Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Generasi Muda Efektif Halau Separatisme Dunia Maya

(Cah/X-3)
22/11/2020 05:10
Generasi Muda Efektif Halau Separatisme Dunia Maya
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto(MI/ANDRI WIDIYANTO)

SEBAGAI pengguna media sosial (medsos) terbanyak, generasi muda menyimpan kekuatan dan harapan untuk melawan berita bohong (hoaks) dan separatisme yang mengancam kedaulatan negara.

Demikian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada webinar bertajuk Sinergi Anak Bangsa dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara dari Aksi Separatisme di Dunia Maya di Jakarta, kemarin.

"Generasi muda rentang usia 19-34 tahun merupakan kelompok pengguna internet. Potensi ini jika dimanfaatkan dengan baik menjadi kekuatan untuk mewarnai opini masyarakat di media sosial dengan berita-berita positif," kata Hadi Tjahjanto.

Apabila diklasifikasikan, lanjut Panglima TNI, kelompok usia 19-34 tahun merupakan pengguna internet terbanyak, yaitu 49,52%. Usia 35-54 tahun sebanyak 29,55%, 13-18 tahun sebanyak 4,24%, dan di atas 54 tahun sebanyak 4,24%.

"Generasi muda bisa memelopori perubahan bangsa dengan menyebarkan konten-konten positif serta melakukan kontranarasi terhadap konten-konten negatif di dunia maya. Kalau kita hanya sibuk dengan konflik-konflik sosial, kehidupan kemasyarakatan tidak kondusif, aktivitas warga terganggu dan iklim usaha terganggu. Akhirnya memengaruhi kesejahteraan," ujar Hadi.

Oleh karena itu, setiap muncul ancaman separatisme di dunia maya harus mendorong kesadaran semua pihak untuk memberikan perhatian lebih terhadap keutuhan NKRI.

Anggota Tim Sinergi Media Sosial Aparatur Negara Kemenko Polhukam Wahyu Agung Permana yang menjadi salah seorang pembicara dalam webinar mengemukakan hoaks dapat menjangkiti semua kalangan, tidak terkecuali tentara dan profesor.

"Masyarakat perlu mencermati ketika mendapatkan informasi dengan memastikan kesesuaian judul dengan isi. Sumber dan bahasa yang digunakan. Hoaks bisa terungkap dengan tanda-tanda adanya ketidaksesuaian antara judul dan isi atau pesan yang disampaikan, sumber informasi tidak kredibel dan memuat bahasa provokatif," jelas Wahyu.

Wahyu menambahkan, masyarakat tidak perlu memikirkan hal di luar kemampuan untuk menjaga bangsa dari serangan separatisme atau ancaman lain. "Cukup mempertahankan muruah negara dengan melawan dan menghentikan hoaks dan menyebarkan berita positif." (Cah/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya