Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Demokrasi dan Kebebasan Sipil Menurun

Indriyani Astuti
26/10/2020 04:35
Demokrasi dan Kebebasan Sipil Menurun
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi(Antara/Hafidz Mubarak)

DEMOKRASI di Indonesia menghadapi tantangan. Meskipun sebagian besar masyarakat menganggap demokrasi merupakan sistem pemerintahan terbaik, banyak yang menilai Indonesia cenderung kurang demokratis.

Hal itu terlihat dari survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada September 2020. Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi menyampaikan indikator dalam berdemokrasi yang menurun ialah kebebasan sipil, ketakutan menyatakan pendapat, dan aparat yang dinilai semakin semena-mena dalam menangkap warga yang berbeda pandangan dengan penguasa.

“Ada penurunan jika dibandingkan dengan survei yang dilakukan pada Februari 2020, sebelum pandemi. Saat itu, 72,9% masyarakat menganggap demokrasi sistem pemerintahan terbaik. Saat ini 62,4% responden menyatakan, walaupun tidak sempurna, demokrasi sistem pemerintahan yang terbaik,” paparnya dalam diskusi bertajuk Politik, Demokrasi, dan Pilkada di Era Pandemi, yang digelar secara daring, kemarin.

Burhanudin menjelaskan survei yang dilakukan lembaganya melibatkan 1.200 orang dengan metode wawancara melalui sambungan telepon.

Responden dipilih secara acak da ri basis data, yakni 206 ribu yang pernah diwawancarai secara tatap muka pada Februari 2020. Dari jumlah itu 27% atau 1.200 responden dihubungi melalui telepon untuk diwawancara.

Dari jumlah tersebut, ia menyebutkan 36% responden menganggap Indonesia menjadi kurang demokratis belakangan ini. Meskipun persepsi, anggapan itu perlu mendapatkan antisipasi dari kalangan elite politik.

Kelompok responden yang menyatakan demokrasi di Indonesia menurun lebih banyak perempuan (43,6%), juga kalangan anak muda rentang usia 22-25 tahun yang lahir pascareformasi (45,8%), serta mereka yang berpendidikan tinggi (41,4%).

“Semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin mereka merasa situasi sekarang kurang demokratis. Kelompok menengah atas secara statistik jumlahnya tidak besar, tapi mereka punya opini yang bisa memengaruhi publik secara luas. Semakin luas,” ucap Burhanudin.

Hasil survei juga menunjukkan mayoritas responden menilai saat ini warga takut menyatakan pendapat (79,6%), makin sulit berdemonstrasi atau melakukan protes (73,8%), dan aparat semena-mena menangkap warga yang berbeda pandangan.

Faktor pandemi

Dalam menanggapi hasil survei tersebut, politikus PDIP Eva K Sundari mengakui Indonesia mengalami penurunan dalam indeks demokrasi. Namun, itu tidak seburuk Myanmar yang melarang warga melakukan demonstrasi.

Ia menjelaskan pandemi turut memengaruhi persepsi publik. Eva mengatakan ternyata perempuan berada di lapis paling rentan, seperti mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Angka perkawinan anak juga naik dan pembatasan dalam kebebasan beragama paling terpukul dialami kelompok minoritas.

Dalam hal menyampaikan kritik, kelompok menengah atas memang paling banyak memberikan kritik walaupun bukan mereka yang menjadi kelompok paling menderita akibat dampak pandemi. (P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya