Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Aspek Kesehatan Ibu Kota Negara

Tjandra Yoga Aditama Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi, Guru Besar FKUI, mantan Direktur WHO Asia Tenggara, mantan Dirjen P2P dan Kepala Balitbangkes
12/3/2022 05:05
Aspek Kesehatan Ibu Kota Negara
Ilustrasi MI(MI/Duta)

PRESIDEN Joko Widodo pada 10 Maret 2022 telah melantik pemimpin otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Memang sudah banyak dibicarakan berbagai aspek tentang IKN baru ini. Sudah ada pula rencana berbagai arsitektur gedung yang akan didirikan, lingkungan di sekitar dalam kota, bahkan sarana jalan raya menuju ke arah calon ibu kota baru itu. Mengingat aspek kesehatan merupakan bagian amat penting dalam kehidupan suatu kota, tentu pihak terkait akan amat memperhatikan juga bagaimana rencana kesehatan masyarakat yang disiapkan dan diterapkan pada IKN Nusantara kelak.

 

 

Delapan aspek dan lima langkah

Menurut laman World Economic Forum Juni 2021 ada delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kota yang sehat. Pertama, aspek sanitasi yang menjamin ketersediaan air bersih dan pelaksanaan higiene serta sanitasi secara baik di seluruh pelosok kota. Kedua, sarana aktivitas fisik yang mempromosikan gaya hidup nonsedentari, jangan terlalu banyak leyeh-leyeh berkepanjangan dan menyediakan sarana untuk warga bergerak, dan melakukan aktivitas fisik memadai yang menghasilkan kebugaran fisik.

Ketiga, nutrisi. Harus tersedia berbagai jenis makanan dengan kalori yang cukup dan kaya nutrient esensial memadai sehingga gangguan gizi tidak terjadi, termasuk mencegah obesitas dan penyakit diabetes. Keempat, aspek istirahat, agar warga kota mendapat kesempatan untuk tidur, istirahat, dan waktu santai secara berkala dan wajar. Kelima tentang ketahanan emosional (emotionally resilience) yang memungkinkan warga kota dapat meningkatkan kemampuan diri untuk menangani stres dalam kehidupan.

Keenam, spiritualitas, baik tentang agama maupun juga aspek sosial yang membuat warga kota dapat hidup secara bermakna bersama warga kota lainnya. Ketujuh, aspek tentang lingkungan dan kesejahteraan sosial, yang meliputi ketersediaan lingkungan hijau yang sehat dan aman. Warga kota dapat hidup dengan harmoni yang baik antarwarga dan dengan lingkungan sekitar. Kedelapan, tentang pekerjaan dan pendapatan finansial. Kota perlu menyediakan situasi yang menungkinkan warganya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Pada laman Breezometer ada artikel berjudul How to Create a Healthy City in 5 Achievable Steps, menyampaikan lima langkah yang diperlukan dalam membangun kota sehat, yang tentu juga sebagian sudah masuk perencanaan IKN. Langkah pertama adalah memilih energi bersih (choose clean energy), dengan mengganti energi yang mencemarkan lingkungan dengan energi terbarukan seperti sinar matahari, angin, dan transportasi elektrik. Perlu diwujudkan kota hijau yang ramah lingkungan (eco-friendly) secara berkelanjutan.

Langkah kedua ialah ketersediaan transportasi umum yang baik. Hal itu akan membatasi ramainya transportasi di jalan, mengurangi polusi, dan membuat lingkungan jauh lebih sehat. Langkah ketiga ialah investasi pada kesehatan digital (digital health). Dengan langkah itu, warga kota dapat memonitor situasi kesehatan dirinya sendiri melalui aplikasi digital dan kalau diperlukan, tentu dapat memanfaatkan pendekatan telemedicine. Frekuensi dan lama kunjungan ke poliklinik rumah sakit akan dapat dikendalikan lebih optimal. Berbagai sarana kesehatan digital merupakan bagian dari kehidupan kita, kini sudah mulai dan akan lebih meningkat di tahun-tahun mendatang.

Langkah keempat adalah mengimplementasikan internet of thing (IoT) yang akan amat berpengaruh pada bidang kesehatan. Dalam hal ini berbagai bentuk pelaksanaan IoT antara lain pembuangan sampah yang dapat ditelusuri jejaknya dengan sensor untuk pengendalian bising di kota seperti city-wide noise tract sensor. Selain itu, penggunaan IoT bisa untuk pengendalian polusi lingkungan.

Tentu saja penggunan IoT itu akan berhubungan dengan konsep umum kota pintar (smart city) yang kini banyak dianut dan akan punya pengaruh juga pada derajat kesehatan warga kota. Langkah kelima ialah senantiasa memonitor derajat polusi udara di kota. Akan baik kalau monitoring itu dilakukan secara aktif juga oleh warga kota, yang dapat mengelola sensor polusi udara di daerah masing-masing. Masyarakat perlu mendapat penyuluhan tentang apa yang dapat dilakukan untuk mencegah, menganalisis data, dan menanggulangi polusi udara di dalam kota.

 

 

Penyakit menular

Kita ketahui bahwa IKN akan dibangun di Pulau Kalimantan yang, selain punya pola epidemiologi tertentu, terkenal dengan hutan dan kehidupannya. Karena itu, dalam aspek kesehatan terkait dengan penyakit menular, setidaknya ada tiga hal yang patut jadi perhatian; pertama, tentang berbagai vektor yang sudah ada di habitat setempat, termasuk di hutan sekitarnya. Kita tahu ada berbagai penyakit yang ditularkan vektor (vector borne disease), dan juga ada penyakit menular yang berhubungan dengan binatang yang kita kenal dengan nama zoonosis.

Menurut WHO vector-borne diseases menyumbang lebih dari 17% penyakit menular di dunia dan menyebabkan lebih dari 700 ribu kematian setahunnya di dunia. Salah satu contohnya malaria, infeksi parasitik yang ditularkan nyamuk Anopheles. Diperkirakan, ada sekitar 219 juta kasus malaria di dunia dan lebih dari 400 ribu kematian di dunia setiap tahunnya. Contoh lain penyakit yang ditularkan vektor ialah demam dengue, penyakit akibat virus yang disebarkan nyamuk Aedes. Diperkirakan ada lebih 3,9 miliar penduduk di lebih dari 129 negara yang punya risiko terinfeksi dengue, dan di dunia diperkirakan ada 96 juta kasus dengan gejala serta sekitar 40 ribu kematian di dunia setiap tahunnya.

Tentu ada berbagai penyakit yang ditularkan vektor lainnya. Seperti halnya nyamuk dapat juga menularkan demam cikungunya, zika virus fever, yellow fever, west nile fever, dan japanese encephalitis, tentu tidak semua ada di negara kita. Yang jelas, untuk ini perlu dilakukan analisis mendalam tentang aspek vektor dan kemungkinan binatang sumber penyakit itu di lokasi IKN Nusantara ini.

Hal kedua ialah perubahan lingkungan yang mungkin terjadi karena pembukaan IKN Nusantara. Itu juga sejak awal dapat diantisipasi dengan kajian lingkungan dan dampaknya pada pola penyakit menular.

Perubahan lingkungan di hutan juga sedikit banyak akan berpengaruh pada kehidupan vektor dan binatang penular penyakit seperti dibahas di atas. Hal ketiga, tentu perlu dikaji tentang penyakit apa saja yang endemik di daerah IKN Nusantara serta daerah tetangganya, lengkap dengan pola peningkatan kasusnya dalam beberapa tahun terakhir ini, bulan-bulan atau pada musim apa saja biasanya kasus naik dan seterusnya.

Data retrospektif itu jadi amat penting. Mulai sekarang secara prospektif proses surveilans dengan pengumpulan data terus secara kontinu dan respons yang tepat menjadi amat penting, sambil proses fisik pembangunan kota IKN berjalan. Dengan data dan surveilans yang intensif, dapat diantisipasi kemungkinan penyakit menular yang mungkin akan terjadi di masa datang sehingga sedapat mungkin dicegah atau diminimalkan dampaknya, atau setidaknya dilakukan mitigasi dengan baik. Selain itu, mengingat dari waktu ke waktu dunia memang menghadapi pandemi, bukan tidak mungkin di masa datang akan terjadi pandemi kembali. Karena itu, IKN baru ini tentu akan dibangun dengan prinsip ketahanan terhadap pandemi, pandemic resilient city.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya