Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Empati

Adiyanto Wartawan Media Indonesia
02/1/2022 05:00
Empati
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

MUNGKIN umumnya kita sepakat, dua tahun terakhir ini ialah masa yang suram. Pandemi covid-19 telah merenggut bukan hanya kebebasan, melainkan juga orang-orang terdekat di lingkaran kehidupan kita. Entah orang tua, anak, teman, saudara, kerabat, entah keponakan. Ini hari kedua pada 2022. Kita masih tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang pasti, seperti tahun sebelumnya, virus korona itu masih ada dan membayangi lembar kehidupan kita.

Di sejumlah negara, terutama di Eropa, varian omikron plus delta yang masih berkeliaran telah menyebabkan puluhan ribu orang terbaring di bangsal-bangsal rumah sakit. Menurut catatan kantor berita Prancis AFP, hingga Selasa (28/2) lalu, ada 6,55 juta kasus yang dilaporkan secara global selama sepekan terakhir. Angka selama rentang waktu tersebut merupakan yang tertinggi sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan pandemi pada Maret 2020.

Badan kesehatan dunia itu pun khawatir varian baru itu bakal menyebabkan gelombang baru penularan. Menurut petinggi WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, jika berlanjut, kondisi itu bakal membuat petugas kesehatan kelelahan dan membuat ambruk sistem kesehatan. Kita pun tentu masih ingat ketika varian delta sedang ganas-ganasnya mengamuk di pertengahan tahun lalu, yang menewaskan ribuan orang di Indonesia dan membuat petugas rumah sakit dan petugas pemakaman kewalahan.

Covid-19 melalui varian omikron yang kembali mengamuk di Eropa mendorong pemerintah Prancis kembali mewajibkan warga mereka yang berusia di atas 11 tahun untuk mengenakan masker di ruang publik setelah mereka dibebaskan beraktivitas tanpa kain pelindung mulut dan hidung. Di penghujung Desember lalu, Prancis mencatat rekor harian baru lebih dari 200 ribu kasus, angka itu dua kali lipat dari jumlah yang tercatat saat Natal lalu. Di Inggris dan sejumlah negara Eropa lainnya, kondisinya pun tak jauh beda.

Peristiwa itu seharusnya jadi peringatan sekaligus pelajaran, khususnya bagi kita di Indonesia, untuk tidak pernah meremehkan virus itu, apa pun variannya. Jangan pernah kendur menerapkan protokol kesehatan. Pakai masker dengan baik dan benar, terutama di ruang publik. Sebisa mungkin tidak berpergian dulu ke luar negeri jika tak penting-penting amat. Apalagi sekadar pelesiran yang nantinya cuma untuk dipamerkan di Instagram. Ingat, varian omikron ialah ‘barang impor’. Anda berpotensi jadi pembawa varian itu ke negeri ini dan membuat susah orang lain.

Pandemi yang terjadi dalam dua tahun terakhir telah memorak-porandakan segala lini. Ia membuat susah semuanya. Dari pengusaha, buruh, sopir ojol, tukang sayur, hingga pedagang kali lima. Di tengah krisis ini yang dibutuhkan ialah rasa simpati dan empati, jangan hanya mementingkan diri sendiri. Apalagi mengeruk keuntungan di tengah kesulitan orang lain. Ingat, di tengah segala keterbatasan ini, masih banyak yang mesti berjuang sekaligus memastikan kita tetap hidup, seperti petugas pengangkut sampah, penjual sayur keliling, kurir pengantar makanan, dan tenaga kesehatan. Hargai profesi dan perjuangan mereka meski dengan pendapatan yang tidak seberapa.

Saat ini, dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Namun, yang terpenting ialah pastikan agar jiwa dan raga kita tetap terjaga. Selamat tahun baru. Salam sehat untuk kita semua.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya