Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

KPPS Meninggal Dunia, IDI : Faktor Kelelahan Bisa Jadi Pemicu

Indriyani Astuti
13/5/2019 21:05
KPPS Meninggal Dunia, IDI : Faktor Kelelahan Bisa Jadi Pemicu
Diskusi IDI soal banyaknya KPPS yang meninggal dunia dalam Pemilu 2019 di Jakartra, Senin (13/5)(Dok. PB IDI)

BANYAKNYA petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 yang meninggal dunia selama proses Pemilu 2019 menjadi sorontan banyak pihak, tak terkecuali Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kardiologis Pusat Jantung Nasional dr. Anwar Santoso menjelaskan, penyebab kematian ratusan petugas KPPS secara umum disebabkan oleh gagal jantung dan serangan jantung.

Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah itu meyakini, petugas KPPS yang meninggal dunia tersebut, secara umum telah memilihi bakat atau riwayat penyakit jantung.

Faktor kelelahan pasca bekerja, jelas Anwar dapat memicu serangan jantung bagi petugas KPPS yang telah memiliki bakat tersebut.

“Harus ada bakat itu dulu. Tak bisa kita salahkan kelelahan sebagai faktor tunggal,” tukas dr. Anwar dalam acara diskusi publik bertema Membedah Persoalan Sebab Kematian Mendadak Petugas Pemilu dari Prespektif Keilmuan di Kantor Pengurus Besar IDI, Jakarta, Senin (13/5).

Baca juga : Kemenkes Sebut tidak Ada KPPS Diracun

Data yang tercatat dari Perhimpunan Dokter Kardiovaskuler Indonesia menunjukan ada 13 petugas KPPS yang meninggal karena serangan jantung. Mereka dirawat di rumah sakit. Anwar menyebut faktor kelelahan menyumbang 26% sebagai pemicu serangan jantung. Faktor lainnya ialah stres.

Mengutip  jurnal British Journal of Clinical Pshicology pada 1992, ungkap Anwar,  salah satu penelitian awal kolerasi kelelahan dan kematian mendadak. Hasilnya disimpulkan, tidak ada hubungan antara kelelahan dengan penyakit jantung.

Namun dalam penelitian lebih baru pada 2016 menggunakan fatigue score (skor kelelahan) menunjukan adanya hubungan antara kematian karena kardiovaskuler dan kelelahan. Meskipun, bukan faktor tunggal.

Lalu, dari penelitian lain NUI Galway diketahui bahwa stressor yang berat (hostility and anger), penjadi salah satu prediktor seseorang terkena risiko serangan jantung. Di samping faktor risiko merokok, diabetes hipertensi dan obesitas.

"Stress dan kelelahan membuat seseorang yang mengidap penyakit kardiovaskuler berisiko 3 kali lipat mengalami kejadian serangan jantung mendadak," tuturnya.

Kelelahan bukan hanya menjadi pemicu penyakit jantung, tetapi juga stroke. Dokter Spesialis Saraf dr. Rakhmad Hidayat,SpS menjelaskan  stroke bisa menyebabkan penurunan fungsi otak sehingga aliran darah tak mengalir ke otak. I

a pun sepakat apabila ada kajian lebih lanjut mengetahui penyebab kematian ratusan petugas pemilu.

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Forensik dr. Ade Firmansyah Sugiharyoto SpF  menjelaskan untuk mengetahui penyebab kematian pada ratusan petugas  pemilu, dapat dilakukan autopsi.  Autopsi klinis, imbuhnya, bisa dilakukan apabila keluarga yang bersangkutan setuju.

Kementerian Kesehatan sendiri tengah melakukan audit medik bagi penyelenggara pemilu yang meninggal di rumah sakit dengan melibatkan dinas kesehatan sebagai penanggung jawab.

Sedangkan bagi petugas pemilu yang dilaporkan meninggal di rumah, Kementerian Kesehatan meminta rumah sakit dan dinas provinsi melakukan otopsi verbal.

"Otopsi verbal adalah suatu metode untuk mengetahui penyebab kematian melalui wawancara dengan anggota keluarga mengenai tanda-tanda dan gejala-gejala yang muncul sebelum seseorang meninggal, dengan menggunakan kuesioner yang telah terstandar," kata Direktur Kesehatan Rujukan Kemenkes dr. Tri Hesti Widiastuti SpM pada kesempatan yang sama. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya