Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Jangan Sampai Ada Gelombang Kedua

Dhika Kusuma Winata
11/6/2020 04:08
Jangan Sampai  Ada Gelombang Kedua
Presiden Joko Widodo, Menko PMK Muhadjir Effendy dan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo.(Agus Suparto)

PENAMBAHAN kasus harian tertinggi covid-19 kembali terjadi. Sebanyak 1.241 pasien baru positif covid-19 dilaporkan, kemarin. Penambahan ini menjadi rekor baru tertinggi harian sejak kasus pertama resmi diumumkan Presiden Joko Widodo, 2 Maret 2020.

Dalam kaitan itu, Presiden Jokowi mewanti-wanti Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan kepala daerah agar selalu waspada dalam mencegah potensi lonjakan kasus wabah korona.

“Tugas besar kita belum berakhir. Ancaman covid-19 masih ada, kondisi masih dinamis. Ada daerah yang kasus barunya turun, ada daerah yang kasus barunya meningkat. Ada daerah yang kasus barunya nihil. Saya ingatkan, jangan sampai ada gelombang kedua, second wave. Jangan sampai,” ungkap Presiden saat mengunjungi Kantor Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta Timur, kemarin.

Instruksi itu disampaikan Presiden kepada jajaran Gugus Tugas di pusat dan daerah serta para gubernur yang mengikuti arahan secara virtual di Kantor Gugus Tugas.

Dengan didampingi Menko PMK Muhadjir Effendy, Presiden memantau Kantor Gugus Tugas dan mendengarkan paparan langsung Ketua Gugus Tugas Doni Monardo dan Tim Pakar Gugus Tugas terkait perkembangan penanganan covid-19.

Presiden juga mengingatkan, jika lonjakan kasus kembali terjadi, pengetatan pembatasan atau penutupan aktivitas masyarakat bisa diberlakukan kembali. Karena itu, pemberlakuan kenormalan baru agar dikalkulasi berdasarkan basis epidemiologi dan kesiapan manajemen daerah.

Ahli epidemiologi dan pakar informatika penyakit menular, Dewi Nur Aisyah, mengungkapkan, sejauh ini ada 136 kabupaten/kota yang berisiko rendah penularan covid-19.

Menurut dia, ada 15 indikator utama dalam menentukan zonasi risiko suatu wilayah, antara lain 11 indikator epidemiologi, 2 indikator surveilans kesehatan masyarakat, dan 2 indikator pelayanan kesehatan.

Klaster pasar

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria alias Ariza, menyatakan kekhawatiran atas per- gerakan orang di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan sebagai klaster baru penularan covid-19.

Terlebih saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi manakala area-area tersebut kelak dibuka. Apalagi, pasar-pasar di sejumlah daerah dilaporkan telah menjadi klaster penyebaran korona (lihat grafik).

“Puncak dari semua yang dikhawatirkan jujur ada di pasar. Paling rawan. Maka dari itu kita terus sosialisasi,” kata Ariza dalam sebuah diskusi daring, kemarin.

Ariza juga mengakui selama PSBB
masih ada pedagang kaki lima yang membandel berjualan dan membuat kerumunan tanpa menerapkan protokol kesehatan. Hal inilah yang, menurut dia, menjadi faktor penyebaran covid-19 di Jakarta masih cukup besar.

Senada, Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid 19 Bali, Made Rentin, mengakui bahwa penularan melalui aktivitas pasar di Pulau Dewata terus meningkat dan merupakan fenomena yang harus diwaspadai secara ketat.

Di Purwokerto, Jawa Tengah, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Pedagang Kaki Lima Dinperindag Banyumas, Budi Suharno, mengatakan pihaknya telah menyiapkan jalur khusus agar tidak terjadi penumpukan pembeli di pasar. (Ata/Put/OL/LD/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik