Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Radikalisme Buah dari Kekeliruan Pemaknaan Agama

Sri Utami
03/4/2021 18:15
Radikalisme Buah dari Kekeliruan Pemaknaan Agama
Sejumlah mahasiswa menyalakan lilin saat mengecam tindakan terorisme di Makassar.(Antara)

KELOMPOK teroris yang masih berusaha mencapai tujuannya dengan aksi pengeboman, yang kemudian mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, sesungguhnya bentuk kegagalan dalam mencapai tujuan utamanya.

Hal tersebut disuarakan mantan narapidana teroris (napiter) Haris Amir Falah. Menurutnya, banyak mantan pelaku teror bom yang mengalami penyesalan saat mengetahui kondisi korban. 

"Ini yang harus dilihat dan dipikirkan oleh mereka yang masih berpikir radikal. Ketika kami ketemu sama korban, betul-betul menjadi penyesalan yang luar biasa. Siapa pun yang melihat itu dan punya hati dia pasti akan berubah," tutur Haris, Sabtu (3/4). 

Baca juga: Terduga Teroris Mengaku Anggota FPI, Minta Rizieq Dibebaskan

Korban bom dan kekerasan yang dilakukan teroris, merupakan orang yang tidak berdosa dan juga tidak mengerti dengan kejadian sesungguhnya. Namun, mereka harus menerima dampak aksi teror seumur hidup. 

"Mereka orang yang tidak punya dosa, tidak mengerti dengan apa yg terjadi. Ketika melihat orang luka-luka (meninggal), tujuannya tercapai. Jadi hentikanlah," imbuh Haris. 

Dia memandang paham radikalisme masih cukup masif tersebar di tengah masyarakat. Aksi teror yang terjadi di Makasar dan Mabes Polri, lanjut dia, membuktikan daya rusak yang luar biasa dari doktrin dan kekeliruan pemahamam agama. Dari kondisi tersebut, harus diciptakan kesepakatan bersama untuk memerangi aksi terorisme. 

Baca juga: BNPT: Napiter Senior Bisa Ikut Bina Napiter Junior

"Radikalisme dan aksi teror bukan ajaran agama mana pun, termasuk Islam. Melawan terorisme bukan melawan agama. Kita harus punya kesepakatan memberantas ini semua, karena daya rusaknya luar biasa," pungkasnya.

Dalam menjalankan aksinya, kelompok teroris melakukan dua hal, yakni menciptakan momentum dan mendapatkan momentum. Namun, mayoritas pelaku lebih memilih mendapatkan momentum yang tepat untuk beraksi. Pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya. Ternyata, anggota dari kelompok yang sama dengan pelaku bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur. (OL-11) 
 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik