Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Indonesia Butuh Presiden Visioner

Nur Aivanni
19/2/2019 06:00
Indonesia Butuh Presiden Visioner
(MI/ROMMY PUJIANTO)

REVOLUSI Industri 4.0 ialah keniscayaan.

Karena itu, negara yang besar seperti Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki visi dan memahami dunia ekonomi digital.

Hal itu disampaikan Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali menanggapi debat calon presiden putaran kedua di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Minggu (17/2) malam.

Dalam debat tersebut sempat mengemuka soal isu pengembangan unicorn (perusahaan rintisan yang memiliki valuasi US$1 miliar ke atas).

“(Indonesia butuh pemimpin) Yang visioner dan mengenal dunia digital, mengapresiasi dunia digital, dan tidak memusuhi (dunia digital),” kata Rhenald saat dihubungi, kemarin.

Menurutnya, lapangan pekerjaan yang harus dibuat pemerintah ialah yang berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0. Saat ini, kata dia, platform digital tengah menjadi penggerak ekonomi. “Dalam 10 hingga 20 tahun ke depan, platform digital masih akan menjadi penggerak ekonomi.”

Sebelumnya, dalam debat capres malam itu capres 01 Joko Widodo mengajukan pertanyaan ke capres 02 Prabowo Subianto bagaimana mengembangkan infrastruktur unicorn, lalu Prabowo balik bertanya,

“Yang Bapak maksud unicorn? Apa yang online-online itu?” demikian Prabowo mengawali jawabannya.

Meski mengaku mendukung unicorn, mantan Danjen Kopassus itu khawatir hal tersebut akan mendorong semakin besarnya aliran dana keluar dari Indonesia. Alhasil, melihat sikap Prabowo seperti itu, tagar #gagapunicorn menguar di jagat linimasa Twitter.

Dalam menanggapi itu, Rhenald tidak sependapat. Mayoritas perdagangan yang ada di unicorn, kata dia, bersifat lokal.

“Kalau dibilang bawa uang Indonesia ke luar, saya ragu itu di mana. Yang besar ialah produk domestik. Justru asing bakar uang di Indonesia,” katanya.

Saat ditanya apakah perlu ada pembatasan investasi asing dalam unicorn Indonesia, Rhenald mengaku hal itu akan sulit diimplementasikan. Kini, lanjut dia, ekosistem di dunia teknologi tengah dibangun. Indonesia termasuk negara yang membutuhkan investasi dari luar negeri.

“Kita termasuk negara yang butuh investasi untuk menjaga kestabilan mata uang,” tukasnya.

Sumber daya manusia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mendorong penguatan unicorn. “Dengan suatu kurikulum yang mampu membuat mereka menjadi pionir inovatif,” kata Sri Mulyani di Jakarta, kemarin.

Selain itu, kata dia,  pembangunan infrastruktur seperti proyek Palapa Ring juga diperlukan untuk mendukung konektivitas ekonomi digital di kawasan Indonesia Tengah dan Timur agar perusahaan startup lokal tidak hanya terkonsentrasi di wilayah Jawa.

Indonesia saat ini memiliki empat unicorn, yaitu Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka.  

Soal pernyataan Prabowo, Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Ipang Wahid, menilai pemahaman Prabowo terhadap ekonomi digital patut dipertanyakan.

“Justru startup unicorn ini menarik investasi dari venture capital di luar negeri untuk masuk ke Indonesia,” kata Ipang di Jakarta, kemarin.

Lain Prabowo lain cawapresnya, Sandiaga Uno. Dia melihat perusahaan startup sebagai potensi yang bisa menggerakkan perekonomian Indonesia. Sandi optimistis Indonesia bisa punya 50 startup unicorn dalam lima tahun ke depan.

“Pasar kita sangat besar. Kita hadirkan kebijakan bauran yang mempermudah startup berkembang,” ujar Sandi di Jakarta, 21 November 2018. (Ant/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya