Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Memulihkan Ekonomi lewat Sektor Digital

Fajar B Hirawan Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS
05/1/2021 04:55
Memulihkan Ekonomi lewat Sektor Digital
(csis.or.id)

PANDEMI covid-19 yang mulai menyebar di wilayah Indonesia sejak Maret 2020, menghantam hampir semua sektor ekonomi di Indonesia. Kontraksi ekonomi pun terjadi dan berimbas pada kondisi resesi yang ditunjukkan dengan negatifnya pertumbuhan ekonomi selama dua triwulan berturut-turut, yaitu masing-masing di triwulan kedua 2020 (-5,32%) dan triwulan ketiga 2020 (-3,49%).

Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan di negeri ini, dan, diperlukan sebuah langkah strategis untuk segera keluar dari bayang-bayang krisis ekonomi yang berkepanjangan. Peran media dalam mendorong agar pemerintah segera mengoptimalkan sumber daya ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi juga sangat penting, guna memastikan proses pemulihan ekonomi berjalan dengan semestinya.

 

 

 

 

Kegiatan yang diinisiasi Media Group dalam konteks Media Group News (MGN) Summit Indonesia 2021, yang rencananya diadakan di awal tahun ini merupakan salah satu ikhtiar konstruktif bagi negeri, sebagai sarana memperoleh solusi bersama, untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Jika berkaca dari kontraksi ekonomi yang terjadi sepanjang 2020, tentu menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang mampu bertahan dan berpotensi sebagai penyelamat perekonomian di tengah dan pascapandemi.

Negara harus mampu memetakan mana saja sektor-sektor ekonomi yang dapat menjadi tulang punggung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Salah satu sektor yang cenderung dominan di tengah pandemi ialah sektor ekonomi yang terkait dengan teknologi digital.

Perkembangan digitalisasi di Indonesia memang telah meningkat sangat pesat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Akses internet bagi masyarakat Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan. Khususnya, sejak pemerintah memfokuskan pembangunan infrastruktur secara masif, khususnya infrastruktur digital, termasuk di wilayah yang masuk ke kategori 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Kesadaran masyarakat akan pentingnya berjejaring serta literasi digital dalam memanfaatkan teknologi juga mulai tumbuh, seiring dengan semakin meratanya akses digital dan terjangkaunya harga smartphone sebagai media dalam menghubungkan masyarakat dengan dunia luar yang cenderung tanpa batas.

Pentingnya membangun jaringan dan literasi digital
Economides (1996), memopulerkan fenomena ekonomi jaringan (network economics) yang menunjukkan adanya "network effect" di beberapa industri yang terhubung secara vertikal. Konsep ini sangat relevan, sebagai bukti, bahwa kondisi ekonomi tidak dapat dianalisis hanya dengan berfokus pada salah satu sektor secara individual. Melainkan, harus dipelajari dari berbagai aspek dalam konteks network economics.

Praktik nyata dari konsep ekonomi jaringan dapat digambarkan ketika suatu bisnis sering kali memiliki suatu input produksi barang atau jasa, yang berasal dari luar lini bisnis itu sendiri (outsourcing).

Efek jaringan, juga dapat dijelaskan sebagai asosiasi berbagai jenis penyedia barang dan jasa yang sama, dan konsumen barang dan jasa tersebut pada suatu platform. Dengan kata lain, keberadaan jaringan akan menciptakan eksternalitas positif bagi mereka yang terlibat dalam jaringan tersebut.

Sementara itu, dari sudut pandang literasi digital, laporan studi yang dirilis oleh Katadata (2020) menunjukkan, bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih belum sampai ke level 'baik'. Dari skala 1 sampai 5, indeks literasi digital Indonesia hanya berada sedikit di atas angka 3,47.

Dari empat komponen yang diperhitungkan, yakni informasi dan literasi data, komunikasi dan kolaborasi, keamanan, dan kemampuan teknologi, status Indonesia pada komponen informasi dan literasi data memiliki skor yang paling rendah. Dengan kata lain, kemampuan masyarakat Indonesia masih cukup terbatas dalam pencarian, penyaringan, penyimpanan, dan pengarahan pencarian data.

Maka dari itu, peningkatan literasi digital menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama, agar, potensi ekonomi digital dapat dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Potensi ekonomi digital di Indonesia
Ekonomi digital Indonesia, terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Company (2020), pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan mencapai US$124 miliar pada 2025.

Pada tahun 2019 saja, nilai dari ekonomi digital telah mencapai US$40 miliar dan pada 2020 mencapai US$44 miliar. Nilai ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi digital memiliki potensi yang sangat baik, untuk mendorong kreativitas dan inovasi, di dalam negeri yang pada akhirnya mampu berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Meskipun begitu, ekonomi digital perlu didukung infrastruktur digital yang memadai dan dukungan seluruh pemangku kepentingan. Infrastruktur digital sangat penting, sebagai fondasi untuk mendukung sistem komputasi yang meliputi jaringan, data dan protokol, perangkat, layanan, dan penyimpanan.

Sementara itu, kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem ekonomi digital, memiliki peran penting dalam memengaruhi ekonomi digital Indonesia. Misalnya, pemerintah harus memberikan regulasi pendukung yang bisa mendorong kreativitas dan inovasi, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, alokasi APBN saat ini yang mulai lebih difokuskan pada pengembangan kapasitas teknologi informasi, dan komunikasi (TIK) perlu didukung dan dipertahankan.

Momentum pemulihan ekonomi pasca-covid-19
Keterbatasan pergerakan selama pandemi, mendorong masyarakat untuk menggunakan layanan digital, karena, sebagian besar orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk online dibandingkan sebelum pandemi. Selain itu, semakin banyak orang di perdesaan Indonesia yang menjadi konsumen digital baru.

Proporsi tambahan konsumen digital dari perdesaan mencapai 56%, sedangkan di perkotaan hanya mencapai 44% (Google, Temasek, Bain & Company, 2020). Dengan kata lain, penggunaan layanan digital di Indonesia semakin inklusif dan mulai tersebar merata di Indonesia, karena tidak hanya terkonsentrasi di perkotaan.

Peningkatan konsumen layanan digital baru, penetrasi yang meluas ke perdesaan, dan semakin lama waktu online merupakan langkah awal yang signifikan dalam meningkatkan penetrasi dan literasi digital di masa mendatang.

Dalam konteks multilateralisme, negara mana pun di dunia membutuhkan lebih banyak jaringan dalam mewujudkan gagasan rantai nilai global dan jaringan produksi global. Sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN, Indonesia harus mendorong urgensi kerja sama ekonomi di kawasan ASEAN dan sekitarnya, terutama di bidang ekonomi digital, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Transformasi digital, yang akan menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam G-20 Italia 2021, harus dijadikan langkah awal untuk meningkatkan sektor ini. Sebagai bagian dari G-20 Troika, Indonesia juga perlu melanjutkan pembahasan yang diiringi dengan tindakan nyata, untuk mempercepat pengembangan ekonomi digital secara global pada masa keketuaannya di G-20 pada tahun 2022.

Pada kesimpulannya, terdapat peluang munculnya sektor-sektor ekonomi baru yang cenderung memiliki ketahanan di tengah pandemi, khususnya sektor-sektor yang terkait dengan teknologi digital. Dengan demikian, dorongan masyarakat untuk membiasakan mengakses teknologi, dan perkembangan ekonomi digital menjadi faktor kunci dalam mengakselerasi ekonomi digital Indonesia.

Namun, dalam hal ini, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan lainnya harus berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital di Indonesia. Peningkatan akses infrastruktur dan literasi digital, serta dukungan dari seluruh pemangku kepentingan diperlukan untuk mempercepat pengembangan ekonomi digital sebagai momentum pemulihan ekonomi nasional.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya