Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PRAKTIK politik uang hingga saat ini rupanya masih dianggap wajar oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal itu diketahui berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Charta Politika.
Beradasarkan survei yang dilakukan ke dua ribu responden pada 19-25 Maret di 34 provinsi, diketahui sebanyak 45,6% masyarakat masih menganggap wajar dan dapat memaklumi praktik politik uang. Sebanyak 39,1% berpendapat politik uang salah dan tidak dapat dimaklumi. Sementara itu, sisanya sebanyak 15,4% tidak menjawab.
"Ini angka cukup mencengangkan karena hampir separuh mengatakan money politic dapat dimaklumi, sikap permisif publik cukup tinggi terhadap politik uang," ujar Direktur Riset Charta Politika, Muslimin, dalam rilis hasil survei nasional Charta Politika, di Jakarta, Kamis, (4/4).
Muslimin mengatakan, meski begitu masyarakat tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Politik uang menjadi suatu kebiasaan di masyarakat karena peran dari kader parpol peserta pemilu yang selama ini kerap melakukan pembagian uang.
Baca juga: Antisipasi Politik Uang dan Kecurangan Penghitungan Suara
"Itu di samping sifat pragmatisme publik, harus dikritik ke parpol bahwa ternyata mereka juga belum maksimal berikan pendidikan politik di masyarakat," ujar Muslimin.
Ia mengatakan pendidikan politik untuk mencegah politik uang mendesak dilakukan. Bila tidak, toleransi masyarakat itu bisa menjadi hal yang berbahaya bagi demokrasi.
Temuan lain dari survei tersebut, ialah masyarakat saat ini cenderung lebih pintar dalam memanfaatkan praktik politik uang. Sebanyak 40,8% responden mengatakan bahwa mereka akan menerima pemberian uang oleh peserta pemilu, tapi enggan memberikan jaminan akan memilih sosok pemberi uang tersebut.
"Ini jadi pelajaran bagi parpol bahwa money politic tidak begitu saja bisa memengaruhi pilihan publik. Masyarakat sudah pintar. Walaupun perilaku itu juga sebenarnya tidak bisa terus ditolerir," ujar Muslimin.
Pada saat yang sama, politikus PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, mengatakan bahwa sosialisasi pada masyarakat akan pemilu memang masih sangat minim. Baik soal aturan dan larangan, atau terkait teknis pemilu.
"Ini jadi tantangan bagi caleg untuk bisa terjun langsung ke masyarakat menjelaskan banyak hal terkait pemilu ini," ujar Masinton.
Sementara itu, politikus Demokrat, Syarief Hasan, mengatakan bahwa dalam hal sikap masyarakat pada politik uang, berbagai kondisi memengaruhi. Salah satunya kondisi masyarakat Indonesia yang masih kekurangan secara ekonomi.
"Soal money politic kita tidak bsa juga menyalahkan rakyat. Ada dua hal persoalan sebenarnya, pertama sistem pemilihan itu sendiri dan eknomi rakyat yang kebutuhan dasarnya belum terpenuhi," ujar Syarief. (OL-7)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
Sidang akan digelar pada hari Senin (24/2) pukul 13.30 WIB di Kantor Bawaslu Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.
Selain itu, Jokowi mengatakan, NasDem selalu konsisten mendukung dirinya saat bersama Jusuf Kalla maupun kini dengan KH Ma'ruf Amin.
Revisi UU Pemilu perlu disegerakan agar penyelenggara pemilu mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan proses sosialisasi dan tahapan Pemilu 2024.
Peserta sekolah legislatif akan mendapatkan berbagai materi pelajaran tentang kedewanan sebanyak 40%, kepartaian 30%, dan pembangunan karakter 30%
KPK menetapkan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka suap terkait buronan Harun Masiku. Hasto disebut aktif mengupayakan Harun memenangkan kursi anggota DPR pada Pemilu 2019.
Bagi Mahfud, batalnya memakai kemeja putih tersebut lima tahun lalu menyimpan pesan tersendiri.
KPID Sulawesi Selatan mengaku belum bisa menindak caleg dan parpol yang mulai mencuri start pada Pemilu 2024.
PENDUKUNG Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini berbalik mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto jelang Pilpres 2024.
Beberapa upaya dari KPU untuk mencegah terjadinya kembali korban jiwa dari petugas KPPS.
"Mas Ganjar kan enggak nyapres, enggak nyapres beliau," kata Immanuel di Jakarta, Minggu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved