Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
MENINJAU kalimat dari Shiv Khera bahwa pikiran menentukan tindakan, tindakan menentukan kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter, karakter menentukan kesuksesan dan kegagalan.
Kalimat tersebut ternyata benar adanya ketika seorang bidan menyatakan, "Malu ketika tidak bekerja dengan baik untuk melayani masyarakat." Ternyata mindset tersebut menjadi salah satu yang mendorong kesuksesan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Tercatat dalam Survei Satus Gizi Indonesia Angka Prevalensi Stunting Provinsi Lampung nomor tiga terbaik se Indonesia di 2022.
Bidan di Kabupaten Tulang Bawang sebagai garda terdepan yang melayani masyarakat akan berkunjung ke rumah balita, apabila balita tidak datang ke posyandu. Tentunya perilaku tersebut tidak lahir dengan sendirinya. Pasti ada keterlibatan dari pemerintah daerah yang membentuk perilaku itu.
Setelah ditelisik ternyata Pemda Kabupaten Tulang Bawang memiliki Program Bergerak Melayani Warga (BMW), sebagai ruh yang mendasari program yang ada di wilayah tersebut. Konsep BMW menjadi konsep dalam proses konvergensi program dan kegiatan di lintas organisasi perangkat daerah (OPD) dapat berjalan dengan baik, yang membantu dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang.
Bergerak, dalam konteks BMW, mempunyai nilai-nilai yang terkandung di antaranya proaktif, reaktif, sensitif, inovatif, kebersamaan, gotong royong (team work), dan dinamis. Melayani, mempunyai nilai-nilai yang terkandung di antaranya pengabdian, kepedulian, ketulusan, keikhlasan, keseriusan, bertanggung jawab, jujur, integritas, totalitas, berkomitmen serta berdedikasi yang tinggi. Warga, adalah seluruh masyarakat Tulang Bawang.
Mindset BMW diwujudkan juga melalui dukungan anggaran dari APBD dan APBDes sehingga sangat mendukung para pelaksana program bergerak melayani warga, untuk percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tulang Bawang. Pola pikir para pelaksana program lahir dari komitmen kuat pemimpin untuk menurunkan angka prevalensi stunting di daerahnya.
Hal itu tidak sekadar terucap tapi dilaksanakan dengan aksi nyata dalam dokumen perencanaan yang mengkonvergensikan semua anggaran di lintas sektor untuk mendukung stunting. Hebatnya semua perencanaan tidak hanya direncanakan tapi dibabat habis dalam aksi nyata. Hal ini yang mendukung penurunan stunting selama tiga tahun turun sebesar 22,99% (2018: 32,49% ke 2021: 9,5%).
"Tidak ada satu perencanaan untuk mendukung stunting pun yang tidak terlaksana," pungkas Asisten III Kabupaten Tulang Bawang M Rasidi.
Inovatif
Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki cara dan praktik baik tersendiri untuk menurunkan angka stunting di daerahnya masing-masing. Saat ini angka stunting tercatat sebesar 21,6% (2022) sehingga guna mendukung target RPJMN 14% di 2024 perlu kerja ekstra. Itu karena harus menurunkan sebesar 7,6% atau 3,8% setiap tahun.
Angka tersebut sangat besar jika dibandingkan penurunan stunting 2021 ke 2022 yang hanya sebesar 2,8%. Arahan Wakil Presiden dalam Rapat Tingkat Menteri 2023 pada Mei, salah satu cara yaitu dengan terobosan dan inovasi baru dalam percepatan penurunan stunting serta mereplikasi model kabupaten yang penurunannya signifikan.
Stunting pada balita tentunya tidak langsung terjadi, ada tahapannya yang dilalui. Sebagaimana dijelaskan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada acara launching Pemberian Makanan Tambahan Lokal medio Mei 2023. Menkes menyebutkan hal tersebut sama seperti kanker ada tahapan yang dilalui, mulai stadium 1, 2, 3, dan 4. "Baiknya ditangani awal dari stadium 1 dan stadium 2. Kalau bisa, ditangani dari stadium 1 atau stadium 2," ujar Menkes.
Sebelum balita stunting, balita akan mengalami weight faltering (kenaikan berat badan yang di bawah rata-rata kenaikan minimal, bahkan bisa jadi tidak naik berat badan/turun). Lalu ke posisi wasting, gizi kurang, gizi buruk, akhirnya sampai pada stunting. Sungguh baik jika mencegah stunting dari awal, demikian penjelasan Menkes.
Untuk itu benar adanya kata pepatah mencegah lebih baik dari pada mengobati. Karena untuk mengobati balita yang sudah stunting membutuhkan waktu lama dan biaya tidak murah. Dengan demikian untuk mempercepat penurunan stunting harus dengan memiliki mindset mencegah stunting dari hulu.
Mencegah stunting paling hulu ialah mencegah stunting sebelum lahir yaitu melalui intervensi pada remaja putri agar tidak sampai mengalami kekurangan zat besi (anemia). Selanjutnya intervensi ibu hamil agar mencegah bayi tidak lahir dalam kondisi berat badan rendah (BBLR). Setelah bayi lahir dicegah jangan sampai ke tahapan stunting sehingga ketika menemukan bayi mulai weight faltering sebaiknya langsung ditangani.
Untuk itu, guna mempercepat penurunan stunting untuk mencapai target 2014 di samping melaksanakan 5 pilar strategis percepatan stunting (komitmen kepemimpinan, kampanye perubahan perilaku, konvergensi program/kegiatan, ketahanan pangan, dan pemantauan-evaluasi), para pelaksana program di pusat dan daerah diharapkan perlu untuk mengawal titik titik penting di bagian hulu.
Pengawalan di hulu juga berguna untuk mengantisipasi agar balita wasting Indonesia yang angkanya naik dari 2021 ke 2022 sebesar 0,6% dan underweight yang naik sebesar 0,1%, tidak jatuh ke posisi stunting di masa depan.
Sebanyak 103 lokasi Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi proyek percontohan untuk kehadiran klinik dan apotek desa.
DIREKTUR Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dalam penemuan kasus kusta di dunia pada 2023.
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Dari 356 ribu ODHIV tersebut, sekitar 67 persen atau 239.819 orang sedang dalam pengobatan dan sekitar 55 persen atau 132.575 virusnya tersupresi.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan di periode 2024, ada lebih dari 4.500 kasus IMS pada rentang kelompok muda.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana melanjutkan wacana standardisasi kemasan rokok untuk seluruh bungkus rokok yang beredar di pasaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved