Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Berburu Produk Unik di Pameran Kriya Nusa

Tesa Oktiana Surbakti
13/9/2019 06:40
Berburu Produk Unik di Pameran Kriya Nusa
PAMERAN KERAJINAN KRIYANUSA 2019(MI/Adam Dwi)

Kain-kain batik yang menonjolkan motif khas daerah asal hingga produk kerajinan berbahan dasar limbah kayu menyita perhatian pengunjung.

PAMERAN Kriya Nusa 2019 yang menghadirkan beragam produk kerajinan nusantara bisa menjadi salah satu pilihan agenda belanja keluarga di akhir pekan ini. Pameran yang berlangsung di Balai Kartini, Jakarta, hingga Minggu (15/9) itu menyuguhkan beragam produk kerajinan unik.

Mulai kain batik yang menonjolkan motif khas daerah asal, produk dekorasi berbahan dasar kayu, tas kulit, hingga sepatu berbahan kain tenun.

Gerai batik Esti Collection, misalnya menjual kain batik khas Solo yang terkenal dengan warna klasik seperti batik sogan yang identik dengan warna dominan cokelat.

"Produk kami ini mengusung motif klasik tapi bermain padu padan warna. Jadi, produknya bisa dipakai semua kalangan. Kami pun memadukan motif. Misalnya dalam selembar kain biasanya satu motif dan satu warna. Nah, motif dalam satu kain ini kami perbanyak, seperti parang, truntung, dan garis," terang Esti Kriswandari Asih, pemilik gerai, sembari melayani pelanggan, Kamis (12/9).

Kendati demikian, dirinya tetap berinovasi dan mengikuti tren pasar, agar tidak ketinggalan zaman. Pasalnya, produk Esti Collection, juga menyasar generasi milenial. Dia ingin semakin banyak anak muda yang terbiasa memakai batik, bukan hanya saat-saat momen resmi.

Untuk harga jual, produk pakaian batik dibanderol berkisar Rp200 ribu-Rp350 ribu. Adapun harga jual kain pada batik dipatok dengan harga variatif hingga mencapai Rp16 juta, tergantung motif dan proses produksi. Sejauh ini, Esti mengakui, produk-produknya sudah menembus ke pasar global, yakni Malaysia, Rusia, dan Australia. Namun, dia berpendapat potensi pasar domestik relatif besar. Esti mencontohkan pengalamannya ketika menjadi pemasok butik di beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya, kesulitan memenuhi arus permintaan lantaran kapasitas produksi yang terbatas.

"Permintaan produk batik terus meningkat, apalagi penjualan online semakin meluas. Sayangnya, kapasitas produksi kami terbatas. Jadi kami fokus penjualan di pameran atau konsumen bisa datang ke toko kami di Solo," paparnya.

Esti menambahkan, meski dirinya turut memasarkan produk melalui media sosial, seperti Instagram dan Facebook, ia mengaku cenderung menyukai ranah penjualan konvensional.

"Lewat penjualan konvensional, kami bisa berinteraksi dengan konsumen. Saya juga bisa menjelaskan jenis kain, motif, hingga proses produksi. Terlebih, konsumen dapat leluasa berkonsultasi terkait dengan produk yang cocok digunakan," tutupnya.

Limbah kayu

Peserta lainnya, rumah produksi kerajinan berbahan dasar limbah kayu, Akar Jaya, juga menyedot perhatian pengunjung pameran. Anwar, pemilik Akar Jaya, mengaku sebagian produknya sudah terjual pada hari pertama pameran, Rabu (11/9). Menurut Anwar, banyak pengunjung yang tertarik dengan produknya lantaran terbilang unik dan mengusung isu lingkungan.

"Madiun memiliki banyak hutan pohon jati. Otomatis limbah kayu jati juga banyak, karena industri yang menggunakan komoditas itu tersebar luas, dari skala kecil hingga besar. Kemudian, saya pikir kenapa tidak mengumpulkan limbah kayu jati, lalu dibentuk jadi sesuatu bernilai," kisah Anwar kepada Media Indonesia.

Selain diminati pasar domestik, produk Akar Jaya juga menyasar pasar internasional. Contohnya, produk penyimpan botol bir yang diekspor ke Jerman. Produk kerajinan kayu jati untuk perabotan dan dekorasi, juga laris dipesan pemilik hotel, kafe, maupun pengembang properti.

Harga jual produk Akar Jaya pun beravariasi. Anwar mencontohkan satu set meja dan kursi untuk teras rumah dijual Rp2 juta. Sementara itu, produk dekorasi rumah dijual mulai harga Rp20 ribu, tergantung ukuran dan kerumitan.

Stan lainnya, Omahkoe Batik dari Samarinda, ikut mengusik pengunjung. Berbagai produk kerajinan bermotif khas Kalimantan yang identik dengan hasil laut, seperti pakaian, tas, dan kalung, menyita perhatian mereka yang melintas di depan stan.

Yuni Raharjo, konsumen yang berburu kain batik, mengapresiasi pameran Kriya Nusa. Menurutnya, produk yang dipamerkan berkualitas baik, serta mengakomodasi karya kerajinan dari seluruh wilayah Indonesia. "Produk-produk lokal di Kriya Nusa sudah layak untuk diekspor," ucapnya. (S-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya