Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
EKONOM senior Universitas Paramedina, Wijayanto Samirin menyatakan bahwa standar garis kemiskinan (GK) Badan Pusat Statistik saat ini sudah tidak realistis. Ia menyampaikan, BPS perlu menerapkan standar garis kemiskinan baru dari World Bank.
"GK BPS tidak realistis, misalnya untuk kota, GK hanya Rp615.000 per kapita per bulan, atau Rp20.200 per kapita per hari, padahal Indomie rebus telor saja Rp12.000," ujar Wijayanto saat dihubungi, Kamis (12/6).
Jika tidak disesuaikan dengan standar kemiskinan dari World Bank, ia meyakini bahwa Indonesia akan menghadapi dua risiko.
"Pertama, data kita dianggap tidak kredibel oleh dunia, kedua, kita terjebak dalam kebijakan pengentasan kemiskinan yang gimmick dan ad hoc semata, mengandalkan bansos karena ia efektif mengangkat mereka yang miskin menjadi di atas GK," ucap dia.
Di sisi lain, jika GK BPS menggunakan standar World Bank, ia menegaskan bahwa bansos tidak akan membantu dan pemerintah "dipaksa" menjalankan kebijakan yang substantif dan struktural.
"GK kita perlu disesuaikan dengan GK World Bank secara gradual, baru benar-benar menerapkan GK US$8,3, setelah PDB per-kapita kita mencapai US$9.250, yaitu median antara US$4.500 dan US$14.000 yang merupakan range negara upper middle income," pungkasnya. (Fal/M-3)
Pemerintah diminta menggunakan standar World Bank untuk lower middle income country untuk poverty rate sebesar US$3,65 per hari atau Rp61 ribu per hari untuk mengategorikan garis kemiskinan.
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mengubah jadwal rilis data perkembangan ekspor dan impor nasional. Perubahan ini mulai berlaku pada 2 Juni 2025.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 hanya 4,87%, terendah dalam 4 tahun. Simak 7 fakta penting penyebab perlambatannya.
Amalia menuturkan, pertumbuhan sektor pertanian itu disebabkan oleh subsektor tanaman pangan yang mencatatkan pertumbuhan 42,26% (yoy) lantaran adanya panen raya padi dan jagung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved