Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Eksistensi PTN di Tengah Globalisasi dan Komersialisasi Pendidikan

Bagong Suyanto Guru Besar dan Wadek 1 FISIP Universitas Airlangga
09/11/2020 02:55
Eksistensi PTN di Tengah Globalisasi dan Komersialisasi Pendidikan
(Dok. Pribadi)

DI era revolusi industri 4.0, eksistensi perguruan tinggi negeri (PTN) sedang dipertaruhkan. Ketika globalisasi makin meningkat dan perkembangan era digital makin masif, implikasi yang tidak terelakkan ialah tuntutan untuk mengubah pola pembelajaran, mempersiapkan kualitas sumber daya yang memadai, serta perubahan visi yang mengakomodasi kebutuhan pasar yang telah berubah.

Berbeda dengan masa satudua dekade silam ketika PTN menduduki posisi sentral sebagai pusat pembelajaran yang selalu diperebutkan banyak calon mahasiswa, PTN kini mau tidak mau harus siap bersaing dengan PTN lain, PT swasta (PTS), dan bahkan PT dari dunia internasional. Zaman yang berubah menuntut terjadinya perubahan performance dan kinerja PTN sebagai institusi pendidikan tinggi yang patut dibanggakan.

Apa peran yang harus dikembangkan PTN ke depan dan apa pula tantangan yang harus dihadapi PTN di Tanah Air agar tetap dapat survive, serta mampu berkiprah menghadapi tuntutan perubahan zaman?


Tantangan

Dalam lima tahun terakhir, kita telah menyaksikan kehadiran revolusi industri 4.0 telah mengubah aktivitas perekonomian dan kondisi ketenagakerjaan secara drastis. Munculnya peran big data, artificial intelligence, dan makin meningkatnya arti penting informasi tidak hanya menuntut PTN mampu merespons berbagai perubahan yang terjadi, tetapi juga menaklukkannya. Secara garis besar, beberapa tantangan yang dihadapi PTN seperti Universitas Airlangga, UGM, UI, dan IPB ialah, pertama, berkaitan dengan dilema yang harus dihadapi dewasa ini, yakni bagaimana PTN mampu tumbuh makin mengglobal, tetapi tetap membumi terhadap isu-isu sosial yang terjadi di sekitar mereka. Sebagai institusi pendidikan tinggi, PTN tidak mungkin menutup diri dan hanya berkiprah di level regional atau nasional.

Globalisasi dan perkembangan pendidikan tinggi di dunia internasional bagaimanapun telah menjadi habitus baru yang tidak bisa dihindari. Agar tetap dapat survive di tengah iklim persaingan yang makin ketat di dunia internasional, PTN mau tidak mau harus memperbaiki performa akademik, lebih aktif menulis di jurnal internasional, menjalin kolaborasi dengan PT lain dari luar negeri, dan lain-lain, tetapi tetap memperhatikan kepentingan dan kemanfaatannya bagi masyarakat di sekitar mereka.

Kedua, bagaimana PTN mampu mengembangkan diri dan menghasilkan lulusan yang memiliki kualifikasi dan semangat socio-entrepreneurship yang kuat. Tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang mumpuni dan memiliki posisi tawar yang kuat secara profesional tidak mungkin dihindari. Ketika kompetisi pasar kerja makin ketat, lulusan PTN tentu harus lulusan yang memiliki kualifi kasi plus yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Empat kemampuan soft skills yang wajib dimiliki lulusan PTN ialah kepemimpinan, entrepreneurship, kebangsaan, dan kemampuan berbahasa Inggris yang layak.

 

MI/Duta

Ilustrasi MI

 

Ketiga, bagaimana PTN di Tanah Air mampu tumbuh menjadi institusi pendidikan tinggi yang tidak larut dalam iklim persaingan yang mendahulukan komersialisasi dan superiorisasi. PT yang mahal dan berjarak dengan masyarakat niscaya akan tumbuh angkuh, enggan menyapa masyarakat, dan berkembang hanya layaknya mesin-mesin produksi yang tidak memiliki hati. Derek Bok dari Harvard University, dalam bukunya yang berjudul Universities in the Market Place, the Commercialization of Higher Education, menyatakan komersialisasi pendidikan tinggi niscaya akan merusak nilai-nilai fundamental akademik yang menjadi roh lembaga pendidikan tinggi, dan penelitian-penelitian yang dihasilkan kampus tidak lagi objektif karena sumber pendanaan pendidikan yang dikendalikan kekuatan kapital yang kuat.

 

Peran

Untuk menjawab berbagai tantangan dan perubahan yang terjadi, baik di tingkat nasional maupun internasional, yang dibutuhkan sudah barang tentu ialah strategi yang benar-benar tepat, kontekstual, dan berbasis pada potensi riil yang dimiliki Unair.

Ke depan, dalam rangka mendorong percepatan perkembangan PTN agar makin berkualitas, strategi yang dikembangkan salah satu PTN seperti Universitas Airlangga ialah be a smart university.

Strategi be a smart university yang dikembangkan Unair ini mencakup (1) smart education for millennial people, yakni mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang agile untuk menghadapi perkembangan teknologi bagi milenial; (2) meaningful research and community service, yaitu mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merujuk kepada iptekhum dan berdampak siginifikan pada SDGs; (3) acceleration innovation and enterprising, yakni membangun ekosistem inovasi untuk innovation-based economy; (4) responsive and lean management, yaitu mengelola universitas berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi, responsibilitas, independensi, dan keadilan untuk menjamin Tridharma PT yang berkualitas, efektif dan efisien; dan (5) top up tangible and intangible resource utilization, yakni mengoptimalkan aset dan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan Tridharma PT.

Sejak awal telah disadari bahwa mahasiswa ialah subjek utama dari seluruh proses pembelajaran yang dikembangkan sehingga output terpenting dari pengembangan PTN sebagai lembaga pendidikan tinggi ialah bagaimana menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan posisi tawar yang lebih, baik di pasar tenaga kerja maupun dalam pengembangan peranperan yang bermanfaat bagi pembangunan.

Sebagai institusi pendidikan tinggi, PTN tidak akan tumbuh menjadi menara gading yang mengalienasikan mahasiswa dari proses pembelajaran yang memanusiakan atau pembelajaran yang human. Dengan semboyan excellent with morality, Unair, misalnya, dimaksudkan tidak hanya mampu berkibar menjadi salah satu PT yang memiliki reputasi internasional, tetapi yang terpenting ialah bagaimana Unair tetap mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mengedepankan arti penting kemanusiaan, keadilan, dan kepekaan terhadap kehidupan sosial di sekitar mereka.

Selain kurikulum yang berkualitas, kelak Unair yang kini tengah merayakan dies natalis ke-66 berkomitmen untuk mendorong perkembangan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berbasis hasil penelitian dan mendukung pemberdayaan masyarakat, khususnya usaha masyarakat miskin, kelompok marginal, dan usaha-usaha berskala mikro dan kecil yang memanfaatkan IT dan internet. Dalam pengembangan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, kerja sama dengan pemerintah daerah dan institusi para alumnus berkiprah merupakan salah satu prioritas yang perlu dijajaki dan dikembangkan lebih lanjut. Bagi Unair yang berada di usia ke-66 dan PTN lain di Tanah Air, tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana mampu berbicara di tingkat global, tetapi tidak kehilangan kepekaan pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik