut Emrus, masih banyak tokoh potensial lain yang tidak mendapat sorotan karena memang tidak melakukan komunikasi publik yang baik seperti para tokoh-tokoh berelektabilitas tinggi. Oleh karena itu dirinya menyarankan agar media arus utama dapat memberikan panggung kepada tokoh potensial yang belum dikenal publik untuk mengimbangi derasnya informasi manuver politik yang disampaikan lewat media sosial.
"Media massa arus utama harus menyajikan juga kandidat-kandidat yang berkualitas yang misalnya tidak aktif mempromosikan diri di media sosial. Media utama harus mengangkat figur capres yang paham nilai-niali negarawan dan kebangsaan," ungkapnya.
Adapun para tokoh politik yang sudah mulai melakukan manuver untuk meraih popularitas dan elektabilitas seperti Ketua Umum DPP PSI Giring Ganesha yang mulau bersuara soal formula e, Ketua DPR Puan Maharani melalui baliho, Gubernur Anies Baswedan yang aktif di Kanal Youtubenya, hingga Menteri BUMN Erick Thohir yang sempat dikiritik karena wajahnya tertampang di seluruh ATM Bank Himbara. (OL-7)
Indonesia telah memiliki pemimpin nasional dari berbagai latar belakang, mulai dari militer (TNI) hingga sipil, tetapi belum ada yang berasal dari korps kepolisian.
Core memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2025 akan lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024.
Pemilu serentak nasional terdiri atas pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR RI, dan DPD RI.
WAKIL Ketua Komisi II DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi menyoroti kompleksitas Pemilu serentak atau yang berlangsung bersamaan, terutama dalam konteks pemilihan legislatif dan presiden
Usulan tersebut berkaca pada pelaksanaan Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak pada 2024 yang membuat penyelenggara Pemilu memiliki beban yang berat.
DIREKTUR Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membutuhkan Partai Golkar sebagai kendaraan berkiprah di dunia politik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved