Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
RAFAEL Nadal mengaku merasa janggal dengan ketidakhadiran hakim garis saat bertanding seperti yang ia rasakan di ATP Finals tahun ini ketika pengawas jatuhnya bola di lapangan itu digantikan sepenuhnya oleh teknologi mata elang.
"Saya tidak ingin menimbulkan kontroversi, tapi saya pikir lapangan tradisional dengan hakim garis terlihat jauh lebih baik," kata petenis Spanyol berusia 34 tahun itu setelah kekalahan 7-6 (7) dan 7-6 (4) dari Dominic Thiem, Selasa (17/11) waktu setempat.
Penonton bukanlah satu-satunya hal yang dihilangkan dari ATP Finals tahun ini yang diadakan di London untuk ke-12 kali ini.
Baca juga: Tsitsipas Bersiap untuk Laga Hidup-Mati Kontra Nadal
Perubahan yang dipaksa oleh pandemi covid-19 juga termasuk tidak adanya hakim garis dan keputusan bola masuk atau keluar secara otomatis ditentukan oleh alat berteknologi lensa mata elang (Hawkeye) tersebut.
Hawkeye adalah fitur yang sudah populer untuk olahraga tenis sejak diperkenalkan pada AS Terbuka 2006. Olahraga lain, seperti bulu tangkis, kemudian juga menggunakannya.
Tanpa bermaksud menentang perkembangan teknologi pada kompetisi tenis profesional, Nadal mengatakan beberapa aspek olahraga tidak boleh berubah.
Penggunaan mata elang membuat tidak adanya ruang untuk kesalahan manusia, sehingga pemain juga tidak diberi kesempatan memprotes.
Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic mengatakan, di Prancis Terbuka lalu, bahwa hakim garis harus dihilangkan sama sekali. Tetapi, Nadal, meskipun menerima keadaan yang tidak biasa di London minggu ini, lebih memilih mereka untuk tetap ditempatkan di lapangan.
"Novak mengatakan hakim garis tidak diperlukan. Semua pendapat dihormati. Ada berbagai visi olahraga, tapi bagi saya, saya kurang suka tanpa hakim garis," kata Nadal.
"Ini diterapkan di sini sehingga kami dapat beradaptasi dengan keadaan tetapi jika Anda bertanya kepada saya tentang masa depan, saya lebih memilih hakim garis. Memang benar olahraga tenis tidak mengubah banyak hal dalam 50 tahun terakhir, dibandingkan dengan sebagian besar olahraga. Saya tidak berpikir ini adalah cara untuk meningkatkan tontonan olahraga kami," lanjutnya.
Nadal mengatakan elemen manusia di lapangan itu penting dan mengatakan bahwa jika hakim garis dicabut, langkah selanjutnya adalah mencopot wasit dari kursi juga.
"Teknologi itu ada, bisa jadi hanya kami berdua di lapangan jika kami mau," katanya. "Tapi saya pikir sisi manusia memberi nilai lebih pada olahraga."
Kekalahan Nadal dari Thiem membuat ia harus mengalahkan Stefanos Tsitsipas pada Kamis (19/11) untuk tetap menghidupkan harapannya memenangi gelar ATP Finals untuk pertama kalinya dalam kariernya yang mengkilap. (Ant/OL-1)
Jannik Sinner menggenapi penampilannya yang luar biasa pada tahun ini, termasuk dua gelar Grand Slam, dengan kemenangan 6-4 dan 6-4 atas Taylor Fritz di laga final ATP Finals.
PETENIS nomor satu dunia Jannik Sinner melanjutkan pertandingan di ATP Finals dengan kemenangan dominan atas petenis Rusia, Daniil Medvedev.
Jannik Sinner, yang mengalahkan Taylor Fritz di final AS Terbuka. September lalu, mencetak 22 winner berbanding 19 winner milik Fritz saat ia memenangi pertandingan yang menarik.
Sinner menjadi petenis ke-19 yang meraih penghargaan peringkat satu akhir tahun dan pemain aktif keempat yang melakukannya.
Ruud mengalahkan Alcaraz 6-1,7-5 untuk mencatat kejutan awal yang besar di akhir musim.
Jannik Sinner, yang bermain di kandang sendiri di Turin, Italia di laga ATP Finals, menang 6-3 dan 6-4 untuk memperpanjang rekor sempurnanya atas Alex De Minaur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved