Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
PENDIDIKAN merupakan proses mentransfer pengetahuan dari pendidik ke peserta didik. Selain pengetahuan diperlukan juga pembinaan karakter bagi generasi muda agar tidak salah menerapkan ilmunya. Salah satu karakter penting yang perlu ditanamkan oleh dunia pendidikan adalah menanamkan sikap toleransi atas keberagaman.
Institusi pendidikan idealnya menjadi ruang yang memungkinkan terjadinya pertemuan berbagai perbedaan dan media untuk menjalin relasi sosial tanpa harus dibayang-bayangi pemikiran negatif. Tetapi, dalam kenyataan, tidak sedikit institusi pendidikan ternyata justru menjadi wadah bagi persemaian sikap intoleransi dan bahkan paham radikalisme yang makin meresahkan. Institusi pendidikan seharusnya menjadi tempat belajar mengajar yang menjauhi sikap intoleransi.
Presiden keempat Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada masa pemerintahannya pernah menggaungkan tentang pluralisme. Jangan heran kalau beliau dijuluki sebagai bapak pluralismenya Indonesia. Beberapa pandangan beliau tentang pluralisme, antara lain konsep pluralitas adalah nonindeferent yaitu mengakui dan menghormati keberagaman agama. Gus Dur menyatakan perlunya tiga nilai universal dalam pluralisme agama yaitu; kebebasan, keadilan, dan musyawarah untuk menghadirkan kemaslahatan bangsa.
Gus Dur menghargai pluralitas nonindeferent di mana pluralitas agama pada dasarnya merupakan sebuah realitas dalam kehidupan dunia. Kesadaran akan pluralitas agama dapat menciptakan toleransi, kerja sama, dialog, solidaritas, persamaan dan tatanan politik yang demokratis. Namun tidak demikian halnya bagi pihak-pihak atau oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab. Mereka malah risih dengan istilah pluralitas, ada sikap kontroversi (pertentangan dalam diri). Mereka ingin menonjolkan sikap eksklusivisme
pada kelompoknya, memarginalkan orang–orang atau kelompok-kelompok tertentu, khususnya kalangan minoritas. Mereka ingin menanamkan sikap intoleran kepada masyarakat dan membuat negara ini hancur.
Maka sasaran awal mereka untuk menumbuh kembangkan ideologi intoleran dengan merambah dunia pendidikan, memang hal demikian bukan pekerjaan mudah. Langkah awal mereka untuk memuluskan rencana tersebut dengan membuat perkumpulan atau organisasi,yang notabene pengurus dan anggotanya direkrut dari kalangan orang dewasa.
Hal seperti narasi tentang intoleransi sungguh jauh, bahkan tidak ada di sekolah tempat saya dan teman teman melakukan kegiatan belajar dan mengajar di unit pelaksana teknis daerah (UPTD) SMP Negeri 3 Air Putih, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Terjalinnya hubungan yang baik antara kepala sekolah dengan komite sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik menciptakan lingkungan kerja yang baik dan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk menimba ilmu. Saya sendiri pada saat mengajar di kelas VII pada semester ganjil 2020 membahas mata pelajaran IPS mengenai keberagaman suku suku yang ada di Indonesia. Kepada mereka saya kenalkan inilah wajah Indonesia sesungguhnya.
Mengenal keberagaman
Saya biasa merangsang keingintahuan siswa dengan sebuah pertanyaan, di kelas ini ada suku apa saja? Ada yang menjawab Batak, Melayu, Jawa, Banjar, Padang atau Tionghoa. Begitu juga ketika menanyakan tentang agama dan mereka menjawab Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha. Dari situlah saya menjelaskan bahwa dari banyak pulau di Indonesia didiami beragam suku bangsa dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda pula.
Kepada siswa saya katakan banyak negara takut kepada Indonesia, kendati mereka memiliki senjata canggih. Karena banyak yang bingung dengan pernyataan tersebut, saya pun memberikan analogi dengan satu ikat sapu lidi. Dengan posisi demikian makan ikatan tersebut bisa untuk menyapu segala sampah. Bandingkan dengan kalau hanya memiliki satu batang lidi saja. Nah, itulah gambaran Indonesia yang dengan segala macam perbedaan di dalamnya tapi bisa menjadi satu kesatuan. Itulah esensi bhineka tunggal ika ketika perbedaan yang ada justru menjadi tempat untuk saling menghormati satu dengan lainnya.
Dalam tugas kelompok saya meminta mereka mencari informasi lebih jauh tentang suku-suku bangsa di Indonesia. Informasi bisa digali dari mana saja, apakah buku atau internet untuk kemudian dipresentasikan dalam bentuk video.
Di sekolah kami ada semboyan 3S yaitu senyum, salam dan sapa. Semua itu diimplementasikan dalam proses belajar mengajar, termasuk kegiatan ekstrakurikuler yang salah satunya kepramukaan. Untuk menghindari terjadinya penularan virus intoleransi, di lingkungan sekolah dibutuhkan kerja sama semua pihak. Semua guru saling berperan aktif dalam melawan intoleransi. Karena lewat merekalah pemahaman yang diwujudkan dalam praktik secara langsung memberikan pembelajaran lebih efektif.
Arief Mahdian, Peserta Peningkatan Skill Menulis bagi Tenaga Pengajar Se-Indonesia
Tumbuhkan adab Islami di sekolah! Pelajari cara efektif membentuk karakter siswa berakhlak mulia. Tips praktis & inspiratif untuk guru & orang tua. Klik sekarang!
Cegah perkelahian pelajar! Tips ampuh mengatasi bullying, meningkatkan toleransi, dan menciptakan lingkungan sekolah aman & harmonis. Baca selengkapnya!
Kegiatan tersebut sebagai implementasi dari pendidikan karakter yang tertuang dalam program 7 poe atikan di lingkungan Dinas Pendidikan Purwakarta.
Mereka melakukan aktivitas kesehariannya, seperti bersekolah dan berkumpul bersama keluarga.
Kegiatan penguatan pendidikan karakter bagi 30 siswa itu berlangsung sejak 5 Mei 2025. Selama dua pekan mereka digembleng berbagai materi.
Wamendikdasmen Fajar Riza Ul Haq mengajak semua pihak untuk menguatkan pendidikan karakter mulia di tengah tantangan dan permasalahan anak dan kaum remaja dewasa ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved