Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jabar Juara Pelanggaran Kebebasan Beragama

Cahya Mulyana
12/11/2019 07:10
Jabar Juara Pelanggaran Kebebasan Beragama
Ketua MPR Bambang Soesatyo (ketiga dari kiri) berfoto bersama Ketua Umum SETARA Institute Hendardi (ketiga dari kanan) di Jakarta, kemarin.(MI/BARY FATHAHILAH)

SETARA Institute menyebut dalam 5 tahun terakhir pelanggaran terhadap kondisi kebebasan beragama atau berkeyakinan (KBB) tertinggi berada di Jawa Barat (Jabar) dan Kepolisian dalam ruang lingkup penyelenggara negara.

Dalam temuannya, terdapat 10 provinsi di Indonesia yang melakukan pelanggaran KBB tertinggi. Direktur Riset Setara Institute Halili menyebut 10 provinsi itu ialah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Aceh, DI Yogyakarta, Banten, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Barat.

Menurutnya, angka paling tinggi pelanggaran KBB terjadi di Jawa Barat dengan 162 peristiwa. Kemudian disusul DKI Jakarta 113 peristiwa, dan Jawa Timur 98 peristiwa pelanggaran KBB. "Itu kondisi 5 tahun terakhir," kata Halili.

Menurut Halili mereka yang melakukan pelanggaran KBB tersebut paling banyak dilakukan aparat negara, dari oknum polisi hingga pemerintahan desa. "Aktor negara yang paling banyak melakukan pelanggaran KBB dalam 12 tahun terakhir ialah kepolisian, diikuti pemerintah daerah," bebernya.

Selain negara, ada pula sejumlah oknum dari nonnegara yang melakukan pelanggaran KBB tersebut, yakni kelompok warga, ormas, MUI, hingga perusahaan.

"Data-data tersebut menunjukkan bahwa isu pemajuan KBB dan toleransi di Indonesia masih menjadi persoalan serius yang mesti ditangani secara komprehensif," papar Halili.

Halili juga meminta agar pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin melakukan tindakan yang nyata untuk mengantisipasi persoalan tersebut.

"Pemerintah mesti mengambil langkah berani melalui agenda terobosan untuk meruntuhkan supremasi intoleransi.''

Pendidikan Pancasila

Ketua MPR Bambang Soesatyo yang hadir dalam paparan Setara itu meminta pemerintah memperkuat pendidikan Pancasila. Aksi intoleransi dan ekstremisme di Tanah Air disebabkan kurangnya pemahaman terhadap nilai kehidupan bersama yang terkandung dalam Pancasila.

Menurutnya, pemahaman terhadap Pancasila ialah salah satu cara untuk mencegah intoleransi dan radikalisme. Jadi, dengan Pancasila, dua hal itu dapat diminimalkan.

"Pemerintah untuk memasukkan kembali kurikulum mata pelajaran nilai-nilai Pancasila di setiap tingkatan sekolah dari SD, SMP, SMA. Termasuk di perguruan tinggi mata kuliah tentang nilai-nilai Pancasila," kata Bamsoet.

Menurut Bamsoet, sapaan akrabnya, ancaman radikalisme, kekerasan dan intoleransi saat ini bukan isapan jempol belaka. Aksi ini sudah nyata terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kita tidak ingin negara kita terpecah belah, perang saudara, karena itu sejak awal kita harus menumbuhkan kesadaran persatuan," jelas politikus Partai Golkar itu.

Dia juga menekankan upaya menjaga toleransi dan nilai-nilai Pancasila menjadi tugas yang mesti terus dilakukan semua pihak, terutama MPR. Masalah ini tak boleh dianggap enteng.

"Apa yang dilakukan sejak 15 tahun terakhir terus dimasifkan lagi," jelas eks Ketua DPR itu. (*/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya