Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Olimpiade Tokyo 2020 Angkat Pamor Surfing di Tanah Air

Rifaldi Putra Irianto
16/9/2021 17:42
Olimpiade Tokyo 2020 Angkat Pamor Surfing di Tanah Air
Peselancar Rio Waida bersiap melakukan latihan di Pantai Legian, Badung, Bali.(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

DAMPAK positif dirasakan olahraga surfing atau selancar di Indonesia selepas Olimpiade 2020 Tokyo. Pamor salah satu cabang olahraga (cabor) air itu terangkat setelah menempatkan wakil yaitu Rio Waida di Olimpiade musim panas edisi ke-32 itu.

Ketua Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) Arya Subyakto mengatakan Olimpiade membawa perubahan besar bagi surfing Tanah Air. Masyarakat Indonesia, katanya, tak sekadar mengetahui surfing sebagai olahraga prestasi tetapi kini juga memiliki atlet yang diidolakan.

“Olimpiade membawa berkah bagi surfing karena fenomena luar biasa terjadi setelah Rio tampil di Tokyo. Kini pamor surfing terangkat. Olahraga ini lebih dikenal, bahkan ditonton oleh masyarakat Indonesia,” kata Arya dalam keterangan resmi Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pada Kamis (16/9).

Indonesia sudah memiliki surfer andalan sejak 1980-an. Adalah Ketut Menda dan Made Kasim yang menjadi legenda Indonesia. Mereka kerap mengibarkan Merah Putih di single event Internasional,  bahkan masuk jajaran surfer yang menempati papan atas dunia. 

Ketut di posisi ke-21 dunia dan Made di urutan ke-23 dunia. Meski demikian, Arya mengakui, tak banyak masyarakat Indonesia mengenal surfing saat itu.

“Bahkan saat kami membawa 2 emas, 1 perak, 3 perunggu di SEA Games 2019, gairahnya tidak seperti sekarang. Kini setiap Rio bertanding dan disiarkan daring, penontonnya bertambah sampai 20 ribu. Mereka dari Indonesia karena kita bisa lihat dari kolom chat,” kata Arya.

Hal tersebut, diakui Arya, tak terjadi jika surfing tak dipertandingkan di Olimpiade. Surfing merupakan satu dari lima cabang olahraga tambahan yang mulai debut di Tokyo.

Olahraga ini juga sudah dipastikan bakal dipertandingkan pada Olimpiade 2024 Paris, Los Angeles (2028), dan Brisbane (2032).

Arya berterima kasih kepada KOI yang telah membantu PB PSOI sejak kualifikasi di El Savador hingga memenuhi kebutuhan yang diperlukan atletnya di Olimpiade Tokyo. Terlebih lagi, KOI bersama Chef de Mission Rosan P Roeslani memercayakan Rio Waida sebagai flag bearer.

“Kami bangga meloloskan atlet pada debut surfing Olimpiade. KOI sangat membantu dan memenuhi kebutuhan kami saat Olimpiade, baik memfasilitasi I Ketut Agus Aditya Putra sebagai alternated athlete hingga meneydiakan kamar hotel dadakan karena venue jauh dari athlete village,” kata Arya.

“Kami juga sangat berterima kasih karena KOI dan CdM telah memberi kepercayaan kepada Rio untuk menjadi flag bearer pada opening ceremony. Sebab dari situ, mata seluruh masyarakat Indonesia tertuju kepada atlet surfing kami.”

Arya berharap akan semakin banyak masyarakat Indonesia paham bahwa Nusantara memiliki potensi tinggi olahraga surfing. Terlebih, Indonesia memiliki pantai dan ombak yang bagus dan menjadi tujuan peselancar-peselancar dunia dan berpotensi menjadi devisa negara.

Dikatakan Arya Beberapa waktu lalu, Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari sempat bertemu dengan Presiden Asosiasi Selancar Internasional (ISA) Fernando Aguerre di Olimpiade Tokyo.

Keduanya sempat membicarakan peluang Indonesia menggelar turnamen kualifikasi untuk Olimpiade Paris.

“Yang perlu diketahui masyarakat Indonesia adalah bertanding di Olimpiade itu tidak mudah, perlu kualifikasi. Kami beruntung karena Pak Okto (sapaan Raja Sapta) sudah sempat bertemu dengan Presiden ISA di Tokyo," ucap Arya.

"Kualifikasi pertama untuk Olimpiade Paris itu tempatnya di El Savador pada 2023. Ada satu slot kosong di kualifikasi kedua dan semoga bisa digelar di Indonesia,” kata Arya.

Dapat diketahui, Indonesia mengirimkan dua surfer ke Olimpiade Tokyo, yaitu Rio dan Ketut. Rio terhenti pada ronde tiga setelah dihentikan surfer tuan rumah peringkat enam dunia Kanoa Igarashi pada laga man-on-man di Tsurigasaki Surfing Beach, pada 26 Juli 2021.

Sementara Ketut yang berangkat dengan status alternated athlete  batal berlaga di Olimpiade karena surfer utama dalam kondisi baik untuk bertanding. (Rif/KOI/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya