Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Impor Penggerus Pertumbuhan, Ekspor Pengerek Kemakmuran

Alois Wisnuhardana Corporate Secretary PT PLN (Persero)
22/11/2022 05:05
Impor Penggerus Pertumbuhan, Ekspor Pengerek Kemakmuran
(Dok. Pribadi)

INDONESIA baru saja menyelesaikan tugas Presidensi G-20 di Bali. Perhelatan yang megah, sukses, aman, lancar. Kepala negara/pemerintahan yang hadir bahagia, delegasi bahagia, tamu undangan bahagia, penyelenggara, pendukung acara, pelaksana, dan panitia pun lebih bahagia.

Sebagai anggota G-20, yaitu negara-negara dengan PDB di atas US$1 triliun, Indonesia kini ada di peringkat ke-15 dengan PDB US$1,05 triliun. Pada 2045, ketika negeri ini berumur satu abad, peringkat Indonesia diprediksi ada di nomor 5 atau 6, dengan PDB lima atau enam kali lipat dari hari ini.

PDB (produk domestik bruto) atau GDP (gross domestic product) saat ini masih menjadi ukuran kekayaan sebuah bangsa. Amerika Serikat dan Tiongkok terus bersaing menjadi yang terbesar dengan kekayaan sudah menembus dua digit triliun dolas AS. AS sebesar US$20 trilun, Tiongkok mendekati US$15 triliun.

PDB dapat dihitung dengan tiga cara, yakni menghitung nilai produksi barang dan jasa suatu negara, menghitung belanjanya, atau menghitung pendapatan per kapitanya.

Cara paling simpel dan lazim digunakan untuk menghitung PDB ialah dengan menjumlahkan konsumsi sektor privat (PC), investasi sektor privat (PI), investasi pemerintah (GI), belanja pemerintah (GS), nilai ekspor (X) dikurangi nilai impor (M). Formulanya menjadi: GDP/PDB= PC + PI + GI + GS + (X – M).

Dari formula itu, kita bisa simpulkan, setiap aktivitas impor mengurangi nilai PDB suatu negara. Artinya, pertumbuhan ekonomi negara yang lebih suka impor akan tergerus jika impornya terlalu berlebihan. Indonesia misalnya. Dengan PDB Rp16 ribu triliun, bila nilai impor Indonesia sebesar Rp160 triliun, pertumbuhan ekonominya akan turun 1%.

 

TKDN

Berapa impor Indonesia 2021? Tercatat sebesar US$15,26 miliar atau sekitar Rp250 triliun. Karena itu, jika kita membuat kondisi ekstrem impor ialah nol rupiah, pertumbuhan ekonomi yang tercatat sebesar 5% bisa bertambah 1,5% menjadi 6,5%. Namun, kondisi itu mustahil terjadi. Yang bisa dilakukan ialah mengurangi impor dan menggantinya dengan produksi dalam negeri.

Oleh karena itu, salah satu upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi ialah mendongkrak tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN. Gampangnya, kalau negara lebih banyak impor, pertumbuhan ekonomi terjadi di negara-negara yang mengekspornya. Lapangan kerja di negara eksportir meningkat. Kesejahteraan mereka juga ikut meningkat.

Di sektor ketenagalistrikan, upaya untuk meningkatkan TKDN terus ditingkatkan. Saat ini, angka TKDN-nya berkisar 46%-47%. Angka TKDN di sektor ini merupakan akumulasi dari penggunaan komponen atau peralatan di sektor hulu, yaitu pembangkitan, sektor tengah/midstream ialah transmisi, dan sektor hilir ialah distribusi.

Upaya untuk menaikkan TKDN, yang artinya menekan penggunaan barang impor, yang persentasenya sangat signifikan ialah di sisi transmisi. Baru saja, PLN berhasil menyambungkan titik Selaru-Sebuku di Kalsel, dan memberikan tegangan/energizing jaringan 150 kV. Jaringan transmisi tersebut dibangun dengan TKDN mencapai 86,7%. Dengan tersambungnya jaringan listrik itu, hampir 2.000 rakyat di Pulau Sebuku yang tadinya hanya bisa menikmati listrik separuh hari, kini bisa menikmatinya sehari penuh alias 24 jam nonstop.

Tidak hanya itu. Jaringan listrik itu juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik industri smelter di Pulau Sebuku, yang akan mengolah bahan mineral menjadi bahan baku besi. Industri tersebut tumbuh setelah pemerintah melarang ekspor bahan galian tambang dalam bentuk mentah.

Karena itu, pembangunan jaringan transmisi Selaru-Sebuku dengan panjang lintasan 76,04 kilometer sirkuit (kms) yang ditopang pada 114 tower tersebut punya dua arti strategis. Pertama mengurangi impor peralatan pembangunan transmisi listrik. Kedua nantinya akan mengerek nilai ekspor secara signifikan dengan adanya produksi besi olahan dari bahan tambang setempat. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

 

Tenaga kerja

Mari kita lihat bagaimana tenaga kerja tercipta dari pembangunan transmisi. Jalur transmisi Selaru-Sebuku ini ada unik-uniknya. Dari 114 tower yang dibangun, terdapat tiga tower di atas laut yang membelah Selat Sebuku. Selat ini termasuk selat yang ramai. Kapal hilir mudik di situ. Untuk itu, perlu dibangun tower yang lebih tinggi lagi supaya kapal-kapal tetap leluasa melintas tanpa terganggu oleh kabel yang melintang. Nah, proyek pembangunannya sendiri mampu menyerap tenaga kerja lokal lebih dari 500 orang. Tepatnya ialah 539 pekerja lokal. Itu tidak termasuk pekerja organik dari PLN ataupun dari kontraktor pelaksananya.

Jika saja TKDN di sektor ketenagalistrikan dan sektor-sektor yang lainnya makin meningkat, yang didukung dengan regulasi yang kuat, untuk mendongkrak komponen produksi dalam negeri, pertumbuhan ekonomi tentu saja juga akan terkerek lebih kuat. Penciptaan lapangan kerja makin banyak, aktivitas ekonomi semakin tumbuh. Ujung-ujungnya, kesejahteraan atau kemakmuran juga semakin meningkat.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya