Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Membantu Pemerintah Melawan Korona

Ansel Deri, Sekretaris Papua Circle Institute
18/7/2021 22:10
 Membantu Pemerintah Melawan Korona
Ansel Deri,(Dok pribadi)

PRESIDEN Joko Widodo bersama jajaran pemerintah pusat hingga daerah sejak awal mengambil langkah strategis mencegah dan memutus mata rantai pergerakan corona virus diseas 2019 (covid-19). Tujuannya agar pandemi tak meluas dan fatal bagi masyarakat Indonesia. Langkah dan komitmen itu mau tidak mau harus didukung kesadaran kolektif warga masyarakat, agar virus korona segera diatasi bersama.

Presiden melalui pesannya secara virtual dalam acara #PrayFromHome pada Minggu (11/7) juga mengaku pemerintah tidak bisa bekerja sendirian menangani korona. Namun, perlu kerja sama, kolaborasi, tolong-menolong satu sama lain, dan bergotong-royong mengatasi ujian penanganan virus membahayakan itu. Korona sudah menjadi virus yang mengglobal (pandemi) melanda negara-negara di bawah kolong langit, tak terkecuali Indonesia.

Tak berlebihan, Kepala Negara meminta seluruh masyarakat Indonesia terus berjuang untuk bebas dari pandemi. Mengapa begitu? Penyebaran virus masih terus terjadi. Nyaris semua provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia dikepung korona. Kementerian dan lembaga negara terkait serta masyarakat dan semua pemangku kepentingan (stakeholders) perlu satu irama dengan kesadaran bekerja sama meringankan beban sesama masyarakat. Tak ada pilihan dan bila abai negara akan tetap memanen korban akibat virus korona dan aneka penyakit lainnya, lalu serentak pula 'dibaptis' terkait virus itu. 

Apresiasi Jokowi juga diberikan kepada seluruh elemen yang dengan caranya masing-masing membangun optimisme kolektif, memompa semangat kerelawanan sosial dan ekonomi demi meringankan beban sesama anak bangsa. Gerakan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi warga dan interaksi sosial, adalah pilihan efektif meski terasa berat terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.

Lempar handuk

Semangat pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin berjuang bahkan bertaruh waktu, tenaga, dan nyawa mencegah penyebaran korona, sejatinya juga adalah semangat kolektif rakyat Indonesia bersama komunitas masyarakat dunia. Tak berlebihan bila Presiden memandang perlu mengajak warga masyarakat terlibat mencegah dan membunuh gerak langkah penyebaran korona. Mematuhi protokol kesehatan (prokes) agar negara dan rakyat tak sampai kalah, lempar handuk di hadapan korona merupakan keharusan. 

Kerja sama itu diperlukan karena ada sejumlah hal; pertama, ajakan Presiden Jokowi dan berbagai kementerian serta lembaga, bukan semata dilatari negara tak kuat menanggung beban maha berat akibat terjangan virus yang melemahkan sendi-sendi ekonomi nasional. Negara melalui aparatusnya sudah berjuang maksmial, tenaga kesehatan (nakes) menjadi garda terdepan dikerahkan demi menangani virus korona dan penyebarannya. Presiden menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 pada Jumat (13/3/2020). 

Gugus tugas ini bekerja mengkoordinasikan kegiatan antarlembaga dalam upaya mencegah dan menanggulangi dampak penyakit korona di dalam negeri dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Gugus tugas ini berada dalam lingkup Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Gugus tugas itu juga melibatkan kementerian, lembaga, dan unit pemerintahan lain seperti Kementerian Kesehatan, TNI-Polri hingga pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 

Kedua, perihal kerja sama. Kerja sama adalah pilihan yang tentu diambil oleh Presiden Jokowi bersama warga menyikapi virus korona. Meski ada gugus tugas tersebut, penyebaran virus tersebut kian menggila sehingga Presiden memandang perlu mengimbau warga bahwa pemerintah tak boleh dibiarkan melangkah sendirian. Kerja keras pemerintah mengatasi persoalan korona tidak mungkin berhasil tanpa sokongan dan partisipasi masyarakat. Menghadapi situasi negara yang serba sulit merambat ke mana-mana, selain usaha dan ikhtiar lahiriah, juga terselip ikhtiar batiniah lewat doa warga bangsa. 

Jauh-jauh hari, warga juga diminta memastikan tak perlu mudik demi rasa cinta kepada orang-orang terkasih di kampung halaman agar tak berpotensi tersentuh virus. Pun penerapan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak awal 2021 untuk menangani pandemi covid-19. 

Semua itu adalah bagian dari ikhtiar dan niat baik negara melindungi warganya. Saatnya menghentikan debat kusir menyalahkan pemerintah menangani korona. Menaati gerakan 5M merupakan wujud kerja sama baik agar korona segera hilang. Kesadaran personal setiap anak bangsa adalah pintu efektif mengatasi pandemi.

Puasa menyalahkan

Pemerintah dan warga tak pernah membayangkan korona menyebar juga di Indonesia. Virus itu diketahui para peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di sebuah peternakan di Wuhan, Tiongkok, yang ditengarai menjadi sumber virus SARS CoV 2 kemudian menjadi pandemi covid-19. Indonesia tak terhindar dari terjangan virus itu. Data Humas BNPB yang dirilis Minggu (11/7) mencatat ada 36.197, kasus. Pasien sembuh bertambah 32.615 orang dan pasien meninggal sebanyak 1.007 orang. Pandemi tentu akan memaksa Presiden dan jajaran pemerintah, para ahli, dan warga untuk terus gelisah mencari dan menjawab tantangan mengatasinya.

Dalam bukunya Sukses Kelola Manusia (2017), Eileen Rachman menyitir para ahli mengingatkan agar berfokus pada isu dan bukan pada orangnya, sebagai landasan sikap rasional yang perlu dikembangkan dalam menembak masalah, menelurkan solusi; bukan mengumbar emosi serta kesalahan. 

Sepintas, dalam konteks persoalan korona yang membelit warga dan perekonomian nasional, peringatan dan awasan tersebut menemui ruangnya. Di sini, demikian Eileen, kita pun bisa mawas diri bahwa kita sering terjebak dalam dalam perselisihan pendapat, asal ngomong tanpa berlatih bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pendapat kita. Karena itu, memandang persoalan penanganan korona di bawah kendali negara, dibutuhkan kerja sama dan kesadaran sebagai manusia yang adalah warga bangsa.

Bhikku Kirinde Sri Dhammananda Nayaka Mahatera dalam Hidup dan Masalahnya (2003) mengingatkan, kesadaran penuh membuat seseorang menjadi manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya berbicara dengan pikiran yang terbuka. Ia seperti parasut, bekerja lebih baik saat ia terbuka penuh. Kesadaran ini adalah kunci untuk membuka pintu, dari mana masalah, termasuk pikiran-pikiran yang sehat muncul. 

Pikiran adalah sumber yang tak terbatas untuk segala kebahagiaan dan penderitaan. Agar ada kebahagiaan di dunia, pertama kali pikiran seseorang harus damai dan bahagia. Kebahagiaan individu menciptakan kebahagiaan masyarakat, sementara kebahagiaan masyarakat berarti juga kebahagiaan negara. Kebahagiaan dunia dibangun di atas kebahagiaan negara-negara.

Dalam konteks penanganan korona, seluruh warga bangsa perlu setia membumikan semangat kerja sama, gotong royong yang merupakan karakter asli bangsa warisan pendiri bangsa yang telah mendarah daging. Ini juga alasan lain mengapa kerja sama, gotong-royong antarsesama warga bangsa dan semua stakeholders terlibat memerangi virus korona. 

Paling penting, kata Jokowi, adalah kerja sama, kerja sama, dan kerja sama. Ini tentu bukan sesuatu yang utopis. Saatnya pemerintah dan rakyat meningkatkan bahkan melipatgandakan semangat kerjasama mutualistik konkrit demi memerangi hingga mengalahkan korona.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya