Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KELOMPOK teroris yang masih berusaha mencapai tujuannya dengan aksi pengeboman, yang kemudian mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, sesungguhnya bentuk kegagalan dalam mencapai tujuan utamanya.
Hal tersebut disuarakan mantan narapidana teroris (napiter) Haris Amir Falah. Menurutnya, banyak mantan pelaku teror bom yang mengalami penyesalan saat mengetahui kondisi korban.
"Ini yang harus dilihat dan dipikirkan oleh mereka yang masih berpikir radikal. Ketika kami ketemu sama korban, betul-betul menjadi penyesalan yang luar biasa. Siapa pun yang melihat itu dan punya hati dia pasti akan berubah," tutur Haris, Sabtu (3/4).
Baca juga: Terduga Teroris Mengaku Anggota FPI, Minta Rizieq Dibebaskan
Korban bom dan kekerasan yang dilakukan teroris, merupakan orang yang tidak berdosa dan juga tidak mengerti dengan kejadian sesungguhnya. Namun, mereka harus menerima dampak aksi teror seumur hidup.
"Mereka orang yang tidak punya dosa, tidak mengerti dengan apa yg terjadi. Ketika melihat orang luka-luka (meninggal), tujuannya tercapai. Jadi hentikanlah," imbuh Haris.
Dia memandang paham radikalisme masih cukup masif tersebar di tengah masyarakat. Aksi teror yang terjadi di Makasar dan Mabes Polri, lanjut dia, membuktikan daya rusak yang luar biasa dari doktrin dan kekeliruan pemahamam agama. Dari kondisi tersebut, harus diciptakan kesepakatan bersama untuk memerangi aksi terorisme.
Baca juga: BNPT: Napiter Senior Bisa Ikut Bina Napiter Junior
"Radikalisme dan aksi teror bukan ajaran agama mana pun, termasuk Islam. Melawan terorisme bukan melawan agama. Kita harus punya kesepakatan memberantas ini semua, karena daya rusaknya luar biasa," pungkasnya.
Dalam menjalankan aksinya, kelompok teroris melakukan dua hal, yakni menciptakan momentum dan mendapatkan momentum. Namun, mayoritas pelaku lebih memilih mendapatkan momentum yang tepat untuk beraksi. Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya. Ternyata, anggota dari kelompok yang sama dengan pelaku bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur. (OL-11)
INDONESIA mencatatkan nihil kasus serangan terorisme sejak tahun 2023 hingga saat ini, pertengahan tahun 2025. Hal itu disebut berkat peran dari berbagai pihak.
PAKAR terorisme Solahudin menyebut Indonesia saat ini berada di era terbaik dalam penanganan terorisme berkat strategi kolaboratif antara soft approach dan hard approach.
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
Gubernur Khofifah dan BNPT RI berkomitmen tanamkan moderasi beragama sejak dini di sekolah untuk cegah radikalisme. Jatim perkuat sinergi pusat-daerah.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Komisi XIII DPR RI terus memperkuat upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
EKS narapidana terorisme (napiter) Haris Amir Falah mengungkapkan desa sering menjadi sasaran utama kelompok radikal dalam merekrut anggota baru.
DIREKTORAT Jaminan Produk Halal (JPH) dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2024 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.
KEMENTERIAN Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN menegaskan pentingnya peran agama sebagai salah satu dari 8 Fungsi Keluarga dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.
Di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diwarnai ketegangan antara identitas agama dan tenun pluralitas, sebuah pertanyaan fundamental layak kita ajukan kembali.
PAUS Leo XIV meminta gereja Katolik merespons perkembangan kecerdasan artifisial (artificial intelligence, AI) dalam pernyataan perdananya kepada Kolese Kardinal, 10 Mei 2025.
Persoalan di Manggarai, Jakarta Selatan, lebih tepat diatasi bila ada lowongan pekerjaan yang disiapkan bagi anak-anak muda di sana.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo menyebut hasil dari survei tersebut memperlihatkan persepsi positif terkait hal itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved