Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Janji Tetap Blusukan, Jokowi: Ngapain di Kantor Terus

Henri Siagian
24/5/2019 20:47
Janji Tetap Blusukan, Jokowi: Ngapain di Kantor Terus
Presiden Joko Widodo menerima redaksi Media Indonesia yang dipimpin oleh Plt Pemred Harian Media Indonesia Gaudensius Suhardi, Jumat (24/5).(MI/Ramdani)

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin memimpin negeri ini untuk lima tahun berikut.

Berdasarkan penetapan KPU pada Selasa (21/5), pasangan Jokowi-Amin mendulang suara 85.607.362 atau 55,5%, unggul jauh atas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang meraih 68.650.239 suara atau 44,5%. Total suara sah nasional mencapai 154.257.601.

Sehingga, Jokowi akan kembali meneruskan kepemimpinan bangsa ini dengan sejumlah perbedaan. Dalam berbagai kesempatan, Jokowi menegaskan akan memimpin tanpa beban. Sehingga, dirinya tidak akan ragu untuk melakukan perbaikan kehidupan bangsa ini.

Akan tetapi, Jokowi akan tetap mempertahankan satu hal dalam kepemimpinannya berikut, yakni blusukan. "Ya iya, saya akan terus blusukan," papar dia sembari tersenyum saat berbindang dengan Media Indonesia dan mediaindonesia.com, Jumat (24/5). Isi wawancara selengkapnya akan tayang pada Senin (27/5).

Baca juga: Korban Penjarahan 22 Mei Diundang ke Istana dan Diberi Modal

Karena, bagi Presiden, blusukan adalah kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Karena, bagi Jokowi, blusukan adalah momentum pejabat untuk mendengarkan rakyat, dekat dengan rakyat, dan selalu menyapa rakyat. Menurut dia, keinginan rakyat harus didengar untuk mengetahui apa yang dibutuhkan. Jangan sampai, kebijakan yang diambil pemerintah tidak selaras dengan keinginan rakyat.

Selain itu, bagi dia, blusukan juga untuk melihat perkembangan pembangunan di bawah. "Ngapain di kantor terus. Hehehe," ujarnya sembari tertawa.

Selama memimpin Jakarta pada 2012-2014, Jokowi menerapkan gaya blusukan, yang telah dia lakukan selama di Surakarta (2005-2010 dan 2010-2012).

Dengan pola blusukan, Jokowi kemudian dianggap sebagai pemimpin fenomenal dan antitesis dengan kepemimpinan lainnya.

Berdasarkan penelitian Cahyadi Indrananto berjudul Dramaturgi dalam Komunikasi Politik Walikota Solo Joko Widodo (2012), Jokowi lebih kerap menciptakan panggung yang spontan.

Adapun untuk panggung yang terantisipasi dan terjadwal, Jokowi lebih memilih untuk mendelegasikan ke bawahannya.

Jokowi lebih memilih menciptakan interaksi yang diputuskan langsung oleh Jokowi atau beberapa saat sebelum interaksi terjadi dan tanpa kabar pendahuluan kepada audiens. Dan dengan pendekatan ini, Jokowi lebih efektif dalam membangun komunikasi dengan masyarakat dan birokrasi serta memiliki dampak komunikasi yang lebih luas di masyarakat.

Atau, Jokowi lebih memilih interaksi yang tidak terantisipasi dan spontan. Di mana, interaksi diinisiasi oleh audiens yang mendatangi Jokowi secara langsung tanpa ada perjanjian jadwal terlebih dahulu.

Sehingga, unsur spontanitas menjadi komponen penting. Dan Jokowi sangat mengharapkan spontanitas dalam interaksinya karena spontanitas memperkecil peluang terjadi manipulasi pesan.

Seperti pada awal Februari 2014, di mana Jokowi selaku Gubernur DKI menggunakan sepeda untuk berkantor. Dari perjalanannya itu, dia mendapati sejumlah ruas jalan yang rusak.

Atau, pada Oktober 2017, dirinya selaku Presiden RI tanpa terencana menggunakan sebuah mobil jip dan mendapati sejumlah ruas jalan rusak. Bahkan, digambarkan bagaimana mobil itu bermanuver mencari jalan yang mulus. Setelah itu, Presiden memberi teguran kepada Wali Kota Medan saat itu.

Konsistensi Jokowi untuk blusukan adalah angin segar bagi warga. Karena, blusukan adalah momentum spontanitas. Entah, bagaimana perasaan pejabat terkait



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya