Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SETIAP orang tentunya ingin terlihat keren. Namun, faktanya realitas kadang tidak seindah impian. Ada saja kekurangan dalam diri kita. Entah hidung yang melesak ke dalam alias pesek, alis yang mencong sebelah, atau lemak di pipi dan perut yang menggelembung. Semua kekurangan itu kadang jadi bahan olok-olok. Bullying atau perundungan kalau istilah sekarang. Tidak hanya pada bentuk fisik, bahan ejekan itu kadang juga menyinggung status sosial, orientasi seksual, dan sebagainya.
Praktik bullying sudah ada dari zaman baheula dan terjadi di berbagai belahan dunia. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti nilai-nilai yang dianut dan ditanamkan dalam keluarga dan masyarakat, budaya, dan sebagainya. Bukankah dalam berbagai lakon pertunjukan kesenian, seperti lenong atau ludruk selalu saja ada tokoh yang jadi bulan-bulanan jadi bahan ejekan untuk memancing tawa? Begitu juga dalam dunia lawak, kekurangan diri atau orang lain tidak jarang dijadikan materi. Bahkan, yang lebih gila lagi, dalam dunia sinetron adegan bullying tidak jarang digambarkan dengan brutal, baik secara verbal maupun nonverbal.
Tayangan-tayangan semacam itu secara tidak langsung tertanam dalam benak masyarakat dan turut memengaruhi perilaku sebagian dari kita. Satu hal yang mesti disadari, karakter dan ketahanan mental tiap orang tidaklah sama, terlebih anak-anak dan remaja yang masih labil jiwanya. Publik tentu belum lupa kasus seorang murid SD di Banyuwangi, Jawa Timur, yang bunuh diri karena sering di-bully lantaran tidak punya ayah. Kasus yang terjadi pada Maret 2023 ini tentu amat memprihatinkan dan membuat kita miris.
Lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi lembaga untuk mengasah akal dan budi pekerti siswa malah kerap kali jadi arena praktik-praktik mengerikan semacam itu. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sepanjang dua bulan pertama pada 2023 terdapat enam kasus perundungan atau kekerasan fisik dan 14 kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan. Apa enggak bahaya tah?
Saya kira sudah saatnya semua pihak menaruh perhatian serius terhadap permasalahan ini. Guru atau para pendidik tentu berperan mengawasi pergaulan siswa-siswi mereka. Terlebih lagi ialah peran orangtua. Nilai-nilai kebaikan dan kasih sayang harus ditanamkan sejak di rumah. Bagaimana anak memiliki rasa cinta dan hormat pada orang lain jika saban hari yang ia terima hanya hardikan dan makian? Mungkin terdengar klise, tapi percayalah, pendidikan yang dilandasi rasa cinta tidak akan pernah sia-sia.
Selain guru dan orangtua, peran pekerja media juga tidak kalah krusial, terutama produser televisi, kreator konten, ataupun rumah produksi. Buatlah tayangan yang mendidik, jangan semata mengejar cuan, rating, dan adsense. Bukankah agama mengajarkan untuk menutupi kekurangan atau aib orang lain? Bukan malah dijadikan bahan olok-olok atau dipertontonkan supaya viral.
Perkembangan teknologi memang telah mengubah pola komunikasi dan perilaku manusia. Tombol like, love, share, dan comment yang disematkan dalam berbagai aplikasi media sosial, seperti Facebook dan Instagram juga merupakan ujian sekaligus tantangan seberapa bijakkah kita dalam memanfaatkan fitur-fitur tersebut. Ia memang terlihat kecil dan sepele, tetapi besar dampaknya pada keselarasan hubungan kita di ruang publik. Jika tidak hati-hati menggunakannya, ia tidak hanya dapat memicu seseorang untuk bunuh diri, tetapi juga dapat memantik perang nuklir. Waspadalah.
Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.
Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.
WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari
Seperti halnya virus korona, bentuk patologi sosial semacam itu kini juga masih ada dan bergentayangan. Mereka cuma bermutasi menjadi bentuk lain, dari yang kelas teri hingga kakap.
Ditambah dampak fenomena El Nino, bisa dibayangkan bagaimana ‘kerasnya’ hidup di Ibu Kota dalam beberapa hari ke depan.
Respons yang cepat dan deteksi dini dapat minimalisir dampak lebih buruk dari perilaku bullying, baik bagi korban, dan juga yang melakukan bullying.
Film Rumah Untuk Alie akan tayang mulai 17 April 2025 di biskop.
KETUA Komnas Perlindungan Anak, Agustinus Sirait menyebut tindak kekerasan anak terus bertambah. Bahkan catatan di tahun 2024, meningkat 34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Melalui ToT Program Tagar Ayo Balas Baik, diharapkan lahir 20 fasilitator baru yang siap menjadi agen perubahan dalam mengampanyekan budaya antikekerasan di dunia pendidikan.
PENGURUS Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama pada 31 Januari - 2 Februari 2025.
KEMENTERIAN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) telah berkoordinasi dengan pihak terkait, perihal kasus pengeroyokan santri yang berujung kematian di Banyuwangi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved